NovelToon NovelToon
Siswa Berandalan Bertarung Untuk Mencapai Puncak

Siswa Berandalan Bertarung Untuk Mencapai Puncak

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Teen School/College / Persahabatan / Anime / Preman
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: Setsuna Ernesta Kagami

Aren adalah seorang murid SMA di Bekasi, sebuah sekolah yang hampir seluruh siswanya adalah laki-laki dan gemar berkelahi. Dalam lingkungan yang keras dan penuh persaingan ini, Aren lebih memilih menikmati ketenangan dan menghindari konflik. Namun, SMA Bekasi memiliki sistem unik di mana siswa terkuat menjadi pemimpin, menguasai sekolah dengan kekuasaan absolut.

Meskipun tidak tertarik pada kekuasaan, kehidupan Aren mulai berubah ketika ia terus-menerus terseret ke dalam masalah yang tak bisa dihindarinya. Konflik demi konflik yang dihadapinya menguji batas kesabarannya. Keadaan yang awalnya terlihat membosankan mulai menjadi lebih menarik dan penuh tantangan.

Apakah Aren akan tetap bertahan dengan prinsipnya, atau akankah ia terpaksa naik ke puncak kekuasaan sekolah? Perjalanan Aren dalam mengarungi dunia keras SMA Bekasi akan menentukan jawabannya.

#Soundtrack Yang Cocok Saat Baca
- [Unbreakable] GenerationsXTheRampage
- [Jump Around] DobermanInfinity
- [Break Into The Dark]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keresahan Seorang Teman

Di luar rumah sakit di kota Bekasi yang terlihat sedikit kumuh, suasana terasa padat dan kacau. Jalan-jalan sempit di sekitar rumah sakit dipenuhi oleh kendaraan yang lalu lalang tanpa henti, mengeluarkan asap knalpot yang pekat dan bau menyengat.

Trotoar yang seharusnya nyaman untuk pejalan kaki kini dipenuhi dengan sampah yang berserakan, menambah kesan kotor dan tak teratur.

Pohon-pohon di sekitar tampak layu dan kurang terawat, daunnya berdebu dan beberapa cabangnya patah.

Tumpukan sampah di sudut-sudut jalan menimbulkan bau tak sedap, bercampur dengan aroma obat-obatan yang menyebar dari dalam rumah sakit. Udara panas dan pengap, membuat suasana semakin tidak nyaman.

Saat Sano keluar dari ruangan dokter, langkahnya terasa berat dan perlahan. Tatapannya kosong, seolah-olah pikirannya sedang melayang jauh dari tempat itu.

Ia mencoba menyembunyikan kegelisahan di wajahnya, berusaha tetap tenang meskipun hatinya berkecamuk. Di ujung koridor, Sano melihat Mulan berdiri menunggunya. Tatapan Mulan penuh kekhawatiran, menunjukkan bahwa ia tahu sesuatu yang Sano coba sembunyikan.

Mulan melangkah mendekati Sano, matanya tidak lepas dari wajahnya yang pucat. "Sano, apa yang dikatakan dokter?" tanyanya dengan suara lembut namun tegas, mencoba mencari kebenaran.

Sano berusaha tersenyum tipis, meskipun senyum itu tampak dipaksakan. "Hanya pemeriksaan rutin, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawabnya, berharap bisa menenangkan Mulan.

Mulan menggeleng pelan, matanya menyiratkan bahwa ia tidak percaya. "Kau lagi-lagi suka menyembunyikan sesuatu sendirian, ceritakan kepadaku!"

Sano menghela napas panjang, menyadari bahwa Mulan tidak akan mudah dibohongi. "Aku hanya... tidak ingin membuatmu khawatir," katanya akhirnya. "Dokter mengatakan bahwa kondisi jantungku sedikit memburuk. Tapi aku bisa mengatasinya. Aku kuat."

Mulan mendekat, memegang tangan Sano dengan lembut. Namun dia tidak bisa mengungkapkan sesuatu dengan hati yang sangat berat.

Tatapan Sano melembut, merasa sedikit lega dengan kehadiran Mulan di sisinya. "Tidak usah khawatir."

Mulan mengangguk pelan, meskipun hatinya masih berat.

Sano mengangguk, merasakan beban di pundaknya sedikit berkurang. Mereka berjalan keluar dari rumah sakit bersama.

"Jangan katakan kepada siapapun, termasuk Aren."

Di pinggir jalan yang sibuk, sebuah warung sederhana berdiri dengan atap seng yang tampak sudah usang.

Warung itu memiliki dinding dari kayu yang sudah mulai pudar warnanya, menunjukkan tanda-tanda lapuk akibat terkena hujan dan panas selama bertahun-tahun.

Meja-meja kayu dan bangku panjang tersusun rapi di depan warung, meskipun beberapa di antaranya terlihat sedikit miring atau usang.

Di bagian depan warung, sebuah papan kecil yang digantung dengan tali menampilkan nama warung dan menu sederhana dengan tulisan tangan yang sudah mulai memudar.

Ash dan Alvin duduk sambil menikmati minuman dingin. Asap dari makanan yang sedang dimasak di dapur belakang warung menyebar, memberikan aroma yang menggugah selera. Namun, di balik kelezatan aroma itu, percakapan mereka mengandung keprihatinan dan kekhawatiran.

Ash mengaduk minumannya pelan, matanya menatap kosong ke arah meja. "Aren sudah berubah karena keputusannya. Tapi aku masih merasakan perasaan pertemanan absolut dengannya, hebat ya. Dia berhasil melewati hari sulitnya sendirian."

Ash mengalihkan pembicaraan dengan bertanya kepada Alvin. "Bagaimana keadaan Sano?" tanya Ash.

Alvin yang duduk di seberang Ash, terlihat lebih tenang dari biasanya. Ada perubahan dalam sikapnya yang membuat Ash sedikit heran. Alvin menghela napas dan mengalihkan pandangannya dari Ash. "Aku tahu mereka penting, tapi kadang aku juga harus memikirkan langkah selanjutnya. Tidak bisa terus-menerus terfokus pada masalah mereka."

Ash mengerutkan kening, mencoba memahami maksud Alvin. "Apa maksudmu? Kita tidak bisa begitu saja mengabaikan mereka kan?"

Alvin mengangguk pelan. "Aku tidak mengatakan untuk mengabaikan. Tapi mungkin kita perlu lebih strategis. Ada banyak hal yang harus kita hadapi sekarang, terutama dengan ancaman geng motor. Sano dan Aren masih membutuhkan kita, tapi mereka juga harus mengerti bahwa kita semua sedang berada di bawah tekanan besar."

Ash terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Alvin. "Lalu, apa usulmu?"

Alvin menatap Ash dengan serius. "Kita perlu membagi fokus. Biarkan beberapa orang tetap menjaga dan mendukung Sano dan Mulan bahkan Aren, sementara yang lainnya mempersiapkan diri untuk menghadapi geng motor. Kita tidak bisa hanya berfokus pada satu masalah dan mengabaikan yang lainnya."

Ash mengangguk perlahan, melihat logika di balik saran Alvin. "Kau benar. Kita harus punya rencana yang lebih baik Alvin. Tapi siapa yang akan kita percayakan untuk menjaga Sano dan Aren?"

Alvin tersenyum tipis. "Aku akan menjaga Sano. Aku mungkin terlihat dingin, tapi aku peduli. Dan kau, Ash, bisa fokus mempersiapkan pertarungan dengan geng motor bersama Aren dan yang lainnya,"

"Kau harus menyelesaikan pertarunganmu dengan Aren." Imbuhnya.

Ash merasa sedikit lega mendengar kesediaan Alvin. "Baiklah, kau benar Alvin, aku akan bertindak untuk menyadarkan orang bodoh itu."

Alvin bertanya. "Oh ya, Aren memiliki geng sekarang. Apa namanya?"

Ash tersenyum tipis sedikit konyol. "DDM."

"DDM?" Alvin tak tau maksud Ash, meskipun begitu sepertinya itu terdengar sedikit konyol.

Ash menunjukkan tawa yang tipis. "Determination Dragon Maximal."

"Apaan itu, terdengar konyol. Tapi sesuai selera Aren." Alvin nampak meremehkan penamaan Geng yang dimiliki Aren.

Mereka berdua saling mengangguk, sepakat dengan rencana yang mereka bahas. Suasana di warung sedikit mencair, meskipun bayang-bayang kekhawatiran masih menyelimuti pikiran mereka.

Setelah pertemuan itu, Ash segera mengumpulkan anggota geng lainnya untuk membahas strategi untuk menghadapi Aren. Alvin, di sisi lain, mulai lebih dekat dengan Sano dan Mulan, memastikan bahwa mereka mendapatkan dukungan yang diperlukan.

"Baiklah. Alvin kita akan akhiri masalah rumit ini, karena bagiku mereka adalah teman yang baik. Meskipun selalu bertingkah bodoh. Tapi aku menyukai kebodohan mereka dan kebodohanmu Alvin." Ash berdiri.

Alvin tersenyum simpul. "Kau juga bodoh. Ash,"

"Yah. Kau benar, aku sudah ketularan kalian semua." Balas Ash tersenyum kepada Alvin.

Mereka berdua berdiri berhadapan, tatapan mereka penuh rasa saling menghormati namun dengan sedikit sikap tegas dan keras khas berandalan.

"Alvin!"

Ash mengangkat tangan, jari-jari mengepal kuat, dan dengan gerakan cepat dan penuh percaya diri, Ash menyodorkan kepalan tangan ke depan.

Alvin tersenyum, tangan dia mengepal kuat dan menyodorkannya kearah kepalan tangan Ash.

Tangan mereka bertemu di udara dengan bunyi keras, gemuruh kepalan yang saling bertabrakan mengesankan kekuatan dan keberanian.

Setelah kepalan tangan bertemu, mereka menggenggam sebentar, jari-jari kuat mereka menekan satu sama lain sejenak sebelum melepas dengan gerakan yang tegas.

Ekspresi wajah mereka tetap serius, tetapi mata mereka menunjukkan rasa saling hormat dan persaudaraan yang mendalam, ciri khas dari ikatan yang terbentuk di jalanan.

"Sampai jumpa. Alvin!"

Alvin mengangguk dan pergi dengan tangan didalam saku celananya.

1
Katsumi
bang jangan Hiatus ya bang😮‍💨 lagi seru-serunya
S.E Kagami: Okie dokie
total 1 replies
mochamad ribut
lanjutkan
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
Jimmy Avolution
ayo thor
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjutkan
Jimmy Avolution
lanjut
Jimmy Avolution
ceritanya kok gk ada keluarga Thor...

Suasana dirumah bersama ortu...
S.E Kagami: Fokus ke genre kak hehe.
total 1 replies
Jimmy Avolution
lanjut
Jimmy Avolution
hadir
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!