Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 21
Bruuummm
Ravi menutup panggilan dari Leon, dia langung menyalakan mobilnya dan lebih dalam lagi menekan pedal gasnya. Pikirannya tidak karuan saat ini, rasanya jantungnya akan berhenti saat Leon memberinya kabar.
" Mas Rav! Mbak Na jatuh dari tangga. Sekarang kami ada di klinik sektiar kawasan industri. Mbak Na nggak mau dibawa ke rumah sakit, dia minta aku ngubungi Mas Ravi."
Seperti itulah kabar dari Leon. Dan sekarang pikiran buruk mulia merasuk ke dalam kepala Ravi. Ia menjadi takut dengan apa yang tejadi pada Leina.
Baru saja ravi membicarakan Leina dengan Wisang. Ravi ingat tentang orang yang terkena alzheimer akan rawan terjatuh, dan kini hal itu sudah terjadi pada Leina.
Meskipun Ravi belum tahu sebab mengapa Leina bisa terjatuh dari tangga, tapi tetap saja membuatnya khawatir. Seolah-olah apa yang dikatakan oleh Wisang mulai terjadi.
Ketakutan Ravi luar biasa, tapi dia saat ini harus tenang. Ia meneguhkan dirinya sendiri agar bisa bersikap tenang. Kalau aku panik, Leina bisa aja terpengaruh. Ya aku harus tenang, Aku harus bisa berpikir positif. Itu belum dimulai, dan aku yakin itu hanya kecelakaan aja."
Ravi menganggukkan kepalanya kecil, ya dia tengah berusaha untuk membuat pikirannya berbaik sangka. Ia pun semakin cepat mengemudikan mobilnya, jalanan yang tidak terlalu ramai sungguh ia syukuri sehingga ia lebih cepat untuk sampai dimana lokasi Leina berada.
Ckiittt
Braak
Tap tap tap
Ravi memarkirkan mobilnya, dan segera masuk ke dalam klinik dengan sedikit terburu-buru. Ia melihat Leon berada di depan sebuah brankar, dan disana sedang ada Leina tengah duduk bersandar.
" Lei, kamu kenapa? leon sebenernya gimana kejadiannya?"
" Itu Mas, jadi."
Leon menceritakan kronologi Leina terjatuh, dan Ravi bernafas lega karena ternyata memang bukan karena Leina kehilangan keseimbangan.
Istrinya itu terjatuh karena tangga baru saja di pel sehingga membuat tangga menjadi licin. Beruntung Leina tidak jatuh dari anak tangga pertama, dia berada di posisi tengah. Namun tetap saja kaki Leina terluka. Leina mengalami kaki yang keseleo, jadi membuatnya harus istirahat untuk beberapa waktu di rumah.
" Ya udah kalau gitu kita pulang ya Lei?" ucap Ravi lembut.
Leina hanya mengangguk. Sedari tadi dirinya datang, Leina hanya terdiam. Mulutnya tertutup rapat membuat Ravi malah menjadi khawatir. Namun Ravi tidak akan bertanya untuk sekarang karena hal utama yang harus ia lakukan adalah membawa istrinya pulang.
Oleh Ravi, Leon diminta kembali ke kantor. Ravi juga meminta Leon untuk tidak memberitahu kedua orangtuanya agar Dante dan Ratih tidak khawatir. Ravi berjanji dialah yang akan memberitahu mereka nanti.
Selama perjalanan menuju ke rumah, Leina masih saja terdiam. Ia hanya menundukkan kepalanya tanpa melihat Ravi barang sebentar pun. Hal tersebut tentu membuat Ravi bertanya-tanya, sebenarnya kenapa Leina bersikap demikian. Ravi lag-lagi ingat apa yang dikatakan oleh Wisang bahwa perubahan sikap penderita itu akan terjadi seiring berjalannya waktu. Jika demikian maka Ravi harus lebih tenang dalam menghadapi Leina. Dia tidak boleh bertanya dengan menggebu-gebu.
" Lei, ada apa hmm?' Ravi bertanya dengan pelan dan penuh kelembutan.
" Maaf ya Mas, aku jadi ngrepotin kamu kayak gini. Seharusnya aku nggak perlu minta kamu buat datang. Seharunya aku bisa minta Leon aja yang nganter aku ke rumah. Kamu kan juga sibuk dan punya urusan sendiri. Aku beneran jadi beban buat kamu Mas."
Nada bicara Leina terlihat sungguh menyesal dan merasa tidak enak. Ravi jelas bisa merasakan itu. Namun entah mengapa Leina yang sepeti ini terasa imut di depannya.
Selam ini Leina sama sekali tidak pernah bersikap demikian. Leina yang Ravi tahu adalah pribadi yang kuat dan mandiri, sehingga dia jarang sekali mengeluh ataupun merajuk. Leina selalu bisa menyelesaikan masalahnya tanpa minta bantuan dari orang lain. Jadi Ravi sedikit merasa senang melihat sisi Leina yang seperti ini.
Namun tentu saja semua itu merupakan sebuah tanda bahwa penyakit yang diderita Leina mulai berkembang. Hal itu membuat Ravi menjadi tidak suka. Jika boleh memilih dia lebih senang melihat pribadi tegas, kuat dan mandiri dari Leina.
" Eiii, hanya itu aja ternyata. Lei, bukankah kita ini suami istri? Bukankah kalau suami istri itu adalah partner dalam kehidupan? Dimana kita akan saling berbagi rasa senang dan sakit, dimana kita akan bekerja sama dalam sebuah hal? Jadi please, jangan merasa nggak enak atau apapun itu. Aku suami kamu, jadi pergunakan aku dengan sebaik-baiknya, manfaatkan aku dengan semestinya, karena aku nggak akan pernah menolak ataupun protes tentang hal itu."
Degh
Dada Leina berdegup kencang. Diperutnya seakan ada bunga-bunga bermekaran. Kata-kata yang keluar dari mulut Ravi terdengar sederhana tapi mempu membuat jantungnya memacu dengan cepat.
Leina menjadi tidak mengerti mengapa bisa demikian. Tapi satu hal yang ia tahu pasti bahwa dirinya senang mendengar apa yang Ravi ucapkan.
" Terimakasih Mas Suami."
" Sama-sama Istriku."
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍