Kisah seorang gadis yang terpaksa menjadi pelayan pebisnis misterius dan kejam agar organ tubuhnya tidak dijual oleh pria itu akibat ulah ibunya sendiri.
Namun, ia tetap berusaha melarikan diri dari sangkar Tuannya.
Sebuah rahasia besar sang CEO terkuak saat pelayan itu hadir dalam kehidupannya yang membuat pria itu marah besar dan berencana membuat hancur kehidupan gadis itu.
Bagaimana kelanjutan cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : Bertemu Kembali
...****************...
Hubungan Anna dan Damian semakin hari semakin dekat. Hingga sekarang, Anna sudah tidak segan lagi untuk menonton tv diruang tamu. Bahkan beberapa pekerjaan sebelumnya yang biasa ia kerjakan dibantu oleh asisten rumah tangga yang lain.
Entah ada gerangan apa, Damian menjadi melunak dan banyak melarang Anna ini dan itu. Hampir tidak ada batasan lagi di antara mereka.
Malam ini, Anna menonton tv sambil menunggu Damian pulang kerja, sebab Damian sering meminta cemilan dimalam hari untuk menemaninya bekerja. Hanya saja, ia sudah tidak ragu lagi untuk menunggunya diruang tamu. Dulu saja, ia hanya bisa menunggu di kamarnya dan tunggu Damian memanggil.
Tak lama, suara mobil Damian terdengar dari arah luar. Anna bangkit dan membukakan pintu untuknya.
"Kau belum tidur?" tanya Damian saat melihat Anna yang membukakan pintu untuknya.
"Aku hanya tidak bisa tidur." Jawabnya santai. Mereka pun berdua masuk bersama. "Kau mau cemilan?" Tawar Anna.
"Boleh. Aku juga ingin membahas sesuatu padamu." jawab Damian.
Setelah berganti baju, Damian menuju ruang tamu dan duduk di sofa. Sedangkan Anna masih didapur menyiapkan cemilan ringan—kentang goreng.
Tak lama, Anna pun membawa cemilan dan dua kaleng soda menuju ruang tamu. Mereka pun duduk berdampingan.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Anna memulai percakapan.
"Apa kau masih ingin pergi ke panti asuhan itu?" tanyanya, suaranya terdengar datar namun penuh arti. Anna yang mendengar itu menatapnya dengan terkejut. Damian mengangkat alisnya sambil membuka tutup kaleng soda itu.
"Kau dengar apa yang aku katakan. Kalau kau mau, aku bisa mengantarmu kesana."
Anna masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Kenapa...tiba-tiba?" tanyanya hati-hati masih belum yakin apakah ini jebakan atau benar-benar sebuah kebaikan.
Damian menatapnya sekilas.
"Kau terlihat seperti seseorang yang ingin pergi ke suatu tempat tapi tak berani meminta. Jadi, aku hanya memberikan tawaran. Ambil atau tidak, terserah."
Anna terdiam, jantungnya seakan berdebar lebih cepat dari biasanya. Pergi ke panti asuhan? Bertemu dengan anak-anak? Sudah lama sekali terakhir kali ia melihat mereka. Namun, apakah ini benar-benar kebaikan dari Damian atau ada maksud lain?
Ia menggigit bibir bawahnya. "Aku.. Aku ingin pergi." Damian tersenyum tipis, senyuman yng sulit di artikan. "Baiklah, persiapkan dirimu. Besok pagi kita akan pergi."
Anna hanya bisa mengangguk patuh. Ia pun segera menghabiskan sodanya dan segera tidur. Hatinya masih bingung namun dibalik itu semua ada kehangatan yang tak bisa ia jelaskan.
...****************...
Matahari bersinar lembut ketika mobil Damian berhenti di depan gedung sederhana namun asri—panti asuhan tempat Anna sempat bekerja. Anna yang duduk disebelahnya menatap gedung itu dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Sudah beberapa bulan ia tidak menginjakkan kakinya di tempat ini.
Ada rasa rindu yang mendesak didadanya dan tanpa sadar ia mengepalkan jemarinya dipangkuan.
"Keluar," suara Damian membuyarkan lamunannya.
Anna menoleh padanya sedikit terkejut melihat wajah pria itu yang tampak datar namun tidak sekaku biasanya. Damian sudah turun lebih dulu berdiri disamping mobil sambil menunggunya.
Anna mengangguk dan segera keluar. Begitu ia melangkah kehalaman panti, beberapa anak yang sedang bermain dilapangan menoleh.
"Kak Annaaa..!"
Anna tertawa kecil sambil merentangkan kedua tangannya dan membiarkan anak-anak itu memeluknya dengan penuh antusias.
"Aku merindukan kalian!" katanya dengan tulus sambil membelai kepala satu-satu anak yang memeluknya dengan erat.
Damian yang sedikit berdiri dibelakang memperhatikan bagaimana wanita itu dengan mudahnya membaur dengan anak-anak. Matanya mengamati ekspresi ceria Anna, melihat bagaimana tatap lembutnya tercurah penuh untuk anak-anak itu.
Seseorang wanita sedikit lebih tua dari Anna mendekat, yang tak lain adalah Sesil—pengurus panti.
"Anna! Sudah lama sekali!" Anna tersenyum dan langsung memeluk wanita itu dengan hangat.
"Maaf, aku baru sempat datang, Kak." katanya pelan. Sesil melirik Damian yang berdiri dibelakang Anna.
"Dan ini?" Damian yang sejak tadi dia akhirnya melangkah mendekat. Ia menatap Sesil dengan anggukan kecil.
"Damian Xander," ucapnya singkat. "Atasan Anna."
Anna melirik Damian dengan sedikit kaget.
"Oh, jadi ini atasannya Anna?" Sesil tersenyum ramah. "Terima kasih sudah membiarkan Anna mampir kesini. Dia sangat dirindukan anak-anak."
Damian hanya membalas dengan anggukan kecil. Anak-anak yang masih mengerubungi Anna menarik tangannya meminta perhatian. Damian tetap diam, tapi entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang hangat dalam suasana ini. Sesuatu yang...membuatnya ingin menangis.
"Silahkan ajak berkeliling, Anna. Anak-anak biar kakak suruh didalam dulu." tawar Sesil.
Namun suasana itu mendadak berubah ketika suara deru mobil lain terdengar dari kejauhan. Sebuah mobil sport hitam berhenti di depan gerbang dan seseorang turun dengan gaya khasnya yang santai.
Anna menegang seketika, begitu juga Damian. Pria itu adalah Dareen.
.
.
.
Next 👉🏻
(Terima kasih ya sudah membaca💕 hidup lebih lama ya🫰🏻)
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩