"Kamu tahu arti namaku?" Ucap Acel saat mereka duduk di pinggir pantai menikmati matahari tenggelam sore itu sembilan tahun yang lalu.
"Langit senja. Akash berarti langit yang menggambarkan keindahan langit senja." jawab Zea yang membuat Acel terkejut tak menyangka kekasihnya itu tahu arti namanya.
"Secinta itukah kamu padaku, sampai sampai kamu mencari arti namaku?"
"Hmm."
Acel tersenyum senang, menyentuh wajah lembut itu dan membelai rambut panjangnya. "Terimakasih karena sudah mencintaiku, sayang. Perjuanganku untuk membuat kamu mencintaiku tidak sia sia."
Air mata menetes dari pelupuk mata Zea kala mengingat kembali masa masa indah itu. Masa yang tidak akan pernah terulang lagi. Masa yang kini hanya menjadi kenangan yang mungkin hanya dirinya sendiri yang mengingatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunglon
Kini Acel sudah berada di apartemennya bersama Lui dan Mike
"Tuan muda, aku menemukan sesuatu."
Mike memperlihatkan hasil kerja kerasnya tadi siang saat menelusuri data data di kediaman Tiger.
"Ini hanya sebuah rekaman suara yang tidak begitu jelas. Namun, saya yakin sepertinya berhubungan dengan Sky grup dan tuan Dandi."
Dengan cepat Akash meraih benda pipih persegi empat itu, mengeraskan volume dan mendengarkan rekaman suara itu. Setelah mendengarkan satu kalimat awal, matanya langsung melotot tak percaya dengan apa yang didengarnya.
Lui menatap pada Mike, meminta penjelasan dari Mike yang malah mengangkat kedua bahunya sambil menghela napas.
"Apa yang terjadi, Tuan muda?" tanya Lui khawatir.
"Om Dandi benar benar keterlaluan!" gertaknya sambil mengepalkan kedua tangannya.
Hp Lui bergetar, panggilan masuk dari Boby. Segera saja dia mengangkatnya.
"Boby!"
"Akhgrrr..."
"Bob, Boby..."
"Huaaa..."
Lui panik, dia tidak mengerti mengapa hanya mendengar suara jeritan kesakitan dari Boby.
"Jika ingin menyelamatkannya, hentikan penyelidikan kalian!" gertak seseorang yang menggunakan suara berat jelas suara samaran.
"Tuan muda, Mike, sepertinya Boby di tahan di markas Mafia!"
Mendengar itu membuat Acel mengambil alih hp di tangan Lui. "Siapa anda? Dimana Boby!"
"Tidak, jangan Tuan muda... Akhgrrr!!" teriakan Boby membuat Acel semakin khawatir.
"Jangan lakukan apapun pada Boby, brengsek!"
Tut, tut.
Panggilan diputus begitu saja.
"Mike, lacak keberadaan Boby."
"Baik, Tuan muda."
Dengan segala kemampuannya, Mike pun melacak gps yang ada di hp Boby yang ternyata berada di markas bawah tanah milik Tiger.
"Mengapa Boby bisa ada disana? Bukankah dia harusnya mengawasi tuan Dandi?!" Ucap Lui dan Mike hampir bersamaan.
"Mike, periksa keberadaan Zea!"
"Nona Zea masih di Cafe, Tuan muda."
Baik Mike maupun Lui begitu terkejut karena dalam situasi seperti ini Acel memikirkan keselamatan Zea padahal dia selalu mengatakan membenci Zea dan akan membuat Zea menderita.
"Lui, awasi Zea mulai sekarang. Pastikan dia selalu dalam pengawasanmu. Tapi ingat, jangan sampai dia tahu."
"Baik, Tuan muda."
Lui segera bergegas menuju Cafe untuk mengawasi Zea seperti perintah Acel. Sementara Acel dan Mike nekad mencari cara untuk membebaskan Boby. Mereka bergerak menuju markas bawah tanah Tiger dengan cara melakukan penyamaran. Sementara urusan Sky grup dia titipkan pada Raka.
.
.
.
Sesuai perintah, Lui hanya terus mengawasi Zea dari kejauhan. Seperti saat ini, dia mengikuti taksi yang mengantarkan Zea menuju rumah utama. Tidak lupa Lui memotretnya dan mengirimkan pada Mike untuk diperlihatkan pada Acel.
Taksi berhenti tepat di depan gerbang rumah utama. Lui pun merasa lega dan hendak segera pergi, tapi diurungkannya saat melihat mobil Alia memasuki perkarangan rumah. Alia turun dari mobil begitu pintu mobil dibuka oleh Handi. Sedangkan Zea menundukkan kepalanya menyambut ibu mertuanya itu.
"Selamat malam, Nyonya."
"Ya." jawabnya ramah sambil tersenyum menatap penampilan Zea.
"Kamu baru pulang?"
"Iya, Nyonya."
"Oh, pasti capek ya. Ya sudah mari masuk, ganti pakaian, setelah itu masak untuk saya."
"Baik, Nyonya."
"Eits, jangan sampai semua orang tau kalau saya yang meminta kamu untuk masak!"
"Baik, Nyonya."
Dengan langkah pelan Zea mengekor dibelakang Alia seperti pelayan yang sangat patuh. Nyatanya, Zea melakukan itu hanya sekedar ingin mendekati wanita bunglon itu untuk mencari cara agar bisa mengungkap semua tindak kejahatannya.
Lui menyaksikan semua itu dari luar pagar rumah utama yang membuat keberadaannya disadari oleh ayahnya, Handi.
"Masuklah dulu. Kalau tidak, Nyonya akan curiga." ucap Handi pada putranya itu yang terpaksa ikut masuk bersama.
"Tuan muda belum pulang?"
"Belum, Yah."
"Loh, Tuan muda malah jadi kebalik gini. Dulu saat masih bujang selalu menyempatkan waktu untuk pulang untuk menemui Nyonya Alia. Lah sekarang saat sudah nikah, malah gak punya waktu buat pulang sama sekali." celoteh Handi.
"Tuan muda mulai menyelidiki kembali kasus kecelakaan Tuan David, Yah."
Mata Handi sedikit gemetar saat mendengar kalimat yang diucapkan putranya barusan. "Ada apa? Mengapa tiba tiba ingin melanjutkan penyelidikan. Apa ada masalah?"
"Maaf, Yah. Aku hanya bisa memberitahu sejauh itu. Tentang hal lainnya, Tuan muda akan memberitahu Nyonya Alia setelah semuanya pasti."
"Baiklah. Tapi ingat, kalian harus saling menjaga. Terutama kamu, harus selalu menjaga keamanan Tuan muda Akash."
"Tentu, Ayah."
Tidak lama kemudian, Zea turun dengan sudah berganti ke pakaian rumahan dengan jilbab sorongnya. Dia tersenyum begitu melihat Lui dan langsung menghampirinya.
"Selamat malam, nona Zea."
"Selamat malam, pak Han." sahutnya lembut, kemudian mengalihkan pandangannya pada Lui yang berdiri disebelah pak Handi.
"Kak Acel tidak pulang malam ini?"
"Tidak, Nona."
"Apa dia baik baik saja?"
"Tentu. Tuan muda baik baik saja, dia begitu sibuk mengerjakan banyak pekerjaan terlebih sebentar lagi dia akan segera menjadi pimpinan Sky grup." jawab Lui yang berhasil membuat Zea merasa sedikit lega.
"Kak Lui makan malam disini saja. Aku akan memasak."
"Tidak..."
"Tentu, Lui akan makan malam di sini, karena saya juga." sambung Handi memotong ucapan putranya.
"Baiklah, kalau begitu aku ke dapur dulu. Kak Lui bisa menunggu sambil ngobrol sama pak Han."
"Baik, nona." jawab Lui.
Zea pun segera menuju dapur, dia menyiapkan segala sesuatu yang akan dia masak sesuai perintah Alia saat masih di lantai atas tadi. Alia bahkan telah memerintahkan agar semua pelayan di rumah ini tidak keluar dari kamar mereka sebelum rumah kembali sepi. Dia sengaja ingin menyiksa Zea.