NovelToon NovelToon
Luka Lara ( Pembalasan )

Luka Lara ( Pembalasan )

Status: sedang berlangsung
Genre:Murid Genius / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu
Popularitas:11.5k
Nilai: 5
Nama Author: blue.sea_

Jika cinta pertama bagi setiap anak perempuan adalah ayah, tetapi tidak bagi Lara. Menurut Lara ayah adalah bencana pertama baginya. Jika bukan karena ayah tidak mungkin Lara terjebak, tidak mungkin Lara terluka.

Hidup mewah bergelimang harta memang tidak menjamin kebahagian.

Lara ingin menyerah

Lara benci kehidupan

Lara lebih suka dirinya mati

Di tuduh pembunuh, di usir dari kediamannya, bahkan tunangannya juga menyukai sang adik dan membenci Lara.

Lantas, apa yang terjadi? Apakah Lara mampu menyelesaikan masalahnya? Sedangkan Lara bukanlah gadis tangguh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue.sea_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

Arthur membawa Lara menuju sebuah apartemen mewah yang ada di ibu kota. Lara tak ingin protes sedikitpun karena memang apartemen Lara berada di sini, Lara berpikir Arthur ingin mengantarkannya.

Lara memang memiliki satu apartemen mewah pemberian kakeknya di ulang tahun Lara. Lara tidak pernah mendapatkan uang dari Ravindra, kakek Lara yang selama ini rutin memberikan Lara uang dan juga barang barang mewah.

Tapi, bukan berarti Lara manja dan hanya mengandalkan kakeknya saja. Lara juga ikut membantu kakeknya mengelola perusahaan milik kakeknya.

"Makasih om."

Lara segera keluar dari mobil Arthur, tetapi tiba tiba Arthur malah mengikutinya.

"Om, kenapa malah ngikut?"

Arthur tak merespon hal itu tentu saja semakin membuat Lara penasaran. Padahal ia ingin menenangkan diri tetapi Arthur malah mengekorinya.

"Om?"

"Berhenti memanggil saya dengan sebutan itu?"

Lara mengerucutkan bibir, banyak tingkah, jadi kalau tidak di panggil om mau di panggil apalagi? Lagipula tidak ada salahnya kalau Lara memanggil Arthur om karena usia Arthur yang jauh di atas Lara.

"Jadi harusnya gimana om? Kan gak mungkin juga panggilnya sayang."

Tanpa sadar Arthur malah tersenyum. "Itu lebih bagus."

Bugh

 "Kalau itu om yang mau, bukan aku." Lara menunjuk lengan Arthur kuat.

"Aduhhh."

Arthur merasakan lengannya nyeri, pukulan Lara tidak main main. Tapi Arthur tidak marah ia tahu Lara hanya mendapat kekerasan dari keluarganya. Biarlah Lara melampiaskan emosinya pada Arthur.

"Lembek, aku cuman di sentuh doang juga." Lara berjalan meninggalkan Arthur sambil melipat tangan di dada.

Arthur menggigit bibir bawahnya gemas, sentuh apanya? Kalau hanya menyentuh tidak mungkin akan menimbulkan suara sekeras tadi.

Untung saja Arthur menyayangi Lara kalau tidak pasti Arthur akan memberikan gadis itu pada peliharaannya.

"Tunggu Lara." Lara menatap Arthur jengkel, ternyata selain lembek Arthur juga lambat. Untung saja lift belum tertutup

"Ckk lama banget sih om."

Arthur tersenyum, ia harus bersabar menghadapi Lara. Kalau saja orang lain tidak mungkin Arthur akan bersikap seperti ini. Lara memang menyebalkan tapi Arthur malah semakin suka.

"Apartemen milik om ada di lantai tujuh ayo." Arthur bahkan tidak tahu jika Lara memiliki apartemen di bangunan yang sama dengannya. Bukan hanya itu, apa tadi bahkan di lantai yang sama.

Lara melongo kebetulan macam apa ini? Tidak, kalau seperti ini bagaimana Lara akan tenang.

Ting

Lara segera berlari kencang menuju unit apartemen miliknya disusul oleh Arthur di belakang Lara.

"Lara bukan yang itu, tapi di sebelahnya jangan sampai kamu masuk ke unit milik orang lain." Arthur segera menarik tangan, Lara membawanya ke sebelah.

Lara menarik tangan dari genggaman Arthur. "Om tapi punya aku di sebelah, om gak becanda? Gak lucu kalau aku punya tetangga kayak om."

Arthur terkejut, alisnya menukik tajam sebelah. "Kenapa? Kamu gak mau punya tetangga setampan saya?"

Lara ingin sekali menonjok Arthur untuk kedua kalinya. Apa apaan, kenapa bisa malah jadi tetangga?

~-----~

"Om kenapa sih? Harus kali yah ke sini?"

Arthur mengulum senyum, dia hanya kesepian saja jadi memutuskan untuk berkunjung ke tetangganya.

"Saya hanya ingin berkunjung, mempererat tali silaturahmi dengan tetangga." Jelas itu hanya alasan Arthur saja.

"Basi tahu gak, Om kalo mau bohong yang pinter dikit dong." Lara menghembuskan nafas kasar, gadis itu berbalik masuk ke dalam apartemennya.

Arthur merasa tidak mendapat penolakan dari Lara ia dengan santainya mengekori Lara. Pria tersebut mendaratkan tubuh di sofa. Lara yang melihat hal itu menghentakkan kakinya kesal.

Arthur lagi lagi harus menahan tawanya. Jika saja Julian ada di sini mungkin ia akan mendokumentasikan fenomena langka seorang Arthur.

"Kamu tidak menawarkan saya minum?"

"Om mau apa?"

"Kopi hitam."

Lara mengangguk kemudian berlari menuju dapur, tak berselang lama Lara kembali dengan segelas air putih.

"Tapi aku adanya cuma air putih."

Arthur menatap Lara tak percaya, kalau begitu kenapa harus bertanya? Kenapa tidak langsung membawakan air putih untuknya? Padahal Arthur sudah membayangkan kopi buatan Lara.

"Om, sebagai ucapan terima kasih aku bakal masakin om makan malam. Yah, mungkin cuma masakan rumahan tapi om mau kan?" Lara menatap penuh permohonan pada Arthur yang pastinya membuat Arthur tidak bisa menolak permintaan Lara. Lagipula memang itu tujuan utama Arthur datang kesini.

"Kamu mau masak apa?" Arthur segera bangkit dari duduknya, sepertinya ia berniat membantu Lara memasak.

"Capcay sama ayam goreng karena cuman itu bahan yang ada. Aku belum belanja bahan dapur soalnya."

Arthur yang mendengar itu mengangguk saja, kalau Lara yang memasak maka Arthur akan suka. Sepertinya Arthur memang sudah jatuh cinta pada Lara.

"Om tunggu di sini, aku bakal masak sebentar kalau om mau ikut boleh tapi om cuma lihat aja. Gak boleh ikut masak."

Arthur kembali ke wajah datar, padahal dia sudah memiliki niat baik untuk menolong tapi Lara sudah menolaknya sebelum Arthur mengutarakan niatnya.

Jadilah Arthur duduk kembali di sofa, pria tampan bak dewa tersebut fokus menatap pada ponselnya karena memang ia bosan. Ke dapur juga tidak mungkin karena pasti akan mengganggu Lara, Arthur tidak ingin Lara marah padanya.

Saat Arthur sedang fokus pada ponsel, bel apartemen berbunyi berulang kali. Bukan hanya bel bahkan pintu juga ikut di gedor keras.

Arthur bangkit untuk membuka pintu.

Ceklek

Arthur seketika membeku.

"Tuan Arthur?"

1
Veronica Ginting
lanjut ceritanya
Mauliza Fatika Andayu
lanjutkan ceritanya dongg😍
✧blue.sea_✿
Bagus banget
Thida_Rak
keren
Thida_Rak
suka banget sama ceritanyyaa
Cevineine
semangatt
✧blue.sea_✿: makasih kak
total 1 replies
Thida_Rak
seru
Listya ning
Haaaaiii
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya
Alphonse Elric
Top markotop deh cerita ini, recommend banget!
yukio_gchs
Masuk ke dalam cerita banget.
ADZAL ZIAH
keren kak ❤ dukung karya aku juga ya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!