Gara-gara sahabat baiknya hamil menjelang kenaikan kelas 12, impian Alea untuk mengukir kisah kasih di sekolah dengan Dion, kakak kelasnya, harus buyar sebelum terwujud.
Dengan ancaman home schooling dan dilarang melanjutkan kuliah, Alea harus menerima keputusan ketiga kakak laki-lakinya yang mengharuskan Alea menikah dengan Yudha, sahabat Benni kakak keduanya.
Pernikahan tanpa cinta itu membuat hidup Alea kacau saat tidak satu pun dari kakaknya yang mau percaya kalau Yudha memiliki rahasia kelam sebelum menikahi Alea.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama
Terbiasa bangun pagi sekalipun hari libur, sebeum jam 6 pagi Alea sudah berada di dapur memeriksa apa saja yang tersedia di situ.
Ternyata bukan hanya kulkas yang masih kosong tapi perabotan juga masih minim. Hanya ada peralatan makan dan setengah lusin gelas sedangkan alat masak baru ada 2 buah panci kecil.
Terlalu sibuk dengan pekerjaannya, baru 5 hari yang lalu Yudha tiba di Jakarta dan menginap di hotel karena mama melarangnya bertemu dengan Alea sampai hari pernikahan mereka.
Acara pingitan itu terpaksa dilanggar karena Yudha lupa menitipkan kunci rumah pada Alea yang sudah berencana membawa barang-barang pribadinya. Mereka bertemu sebentar dan Alea tidak sempat melihat detil kondisi rumah yang dibeli Yudha tanpa sepengetahuannya.
“Sudah aku bilang nggak usah bangun pagi-pagi.”
“Udah kebiasaan tapi nggak bisa masak juga, belum ada bahan yang bisa dimasak dan peralatannya juga hanya panci ini.”
“Aku sengaja belum membelinya biar kamu bisa memilih sendiri yang sesuai dengan seleramu. Mau lihat-lihat di mal sekalian ajak mama dan keluargaku makan siang ?”
“Bukannya mama dan Kak Yunita mau pulang sore ini ? Aku sih oke aja, baiknya Mas Yudha aja.”
Tanpa menunda, Yudha langsung mengetik pesan di handphone yang ada di tangannya.
“Aku sudah mengirimkan pesan pada mama. Sekarang kita jalan-jalan dulu di sekitar sini, kalau pasar nggak jauh kita mampir belanja apa saja yang kamu butuhkan.”
“Boleh.”
Tidak lama keduanya sudah berada di jalanan komplek. Rasanya cukup asing untuk Alea karena sejak lahir hingga sekarang, ia belum pernah pindah rumah tapi tetangga-tetangga mereka cukup ramah.
Sisi kiri rumah ditempati pasangan muda yang baru saja punya anak, sedangkan sisi kanan juga pasangan muda karena usia mereka masih sekitar 35 tahun dan sudah punya 2 anak masing-masing berumur 3 tahun dan 1 tahun.
Mereka sama-sama terkejut dan sempat tidak percaya kalau Yudha dan Alea adalah pasangan suami istri namun tidak ada yang berani bertanya kenapa Alea sudah menikah di usia yang masih sangat belia.
“Capek ?” tanya Yudha saat melihat wajah Alea dibanjiri keringat.
“Nggak, udah biasa jalan dan ini belum apa- apa.”
“Jalan sama Dion maksudnya ?” ledek Yudha sambil terkekeh.
“Nggak usah mancing-mancing. Kalau ada yang mau ditanya langsung to the point aja.”
“Memangnya kamu mau jawab jujur ?”
“Tergantung pertanyaannya dan kalau aku jawab jujur Mas Yudha keberatan ? Atau Mas Yudha lebih suka aku bersikap pura-pura supaya semuanya kelihatan baik-baik saja di luar ?”
Yudha tertawa sambil menggelengkan kepala. Kejujuran hati Alea akan menyakiti hati Yudha tapi kebohongan akan membuat Yudha malah terluka.
“Daripada Mas Yudha penasaran lebih baik aku cerita aja, jadi kalau Dion macam-macam lagi kayak kemarin, Mas Yudha sudah mendengar versi dari sisiku,soal keputusannya terserah Mas Yudha.”
“Kalau gitu kita duduk di sana sekalian istirahat.”
Alea menurut dan duduk di kursi semen yang ditunjuk Yudha. Matahari mulai terik tapi semilir angin membuat udara tidak terlalu panas.
“Tanpa menyebutkan namanya, Mas Yudha pasti sudah tahu siapa cowok yang aku suka tapi beneran aku nggak pernah bilang cinta sama Dion. Ucapannya kemarin hoax !” Alea menyilangkan kedua tangannya membentuk huruf X.
“Dia sempat nembak aku pas Mas Yudha sakit dan masih di Semarang tapi aku malah bilang nggak bisa dan nyuruh Dion melupakan perasaannya. Sejak itu juga aku memblokir nomornya karena tahu Dion bakal mencecarku, dan beneran aja dia sampai datang ke sekolah.”
“Maaf kamu sampai terpaksa memblokir nomornya.”
“Semuanya udah lewat, nggak usah dipikirin lagi.”
“Boleh aku tanya sesuatu ?” Alea hanya mengangguk karena sedang meneguk minumannya.
“Pernah terlintas untuk kabur setelah mendengar perintah ketiga kakakmu untuk menikah dengan laki-laki yang nggak kamu kenal ?”
“Pernah.”
“Terus kenapa nggak dijalani ?”
“Memangnya bisa aku kabur dari kak Barry, kak Benni apalagi kak Bara ?” Alea balik bertanya sambil tertawa.
“Tapi bukan itu alasannya sih karena sebenarnya aku takut.”
“Takut ? Takut sama mereka ?” Yudha sampai mengerutkan dahinya.
“Bukan, tapi pada diriku sendiri. Terbiasa sejak kecil dimanja dan dilindungi oleh papa dan mama serta ketiga kakakku, aku tidak terlalu berani untuk kabur dari zona nyamanku meski hati kecilku kadang merasa kesal karena terlalu banyak batasan hingga aku tidak bisa bebas menjalani hidup terutama di masa remajaku ini.
Bahkan sebelum papa dan mama meninggal, ketiga kakakku sudah punya peranan besar dalam tumbuh kembangku. Mereka adalah baby sitter sekaligus bodyguard karena papa dan mama sering minta tolong untuk menjagaku,” ujar Alea sambil terkekeh.
“Kalau Mas Yudha ingat, ketiganya terutama kak Bara tidak mengijinkan aku terlalu lama berada di luar kamar saat teman-teman mereka datang ke rumah. Belakangan aku baru tahu alasannya, ternyata ada 2 teman kak Bara yang terang-terangan bilang suka padaku dan kak Bara tidak setuju karena menurutnya mereka brengsek.”
“Aku juga sudah lama suka padamu.”
“Pagi-pagi nggak usah gombal deh !” Yudha tertawa melihat wajah Alea cemberut dan bibirnya mengerucut.
“Nggak gombal. Sejak dulu aku suka melihatmu yang imut dan menggemaskan lalu perasaan itu pelan-pelan berubah dan semakin kuat saat bertemu denganmu di pesta pernikahan Kak Barry.”
“Bukannya waktu itu Mas Yudha lagi pacaran ?”
“Iya, tapi aku nggak bisa menahan debaran dan rasa grogi saat berdekatan denganmu. Aku terus menyangkal perasaanku apalagi kamu baru kelas 8, bisa-bisa Benni langsung menendangku jauh-jauh kalau aku bilang suka pada adik imutnya.”
“Berarti Mas Yudha bukan cowok yang setia !”
“Apa iya ? Bukan karena kamu jodohku jadi panah cupidku hanya tertuju padamu ?” Alea langsung memutar bola matanya.
“Kembali ke masalah Dion, kamu beneran cinta banget sama dia ? Apa dia suami yang kamu ingingkan dalam hidupmu ?”
Alea yang sedang meneguk kembali minumannya langsung tersedak dan batuk-batuk hingga Yudha membantu menepuk-nepuk punggungnya.
“Mas Yudha aneh banget nanyanya !”
“Kamu sempat bilang kalau tidak pernah punya keinginan punya suami seperti aku dan bertanya bagaimana kalau kamu tetap tidak bisa mencintaiku bahkan setelah kita menikah bertahun-tahun lamanya. Aku hanya ingin tahu, apa laki-laki semacam Dion yang kamu impikan menjadi suamimu ?”
Wajah Alea makin memerah. Tanpa menjawab ia beranjak bangun dan meninggalkan Yudha yang sempat tersenyum sebelum menyusul istrinya .
“Apa aku harus berubah seperti Dion supaya bisa mendapatkan cintamu ?” tanya Yudha setelah berhasil berjalan sejajar dengan Alea.
“Tidak ada manusia yang bisa sama persis bahkan anak kembar sekalipun !”
“Kelebihan apa yang kamu lihat darinya, Lea ? Sepertinya aku perlu tahu supaya bisa membuatmu jatuh cinta seperti dirinya.”
Alea tidak menjawab malah berlari mendahului Yudha sementara pria itu kembali tersenyum dan membiarkan Alea berjaan menjauhinya.
lanjut..lanjut