Kisah ini adalah kelanjutan dari Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas.
Di sini, Author akan lebih banyak membahas tentang Arjuna Jati Manggala, putra dari Arsha dan Raina yang memiliki Batu Panca Warna.
Batu Panca Warna sendiri di percaya memiliki sesuatu yang istimewa. 'Penanda' Bopo ini, barulah di turunkan pada Arjuna setelah ratusan tahun lamanya. Jadi, Arjuna adalah pemegang Batu Panca Warna yang kedua.
Author juga akan membahas kehidupan Sashi, Kakak Angkat Arjuna dan juga dua sepupu Arjuna yaitu si kembar, Naradipta dan Naladhipa.
Beberapa karakter pun akan ada yang Author hilangkan demi bisa mendapatkan fokus cerita.
Agar bisa mengerti alurnya, silahkan baca terlebih dahulu Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades dan juga Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas bagi pembaca yang belum membaca kedua Novel tersebut.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Persaingan
"Shi... Sashi..." Salah satu teman Sashi memanggilnya.
"Kenapa, Din?" Tanya Sashi.
"Ini Pangeran Sekolah daftar pencalonan pengurus OSIS?" Tanya Dina saat melihat lembar profil Arjuna.
Mereka pasti tau siapa yang di sebut dengan Pangeran Sekolah tanpa menyebutkan namanya lagi. Pria itu seolah seperti sebuah paket lengkap. Tak hanya tampan, namun juga cerdas. Arjuna memang kerap kali memenangkan berbagai perlombaan khususnya di bidang Sains dan IT.
"Iya? Katanya gak mau daftar." Jawab Sashi sambil menggelengkan kepalanya.
"Kamu sama Adekmu itu di kasih makan apaan deh, Shi? Kenapa bisa pinter - pinter banget otaknya." Tanya salah satu temannya yang lain, bernama Meta.
"Buku, Ensiklopedia sama Kamus kayaknya." Sahut Dina yang membuat mereka bertiga terkekeh.
Tak hanya Arjuna, nama Sashi pun tak kalah terkenalnya. Selain menduduki Jabatan sebagai ketua OSIS, Sashi juga selalu menjuarai Olimpiade Matematika dan juga berbagai perlombaan Bahasa Inggris. Sashi bahkan menjadi Duta Pelajar Berprestasi mewakili Kabupatennya tahun lalu dan berhasil mendapat Beasiswa kuliah di salah satu Kampus terkenal di Kabupaten.
"Tapi wajar sih kalo mereka pada pinter, Ayahnya juga gitu. Aku tau dari Guru Fisika kita, katanya beliau dulu wali kelas Ayahnya Sashi dan Arjuna." Cerita Dina.
"Udah genetik dong ya, berarti." Sahut Meta.
"Ibu kamu juga alumni sini kan, Shi?" Tanya Dina.
"Iya, dua tahun di bawah Ayahku. Jadi, Ibu kelas satu, Ayah kelas tiga." Jawab Sashi.
"Jangan bilang Ayah sama Ibumu dulu cinlok?" Tanya Dina.
"Katanya sih gitu. Ayah udah suka sama Ibu dari SMA tapi baru nyatain perasaannya setelah tujuh tahun kemudian dan Ibu juga ternyata udah suka sama Ayah dari SMA." Cerita Sashi.
"Astaga, so sweet banget!" Kata dua temannya yang tiba - tiba meleleh saat mendengar cerita Sashi.
"Eh, maaf ya, Shi. Tapi kenapa kok kamu gak mirip sama Arjuna, ya? Kalo Arjuna kan wajahnya kayak ada arab - arabnya gitu." Celetuk Meta.
"Aku juga gak tau. Arjuna lebih mirip Ibu sih." Jawab Sashi.
"Lagian pertanyaanmu tuh aneh, Met. Ya kalik gak semua anak itu kan mirip. Anak kucing yang satu Mamak dan Bapak aja, warna bulunya bisa beda - beda kok." Cicit Dina yang membuat Sashi dan Meta tertawa.
"Yuk, pulang. Udah sore." Ajak Sashi saat melihat jam yang menunjukkan pukul setengah lima sore.
"Kamu pulang sama siapa? Mau bareng aku?" Tawar Dina.
"Biasa lah, aku di jemput Juna." Jawab Sashi.
"Tapi Juna itu bener - bener ya, makin protektif sama kamu. Apa lagi semenjak kejadian di gudang." Kata Dina.
"Beruntung banget Sashi punya Adik yang perhatian gitu. Kalo Adikku, halaaah cuek poll." Ujar Meta.
"Arjuna itu dari kecil memang di didik kayak gitu sama Ayah dan Bopo. Biar jadi laki - laki yang bertanggung jawab, karna ada tugas berat yang harus ia emban nantinya." Kata Sashi.
"Tugas apa memangnya?" Tanya Dina yang kepo.
"Adalah..." Jawab Sashi sambil tersenyum.
"Sumpah ya, anak ini bikin penasaran!" Gemas Meta sambil mencubit pipi Sashi.
Mereka bertiga pun segera keluar setelah membereskan ruangan Sekretariat. Tak lupa, Sashi memberikan kunci ruang Sekretariat OSIS pada Pak Satpam yang sedang membersihan ruang guru.
"Arjuna belum jemput, Shi?" Tanya Meta yang celingukan.
"Mungkin bentar lagi sampe, dia baru jalan dari rumah temennya." Jawab Sashi.
"Shi, ada itu..." Dina melirik ke arah laki - laki yang menatap Sashi dari gerbang sekolah. Sahi dan Meta pun mengarahkan pandangan mereka ke arah laki - laki itu.
Laki - Laki bernama Sandi itu, bisa di bilang tergila - gila pada Sashi. Walaupun berbeda sekolah, Sandi kerap kali menghampiri Sashi hingga membuat Sashi merasa risih. Ia pun sudah beberapa kali menyatakan perasaannya pada Sashi, namun Sashi selalu menolak dan memintanya untuk berteman saja. Namun, sepertinya Sandi tak ingin jika mereka hanya sekedar berteman saja.
"Udah, biarin aja." Jawab Sashi.
"Kenapa sih masih ganggu aja? Udah di tolak juga. Di kira kita gak tau apa, dasar play Boy sok kecakepan." Gerutu Dina.
"Shi, nyamperin tuh." Kata Meta sambil menyenggol - nyenggol lengan Sashi.
"Pulang sama siapa, Shi? Mau aku anter?" Tanya Sandi.
"Aku sebentar lagi di jemput kok, San." Jawab Sashi.
"Oh, gitu. Bisa ngobrol sebentar, gak? Sekalian nunggu kamu di jemput. Aku temani." Kata Sandi.
"Boleh. Kita ngobrol di sini aja sama Meta dan Dina juga." Jawab Sashi.
"Maksud aku..."
"Sayangku!" Seru seorang pria yang suaranya jelas akrab di telinga Sashi dan juga kedua temannya. Laki - Laki tampan itu turun dari motor sportnya kemudian melepas helm sebelum menghampiri Sashi.
Sashi sendiri mendelik saat Arjuna memanggilnya begitu, sementara Dina dan Meta justru tersenyum - senyum.
"Di jemput Sayangmu tuh, Shi." Ledek Dina yang makin membuat Sashi melotot.
Dengan santainya, Arjuna yang menghampiri Sashi langsung merangkul Mbaknya dan mengusap kepala Mbaknya itu. Ia pun melirik sekilas pria yang berdiri di hadapan Sashi.
"Ayo pulang, Sayang." Arjuna yang sengaja meledek pria di depan Sashi. Walaupun ia tak tau siapa pria itu, namun Arjuna tau kalau pria itu menyukai Sashi.
"Kamu kenapa deh?" Tanya Sashi.
"Kamu - kamu, panggil yang bener dong. Panggil Sayang gitu." Kata Arjuna yang membuat Dina dan Meta menahan tawa.
"Ayo, panggil yang bener. Gimana coba manggilnya?" Tanya Arjuna.
"Juna." Jawab Sashi.
"Yang bener, Sayang, manggilnya." Kata Arjuna sambil melirik ke arah Sandi. Ia seperti tak memperdulikan keberadaan Sandi.
"Udah ah, ayo pulang." Ajak Sashi.
"Aku sama Meta duluan ya, Shi. Dulun Mas Juna, titip Sashi, ya." Kata Dina yang seolah mendukung kejahilan Arjuna.
"Aman, tenang aja. Pasti sampe di rumah, kok." Jawab Arjuna sambil mengacungkan jempolnya.
"Mari, duluan." Pamit Dina sambil mengangguk sopan pada Sandi.
"Ayo, Sayang." Ajak Arjuna yang tak melepaskan rangkulannya.
"Duluan ya, Bro!" Pamit Arjuna sambil menepuk pelan bahu Sandi.
"Sandi, aku duluan, ya." Pamit Sashi.
"Iya, hati - hati." Jawab Sandi.
Sandi pun terus memandangi Sashi dan Arjuna yang berjalan bersama menuju ke motor. Keduanya nampak berinteraksi dengan mesra, apa lagi saat Arjuna memakaikan helm pada Sashi. Arjuna pun nampak menyiagakan tangannya saat Sashi hendak naik ke atas motor.
Sandi tak melepaskan pandangannya dari Sashi dan Arjuna hingga keduanya menghilang dari pandangannya.
"Jadi karna laki - laki itu, kamu terus nolak aku, Shi?" Kata Sandi yang bermonolog.
"Memang apa hebatnya dia di banding aku?" Ujar Sandi lagi.
Ia mengepalkan tangannya dengan erat. Tentu tak rela jika gadis incarannya itu bersama laki - laki lain. Sandi yang selama ini tak pernah di tolak saat mengungkapkan perasaan, merasa tertantang dan ingin menaklukkan Sashi yang berulang kali menolaknya.
mz arjunaku yg ca'em,bagus,guanteng sak kabehe,smpyn meneng mawon.lenggah sing tenang.tak santette sandi sak krocone.😡🤬😤
ayoooo juna sentil si sandi dengan kelelawar🤭