•Sinopsis
Bagaimana jika dua insan yang tak saling kenal di satukan dalam sebuah ikatan pernikahan?
Keduanya hanya beberapa kali bertemu di acara-acara tertentu. Dan pada akhirnya mereka harus terbiasa bersama tanpa adanya sebuah rasa.
Tak terbersit di benak mereka, bahwa keduanya akan terikat oleh sebuah janji suci yang di ucapkan sang pria di depan para saksi.
Akankah keduanya bertahan hingga akhir? Atau malah berhenti di tengah jalan karena rasa cinta yang tak kunjung hadir?
Penasaran sama endingnya? Yuk ikutin ceritanya!..
Happy reading :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yp_22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Beberapa mobil mewah tampak terparkir di depan gerbang kediaman Alexander.
Semua orang yang menaiki mobil tersebut segera keluar dan berjejer rapi di belakang Michael dan keluarga.
Mereka di sambut oleh keluarga besar sang mempelai wanita.
\=°°°•°°°\=
Ceklek.
"Sayang, Michael dan keluarganya udah dateng."
Deg.
Viona yang baru menyelesaikan riasan nya seketika merasakan debaran jantung yang semakin meningkat saat ia mendengar bahwa calon suaminya sudah datang. Itu berarti tinggal menunggu beberapa menit lagi untuk merubah status nya menjadi seorang istri.
"Kamu cantik banget sayang, mamah sampe pangling liat kamu" ucap Amira sembari menangkup wajah putrinya yang sudah selesai di rias.
Viona tersenyum membalas ucapan Amora. Ia tak mengeluarkan suaranya sama sekali, tangan nya saling bertaut menahan gelisah yang kini melanda hatinya. Padahal saat di rias tadi, ia tak merasa seperti ini. Namun saat mendengar kabar bahwa calon suami nya sudah datang, mendadak ia merasa sangat gelisah.
Raut wajah gelisah terlihat begitu jelas pada wajah Viona. Amora yang menyadari hal itu segera menggenggam tangan Viona yang masih saling bertautan.
"Kenapa? Kamu gugup?" Tanya Amora.
Viona memandangi wajah Amora yang terlihat lebih segar karena di beri sedikit polesan make up.
"Gak tau mah, tiba-tiba aja hati aku gelisah" jawab Viona.
Amora tersenyum, "kamu tenang aja, itu hal wajar yang di rasakan pengantin sebelum akad. Kalo kata sah udah keluar dari mulut saksi, mamah yakin kamu akan jau lebih tenang."
Viona mengangguk. Jujur saja hatinya masih saja merasa sangat gelisah walaupun Amora sudah mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Berbeda dengan situasi kamar Amora. Kini di ruang utama keluarga Alexander yang sudah di hias sedemikian rupa, telah di penuhi oleh keluarga besar dari kedua belah pihak untuk menyaksikan akad nikah.
Michael sudah siap di sebuah meja yang memang di sediakan untuk akad. Ia duduk di depan Alexander—wali nikah Viona. Tak lupa, bapak penghulu yang juga berada di sebelah Alexander.
Begitupun para saksi yang sudah duduk fi kursi yang telah di sediakan.
"Apakah mempelai pria nya sudah siap?" Tanya penghulu pada Michael.
Michael yang di tanyai hanya mengangguk sebagai respon. Jujur, ia merasa sedikit gugup. Padahal ia sudah terbiasa dengan situasi seserius apa pun, tapi di hadapan penghulu seperti ini, membuat ia menjadi gugup luar biasa.
Schumacher yang duduk di belakang Michael menyadari ketegangan dari gestur tubuh Michael. Ia segera mencondongkan tubuhnya untuk membisikan kata-kata penenang untuk anaknya.
"Tenang lah, jangan gugup. Santai saja, tarik napas dan buang perlahan."
Michael yang mendengar ucapan Schumacher segera melakukan hal yang di perintahkan Schumacher. Berharap bisa sedikit mengurangi ketegangan nya.
Dan benar saja, sekarang ia mulai sedikit lebih tenang. Ya walaupun tidak sepenuhnya tenang, namun tidak seperti tadi.
Prosedur akad pernikahan berlanjut. Tak ada kendala apapun yang terjadi, bahkan Michael dengan lantang dan lancarnya mengucapkan janji suci di depan para saksi.
Hingga akhirnya, kata 'SAH' terdengar menggema di seluruh ruangan.
Alexander yang masih berjabat tangan dengan Michael terlihat berkaca-kaca. Sekarang tugasnya sebagai Ayah sudah selesai, ia sudah menyerahkan putri yang sangat ia sayangi pada seseorang yang kini duduk di depan nya.
Michael yang mendengar kata SAH secara serentak akhirnya bisa bernafas dengan lega. Kini ia audah resmi menyandang status sebagai seorang suami. Tanggung jawabnya bertambah, semoga saja ia bisa menjalaninya dengan baik.
Setelah kata sah di ucapkan, penghulu memimpin do'a untuk pengantin. Setelah selesai membaca do'a, Alexander menyuruh salah satu keluarga nya untuk menjemput Viona. Karena memang, sebelum akad selesai Viona belum boleh memperlihatkan dirinya.
Orang yang di tugaskan untuk memanggil Viona kini berjalan menuju kamar Amora di lantai dua. Anggap saja ia sepupu Viona yang bernama Nathan.
Sesampainya Nathan di depan pintu kamar Amora, ia segera mengetuk pintu.
Tak lama setelahnya, pintu terbuka dan menampilkan Amora yang berdiri dengan senyum merekah.
"Eh Nathan. Mau manggil Viona ya?" Ucap Amora menebak.
Karena memang, Amora dan Viona sudah mendengar kata SAH yang serentak dari lantai bawah.
"Iya tan. Disuruh Om Alex" jawab Nathan.
"Ya udah, bentar lagi kita turun" ucap Amora.
Nathan mengangguk kemudian pamit pergi menuju lantai bawah—tempat di selenggarakan nya resepsi kecil-kecilan.
Amora segera masuk kembali ke kamarnya untuk menemui Viona yang hanya menunduk menatap lantai.
Ia tau bagaimana perasaan Viona saat ini, karena ia pun pernah ada di posisi yang sama.
Dengan perlahan ia merendahkan tubuhnya, berjongkok di hadapan Viona yang duduk di tepi ranjang.
Amora tersenyum lalu mengangkat wajah Viona agar menatap ke arahnya.
Viona akhirnya memandangi wajah Amora dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis.
"Jangan nangis sayang, nanti luntur make up nya. Hari ini hari bahagia kamu, jadi jangan ngeluarin air mata kamu kecuali air mata bahagia."
Walau ia melarang Viona untuk tak menangis, namun ia sendiri malah merasakan bahwa matanya memanas, bersiap mengeluarkan air matanya.
Amora meraih tisu di atas nakas untuk mengelap sudut mata Viona yang menampung air mata.
"Udah. Ayo kita turun, udah di tungguin" ujar Amora.
Viona mengangguk dan ikut berdiri di samping Amora.
Amora tersenyum dan meraih lengan Viona untuk ia gandeng. Keduanya berjalan dengan anggun menuruni tangga.
Saat keduanya berjalan, seketika lampu sorot yang asalnya menerangi Michael kini beralih menyoroti Viona yang berjalan dengn gaun pengantin putih yang membungkusnya.
Michael segera berdiri dari duduknya dan berbalik menghadap Viona yang tengah berjalan menghampiri nya.
Michel tertegun. Ia pangling melihat istrinya.
Istrinya? Yah, yang berdiri dengan gaun pengantin di altar sana adalah Viona—istri nya yang baru ia nikahi beberapa menit lalu.
Saat Amora dan Viona sudah berada beberapa langkah lagi menuju tempat di mana Michael berdiri mematung menatap Viona, Amora melepaskan gandengan tangan nya membiarkan Viona berjalan sendirian menuju suaminya.
Viona kini berjalan sendirian perlahan menuju Michael yang siap menyambutnya. Seluruh pasang mata yang hadir tengah menyoroti Viona karena melihat penampilan nya yang sangat memukau pada pagi ini.
Rasanya jantung Viona terasa ingin jatuh dari tempatnya saat sadar bahwa seluruh pasang mata menatapnya dengan tatapan memuja. Ia gugup, dan malu.
Ia terus berjalan, hingga akhirnya ia sampai telat di depan Michael yang tak berkedip melihat nya.
"Ngedip kali." Marcel menegur Michael dari tempatnya berdiri.
Michael tersentak, ia baru menyadari bahwa kini Viona sudah berdiri tepat di hadapan nya dengan kepala menunduk.
"Sekarang waktunya tukar cincin. Silahkan untuk mempelai pria nya boleh memasangkan cincin pada mempelai wanita" ucap penghulu memberi instruksi.
Marcel segera maju dengan kotak berisi cincin pernikahan dan mempersilahkan Michael untuk mengambil cincin untuk pasangan laki-laki nya.
Dengan tanga agak gemetar, Michael perlahan meraih cincin yang di sodorkan oleh Marcel.
Michael segera meraih tangan Viona yang ada di sisi tubuhnya untuk di pasangkan cincin.
Setelah Michael memasangkan cincin pada jari manis Viona, sekarang giliran Viona yang memasangkan cincin pada jari Michael.
Setelah jari manis terlingkar di jari tangan pengantin, seketika tepukan tangan bergema memenuhi ruangan besar tersebut.
Viona yang belum melepaskan tangan nya pada tangan Michael, segera menarik tangan suami nya itu untuk ia cium.
Michael memejamkan matanya saat merasakan sebuah benda kenyal yang lembut menempel dengan perlahan pada punggung tangannya.
Tangan satunya lagi yang terbebas, segera terangkat menyentuh pucuk kepala Viona. Perlahan ia mendekatkan wajahnya pada pucuk kepala Viona.
Bibirnya tampak bergerak mengucapkan sederet kalimat do'a pada sang istri.
Viona melepaskan kecupan nya pada tangan Michael. Bersamaan dengan itu, Michael juga tampak mulai menjauhkan kembali wajahnya pada pucuk kepala Viona.
Tangan Michael yang sudah terbebas segera terangkat untuk menangkup wajah Viona agar Viona mendongak menatapnya.
Ia tertegun sejenak melihat wajah Viona yang terlihat sempurna. Bukan itu saja, ia juga melihat bahwa mata Viona berkaca-kaca seperti menahan tangis.
Ia juga mengerti mengapa mata Viona berkaca-kaca, namun ia tak bisa mengatakan kalimat penenang untuk istrinya itu.
Perlahan wajahnya kembali mendekat, ia mengecup kening Viona dengan khidmat. Matanya terpejam, membiarkan bibirnya menempel lebih lama pada kening Viona.
'Sekarang kamu adalah istri saya, tanggung jawab saya. Saya gak akan membiarkan kamu kesulitan dalam hal apapun itu. Saya juga berjanji tidak akan melepaskan mu apapun yang terjadi. Tetapi jika kamu yang memintanya, saya akan pikirkan kembali.' Michael bergumam dalam hati.
°°°°
Beberapa jam telah berlalu, kini jarum jam telah menunjukkan pukul tujuh malam.
Berbagai rancangan acara telah di laksanakan tanpa ada kendali. Dari mulai mengucapkan selamat pada pengantin, foto-foto, makan bersama, dan berbincang-bincang ringan dengan keluarga besar.
Kini keluarga besar dari pihak keluarga Schumacher telah pulang ke rumah masing-masing, meninggalkan Keluarga Viona dan Michael yang berada di kediaman Alexander. Oh, jangan lupakan juga sepupu Viona yang bernama Nathan dan keluarga yang berniat menginap. Karena rumah mereka berada di luar negeri, Amerika tepatnya.
Kini Viona dan Michael sudah berganti pakaian menjadi pakaian yang lebih santai dan nyaman. Mereka tengah berkumpul di ruang keluarga.
"Om" Viona yang duduk di sebelah Michael segera memanggil Michael dengan pelan, takut di dengar oleh yang lain.
Michael menoleh, mengangkat alisnya seolah bertanya 'Ada apa?' pada Viona.
Viona merapatkan tubuhnya pada Michael dan berbisik, "gue capek. Kalo ke kamar duluan boleh gak?"
Michael tampak tak merespon, tatapan nya bergulir seperti tengah menimbang-nimbang. Kemudian tatapan nya jatuh pada Viona yang menatapnya dengan mata sayu menahan kantuk.
"Maaf semuanya. Saya dan Viona pamit ke kamar duluan, Viona sudah mengantuk. Mungkin karena kelelahan abis acara" Michael akhirnya angkat suara.
Semua orang yang berada di sana menatap ke arah Michael Viona bergantian dengan pandangan menggoda.
"Udah ngantuk apa udah gak tahan dek?" Tanya Nathan dengan seringai jahilnya.
"Gak tahan apaan aih bang?, gue udah beneran ngantuk ini" balas Viona tak terima di ledek oleh sang sepupu yang paling menyebalkan menurutnya.
"Gue juga udah kangen sama kasur. Udah seharian ini gak masuk kamar gue sendiri" lanjutnya.
"Ya udah sana, ke kamar aja. Jangan lupa misinya ya Mic" ucap Amora menengahi.
Karena memang jika Viona dan Nathan sudah memulai perdebatan, maka tidak akan ada akhir yang damai.
"Oh iya, nanti kalo udah waktunya makan malam, mamah ke atas buat manggil kalian" beri tahu Amora.
Michael hanya mengangguk sambil tersenyum tipis membalas ucapan Amora.
"Kalo gitu kita ke kamar duluan Mah" pamit Michael sembari bangkit dari duduknya.
Viona yang melihat Michael beranjak segera mengikuti langkah Michael setelah sempat berpamitan pada keluarga nya.