Halwa adalah siswi beasiswa yang gigih belajar, namun sering dibully oleh Dinda. Ia diam-diam mengagumi Afrain, kakak kelas populer, pintar, dan sopan yang selalu melindunginya dari ejekan Dinda. Kedekatan mereka memuncak ketika Afrain secara terbuka membela Halwa dan mengajaknya pulang bersama setelah Halwa memenangkan lomba esai nasional.
Namun, di tengah benih-benih hubungan dengan Afrain, hidup Halwa berubah drastis. Saat menghadiri pesta Dinda, Halwa diculik dan dipaksa menikah mendadak dengan seorang pria asing bernama Athar di rumah sakit.
Athar, yang merupakan pria kaya, melakukan pernikahan ini hanya untuk memenuhi permintaan terakhir ibunya yang sakit keras. Setelah akad, Athar langsung meninggalkannya untuk urusan bisnis, berjanji membiayai kehidupan Halwa dan memberitahunya bahwa ia kini resmi menjadi Nyonya Athar, membuat Halwa terombang-ambing antara perasaan dengan Afrain dan status pernikahannya yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Tubuh Halwa langsung lemas saat mendengar perkataan dari Athar.
"Kenapa kamu melakukan ini, Halwa? Aku sudah memperingatkanmu untuk menjaga jarak dengan lelaki itu!" ucap Athar dengan suaranya yang naik satu oktaf .
Halwa yang ketakutan langsung meneteskan air matanya.
“Kenapa kamu peduli, Athar? Bukankah kamu bilang kalau kamu tidak mencintaiku! Kenapa kamu mengatur hidupku dan melarangku dekat dengan orang lain, sementara kamu sendiri tidak pernah jelas tentang posisi dan perasaanmu di pernikahan ini?” balas Halwa dengan suara bergetar.
Athar bangkit dari kursinya, berjalan mengitari meja, dan berhenti tepat di samping Halwa.
Ia membungkuk dan menempatkan kedua tangannya di sandaran kursi Halwa, menjebak gadis itu di tempatnya.
“Kamu benar, Halwa. Aku memang tidak pernah jelas tentang perasaanku. Tapi aku akan sangat jelas tentang satu hal sekarang, Halwa. Kamu istriku dan tidak ada seorangpun yang boleh menyentuhmu."
Halwa menahan napas, merasakan panas tubuh Athar di belakangnya.
"Mulai sekarang,kamu tidak akan lagi bertemu dengan Afrain di luar sekolah. Dan agar kamu tidak berpikir untuk melakukannya lagi, Hal. Aku yang akan mengantar dan menjemput kamu."
Halwa membelalakkan matanya saat Athar tidak memberikan kesempatan.
"Kamu menghukumku, Athar?” tanya Halwa, suaranya bergetar.
Athar mengambil pisaunya lagi, melanjutkan makan malamnya yang mewah seolah tidak terjadi apa-apa.
“Anggap saja ini sebagai peringatan, Halwa. Peringatan agar kamu tetap sehat, dan kamu ingat bahwa aku tidak suka berbagi.”
Setelah selesai makan Halwa meminta ijin untuk masuk ke kamarnya.
"Halwa, satu lagi. Pakai cincin pernikahan kamu saat dirumah."
Halwa tidak menjawab pertanyaan dari suaminya dan ia langsung masuk kedalam lift.
Athar tersenyum tipis dan kembali menikmati makan malamnya.
"YUNUS!" teriak Athar.
Yunus yang sedang berdiri di taman belakang langsung masuk kedalam.
"I-iya Tuan. Ada apa?" tanya Yunus sambil membungkukkan badannya.
"Aku yang membayar gajimu dan jangan sampai hal ini terjadi lagi." jawab Athar.
Yunus menganggukkan kepalanya sambil meminta maaf kepada Athar.
Athar bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke ruang kerjanya.
Ia membuka laptopnya dan melihat ada email yang dikirim oleh Onur.
Klik!
Athar membaca isi email yang dikirimkan oleh pamannya yang mendesak agar ia menikah dengan Azizah.
"Paman, bukankah aku sudah bilang kalau aku sudah menikah dengan Halwa." gumam Athar yang langsung menghapus isi email tersebut.
Sekarang yang Athar inginkan agar istrinya tidak berhubungan lagi dengan Afrain.
Hari sudah malam dan ia memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya.
Ia melihat istrinya yang sudah tidur dengan air mata yang masih mengalir.
"Maafkan aku, Halwa. Aku akan mencoba untuk mencintaimu." ucap Athar dalam hati.
Ia mencium kening Sania dan menutup tubuhnya dengan selimut.
Keesokan paginya dimana jam menunjukkan pukul lima pagi.
Halwa membuka matanya dan melihat suaminya yang masih tertidur pulas di sampingnya.
"Kenapa kamu kejam seperti ini, Athar?" gumam Halwa yang kemudian masuk ke kamar mandi.
Halwa menghidupkan shower dan menikmati air hangat yang mengguyur tubuhnya.
"Hari ini aku masuk sekolah saja. Daripada di rumah malah bikin pusing."
Setelah selesai mandi ia keluar dan mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah.
Athar membuka matanya dan melihat istrinya yang bersiap ke sekolah.
"Kenapa kamu nggak membangunkan aku, Hal?" tanya Athar.
Athar bangkit dari tempat tidurnya sambil meregangkan ototnya dan berjalan ke kamar mandi.
Halwa hanya meliriknya sebentar dan kembali merapikan buku-bukunya di dalam tas.
“Aku tidak mau merepotkanmu, Athar. Lagipula kamu sudah bilang akan mengantarku,” jawab Halwa sambil menuju ke ruang makan.
Setelah selesai mandi ia segera memakai pakaian kerjanya dan menyusul istrinya yang sudah menunggunya.
Athar menarik kursi makan dan melihat Halwa yang menikmati susu kedelai hangat.
"Halwa, dimana cincinmu?" tanya Athar.
"Ada di dalam tas, Athar. Aku tidak bisa memakainya saat di sekolah." jawab Halwa.
Athar menghela nafasnya dan memberikannya keringanan.
"Setelah pulang dari sekolah, kamu harus memakai cincin pernikahan kita." ucap Athar.
Halwa menganggukkan kepalanya dan ia meminta Athar untuk segera menghabiskan sarapannya.
Ia bangkit dari duduknya sambil mengambil kotak bekal yang sudah disiapkan oleh pelayan.
Sambil menunggu suaminya yang masih sarapan, Halwa duduk di teras rumah.
Ia melihat Yunus yang sedang membersihkannya mobil yang akan dipakai Athar.
"Selamat pagi, Nyonya." sapa Yunus.
"Selamat pagi, Yunus. Maaf karena aku, kamu juga dimarahi oleh Athar."
Yunus tersenyum tipis sambil membungkukkan badannya lagi.
“Tidak apa-apa, Nyonya. Sudah tugas saya untuk menjaga Nyonya. Tuan Athar memang seperti itu, Nyonya. Ia sangat menjaga privasi dan apa yang menjadi miliknya,” jawab Yunus, terdengar sedikit ragu di akhir kalimat.
Halwa mengernyitkan keningnya saat mendengar perkataan dari Yunus.
"Menjaga miliknya? Apakah aku seperti barang yang harus dijaga?" gumam Halwa.
Tiba-tiba, pintu utama rumah terbuka. Athar keluar dengan jas hitam yang rapi dan memancarkan aura wajahnya yang tampan dan juga menyeramkan.
“Ayo, Halwa. Kita berangkat,” ucap Athar dengan suara datar, tanpa senyum dan langsung masuk ke kursi pengemudi.
Halwa menganggukkan kepalanya dan duduk di samping suaminya.
Athar mulai melajukan mobilnya menuju ke sekolah istrinya.
Di sepanjang perjalanan mereka berdua tidak saling bicara.
Sesekali Halwa melirik ke arah suaminya yang sedang menyetir.
"Apakah aku sangat tampan, sayang?"
Halwa yang mendengarnya langsung salah tingkah.
Halwa memalingkan wajahnya ke jendela dan berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya.
Ia menyesal telah melirik suaminya yang sedang menyetir.
“Aku hanya melihat jalanan, Athar,” jawab Halwa dengan suara yang sedikit bergetar.
Athar yang mendengarnya langsung tertawa kecil.
"Kalau melihat jalan, kenapa pipi kamu merah seperti kepiting rebus?" goda Athar.
"Sudah, sudah. Sekarang fokus menyetir lagi." ucap Halwa.
Tak berselang lama Athar menghentikan mobilnya di depan sekolah Halwa.
Banyak murid yang melihatnya, termasuk Dinda dan kedua temannya.
"Hal, ini uang sakumu. Kalau kurang bilang,ya. Aku nggak mau istriku kekurangan uang. Dan satu lagi jangan dekat-dekat dengan Afrain."
Halwa menganggukkan kepalanya sambil mengambil uang yang diberikan oleh suaminya.
Ia membuka pintu mobilnya dan tiba-tiba Athar menggenggam tangannya.
"Hal, cium tangan suami dulu. Biar sekolahnya berkah." ucap Athar sambil menjulurkan tangannya.
Tangan Halwa ragu-ragu terulur, menyambut tangan Athar yang besar dan hangat.
Ia mencium punggung tangan suaminya dengan cepat.
Athar menariknya dan dengan cepat ia mencium kening istrinya.
Ciuman itu singkat, tapi cukup untuk membuat Halwa kembali salah tingkah.
Jantungnya berdebar kencang, dan rona merah di pipinya semakin jelas.
“Aku masuk dulu,” ucap Halwa.
Athar tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Ia meminta agar istrinya untuk segera masuk ke kelas.
Halwa menutup pintu mobilnya dan segera masuk ke sekolah.
Ia melihat suaminya yang kembali melajukan mobilnya menuju ke kantor.