Perhatian:
Semuanya, ini adalah season dua dari kisah Maudy dan Elgara yang berjudul "Menikahi Pria Koma"
Setelah dua tahun berpisah, Elgara memutuskan untuk merebut Maudy kembali.
Ia menjalankan sebuah rencana untuk membuat kelaurga Maudy menyerahkan Maudy kembali ke padanya, hal ini berdasarkan rasa dendam nya yang tak bisa ia lupakan.
Jikalau kalian tidak membaca season pertama pasti akan kebingungan dengan alur nya, jadi author sarankan baca dulu season satu nya ya, baru datang ke season dua nya.
Season dua nya idak banyak, hanya empat puluh bab saja, dan buat yang ngikutin season satu dari awal yuk kita pindah ke season dua untuk mengetahui bagaimana kisah mereka selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #21
Sore harinya
"akhirnya selesai juga," kata Maudy sambil menatap lega lukisan yang telah beberapa hari ia kerjakan dengan penuh semangat.
"Maudy," pangil Gaza yabg saat ini sedang berjalan menghampiri Maudy.
"Kak Gaza, ada apa?" tanya Maudy sambil tersenyum.
"Di luar ada Hans, dia ingin mengambil lukisan nya, apakah sudah selesai?" ujar Gaza sambil memperhatikan Maudy.
"Ayo lihat lah ini, bagaimana? Bagus tidak?" ujar Maudy dengan girang karena telah berhasil menyelesaikan lukisan tersebut dengan sempurna.
"Ini sangat sempurna, sentuhan tangan mu tidak pernah gagal, Hans pasti sangat menyukainya," kata Gaza sambil memperhatikan lukisan tersebut dengan tatapan kagum.
"Terima kasih banyak, ini juga berkat dirimu," kaya Maudy kepada Gara.
"Oh ya, aku tidak bisa berlama-lama, sebaiknya kau temui Hans, aku ada tamu di ruangan ku," jelas Gaza.
"Iya baik lah kak, semoga sukses," kata Maudy sambil mengacungkan jempol nya
"Terima kasih," jawab Gaza yang kemudian berjalan keluar dari ruangan Maudy.
Tak lama setelah Gaza meninggalkan ruangan tersebut, Hans pun masuk.
Ia melihat lukisan tersebut yang telah selesai dengan sempurna, hatinya bergetar, terasa seperti melihat wajah sang papa dari jarak dekat.
Ini adalah lukisan terbagus bagi Hans, belum lagi sang mama melihat, pasti akan sangat bahagia dan terharu melihat nya.
Perlahan air mata Hans sedikit keluar karena dia terlalu merindukan sang papa, namun dengan cepat ia mengelapnya khawatir Maudy akan melihat dan berfikir kalau dia laki-laki cengeng.
"Hans, kau sudah datang, kenapa tidak ke sini? Kau menangis?" kata Maudy yang baru saja keluar dari dalam toilet.
Ia melihat Hans menatap lukisan tersebut dari jarak jauh.
"Ah, aku hanya terharu, ini sangat bagus, mama ku pasti sangat bahagia menerima ini, tapi apa kau yakin ini tidak boleh aku bayar?" tanya Hans sekali lagi memastikan.
"Aku sangat bahagia kalau kalian menyukainya, ini untuk mama mu aku sangat senang jika dia menerima lukisan ini, kecuali kalau ini milik mu, aku akan meminta bayaran yang cukup mahal," kata Maudy sambil tertawa.
Hans kembali di buat kagum oleh Maudy, bukan hanya karena kecantikan nya, namun kenaikan hati Maudy membuat hati Hans selalu bergetar dengan hebat saat berduaan dengan Maudy.
"Apa Elgara yakin dengan ucapan nya kemarin? Bagaimana kalau dia benar-benar menyakiti Maudy? Rasanya aku tidak rela kalau senyum Maudy berubah menjadi tangis," batin Hans mulai gelisah.
"Kenapa diam? Ayo bawa lah lukisan itu, dan sampaikan salam ku kepada Tante," kata Maudy sambil mengelap tangan.
"Ah aku baru ingin mengatakan kepada mu, mama ku akan ke sini dua hari lagi, dia sangat ingin bertemu dengan mu Maudy, bagaimana kalau kau saja yang langsung memberikan lukisan ini kepada nya?" tanya Hans sambil sedikit gugup dan berharap kalau Maudy menyatakan iya.
"Mau bertemu dengan ku?" Kata Maudy sambil menujuk dirinya sendiri.
"Ya," jawab Hans.
"Untuk apa? Aku sangat sungkan," jawab Maudy.
"Jangan khawatir, dia terlalu bahagia karena aku menemukan pelukis seperti mu, ini adalah cara yang dia inginkan untuk berterima kasih kepada mu," jelas Hans.
"Astaga, dia benar-benar sangat lembut," kata Maudy jadi tak enak hati untuk menolak.
"Sejujurnya ini sama sekali tidak masalah, namun bagaimana dengan mas El, aku khawatir dia akan tau dan salah paham," ucap Maudy sambil mengerutkan keningnya.
"Soal itu aku bisa mengatur waktu yang tepat untuk kalian," ujar Hans sambil tersenyum.
"Baik lah kalau begitu," kata Maudy sambil mengangguk kan kepala.
Mereka pun mengobrol panjang lebar setelah menentukan kalau Maudy akan langsung memberikan lukisan tersebut kepada mama nya Hans dua hari lagi.
Sore harinya.
Jam menujukkan pukul empat sore, setelah mengantarkan Maudy kembali ke villa Hans pun kembali ke apartemen nya.
Sementara itu Maudy memutuskan untuk segera bersiap-siap menunggu kepulangan Elgara.
Benar saja, tidak lama setelah itu, mobil Elgara masuk ke halaman villa, Maudy yang melihat sang suami kembali entah kenapa merasa sangat bahagia dan juga merindukan Elgara.
Meskipun hubungan mereka baru sedikit saja membaik, namun perasaan keduanya sudah saling terpaut satu sama lain.
Elgara keluar dari mobil dan kemudian berjalan masuk ke dalam villa, ia melihat sekeliling ruangan yang dia lewati, berharap Maudy segera muncul di depan mata nya.
Benar saja terdengar suara langkah kaki Maudy menuruni tangga.
"Mas," pangil Maudy yang saat ini berdiri di anak tangga terkahir.
Elgara menatap Maudy dengan tatapan yang tidak biasa di artikan.
"Sini tas nya," kata Maudy mengambil koper yang ada di tangan Elgara.
Elgara masih saja terdiam.
"Bik buatkan kopi hangat dan antarkan ke kamar ya!" kata Maudy sedikit berteriak.
"Baik nyonya," kata bik Lin dari arah dapur.
Tak lama kemudian Maudy menyeret kopernya tersebut naik ke atas mendahului Elgara masuk ke kamar.
Sementara itu Elgara tersenyum tipis, entah kenapa setelah melihat Maudy lelahnya jadi hilang seketika.
Ia berjalan menaiki tangga mengikuti Maudy.
Setelah tiba di kamar Maudy barusaja keluar dari kamar mandi, setelah menyiapkan air untuk Elgara mandi.
"Air nya sudah siap, sebaiknya kau mandi dulu," kata Maudy sambil mengelap tangan nya.
"Hm," jawab Elgara sedikit kebingungan harus bagaimana menanggapi Maudy.
Elgara pun masuk ke dalam kamar mandi dengan wajah sedih terlihat gugup.
"Sial, kenapa malah rasanya aku yang makin tidak karuan melihat nya? Kenapa dia selalu bersikap baik? Dan kenapa dia selalu terlihat sangat cantik? Kalau begini rencana ku bisa jadi berantakan!" kata Elgara furstasi tak bisa melawan dirinya sendiri.
Sementara itu Maudy duduk di tepian ranjang sambil memainkan ponselnya.
Ting ...
Sebuah pesan tiba-tiba masuk ke ponsel Maudy.
Jari jemari tangannya nya mulai memainkan ponsel tersebut dan membuka pesan yang baru saja beberapa detik masuk ke ponsel nya.
"Hans?" tanya Maudy sambil mengerutkan keningnya.
Sebuah pesan tersebut, ternyata datang nya dari Hans.
"Apakah Elgara sudah pulang?" Isi pesan Hans.
"Kenapa dia tidak langsung menghubungi ponsel Elgara? Ke kenapa harus bertanya kepada ku?" batin Maudy sedikit bingung dengan Hans yang akhir-akhir ini sepertinya sangat ingin lebih dekat dengan nya.
"Sudah, barusaja," balas Maudy.
Meskipun awalnya ragu, namun Maudy segera menepis semua keraguan tersebut, ia sudah menganggap Hans sebagai teman karena Hans adalah sahabat baik Elgara.
"Aku tidak boleh berfikir yang tidak-tidak, Hans orang nya baik dan hangat, sama seperti kak Gaza," ungkap Maudy dalam hati nya.
"Heem," tiba-tiba terdengar suara Elgara dari kamar mandi.
Terlihat kepala nya keluar dari selah pintu.
"Kenapa?" Tanya Maudy sedikit kaget.
"Kau yang kenapa? Di mana handuk ku? Kau tidak menyiapkan nya," ujar sang suami dengan wajah kesal.
Seketika Maudy kaget, ia baru ingat kalau ia lupa meletakkan handuk Elgara tadi saat menyiapkan air mandi.
Bersambung ....