Duda Dingin Jatuh Cinta Lagi

"Kamu bakal milih duda, Andres atau anggota legislatif itu?" tanya Nichola yang sudah ngga tertarik lagi dengan kepitingnya.

"Apaan, sih. Kamu tau dari mana soal anggota legislatif?" Gista ngga habis pikir, cepat juga sinyal kepo Nichola menangkapnya. Padahal dia sendiri aja baru dengar dari masnya.

"Mas Harvey yang cerita sendiri." Nichola memamerkan senyum lebarnya.

Dia hanya memancing kapan Gista dijodohkan?

Dengan lancarnya Mas Harvey menjawab ngga lama lagi dengan anggota legistif.

Saat itu Mas Harvey ngga tau kalo Andres juga ikut datang bersamanya.

Gista hanya bisa mendengus kesal setelah mendengarnya.

Padahal sudah dia tolak rencana perjodohan itu. Tapi sepertinya masih saja diteruskan oleh papanya.

"Ada foto dudanya nggak? Aku penasaran."

"Nggak punya," ketus Gista.

"Ya udah namanya aja. Nanti aku gugling senditi."

"Hemm...... Nama panjangnya aku ngga ingat."

"Ya nama panggilannya aja, Giiiis," rengek Nichola sangat penasaran.

"Kasih ngga yaa.....," ledek Gista kemudian tergelak melihat rengutan di wajah Nichola.

"Aku teriak nih, Gis." Udah kadung malu, biar sekalian malu, prinsip hidup Nichola.

"Iyaaa..... " Gista masih tergelak.

"Gis......." Sorot mata Nichola sudah mengancam.

"Oke oke.....," kekeh Gista lagi.

"Namanya Kaysar, dari Grup Garuda Perkasa."

"Pewaris juga seperti Andres?" seru Nichola tertahan. Belum lagi yang anggota legislatif itu, pasti juga bukan laki laki sembarangan.

Yang menyebalkan Nichola, masa satu pun ngga ada yang nyangkut juga di hati Gista.

"Hemmm....," sahut Giata ngga acuh.

Tanpa membuang waktu Nichola pun menggugling nama duda itu.

Ngga lama kemudian.

"Wow..... Ini tampan banget, loh, Gis......" Matanya langsung nyalang melihat satu per satu wajah Kaysar yang ditanpilkan di akun pencarian itu.

Dia memang tampan. Tapi kalo sekali bicara menyakitkan, dengus Gista dalam hati.

Ngga tau sampai kapan dia bisa melupakan kata kata kejam laki laki itu.

Kaysar adalah first kissnya. Tapi laki laki kurang ajar itu meminta dia melupakan saja .

Memang ngga tau diri. Padahal dia yang memulainya.

Gista masih mendendam. Gara gara itu juga memperngaruhi mood melukisnya. Beberapa kali di buangnya hasil lukisannya karena terlalu didominasi warna gelap dan cenderrung hitam pekat semua. Kemarahannya tumpah di sana.

Bahkan dia membuat satu lukisan kepala Kaysar dengan tanduk iblis. Mungkin kapan kapan akan dia kasihkan pada orangnya.

Semoga saja setelah menceritakannya pada Nichola, bisa mengembalikan kreativitasnya lagi.

"Ini Hot daddy, Gis. Bukan player lagi." Suara Nichola yang penuh pua puji kembali terdengar.

"Dingin dan angkuh. Pewaris perusahaan dengan grup yang meraja lela di Asia, Eropa dan Amerika. Wooow....." Kembali puja puji itu terlontarkan.

"Susah milihnya kalo gini." Nichola menggeleng gelengkan kepalanya.

Benar benar pilihan yang sulit.

"Anaknya klop sama Ruby. Kalian bertiga punya hobi yang sama," cicit Nichola lagi.

Dia menatap Gista yang masih sibuk dengan kepitingnya.

"Tinggal mereka suka.kepiting atau engga."

"Ngomong apa, sih," kesal Gista karena Nichola melantur kemana mana.

"Begini, kalo mereka juga suka kepiting, kalian klop jad keluarga ideal," kekeh Nichola.

Hampir aja Gista keselek mendengarnya.

"Sembarangan," umpatnya setelah meneguk minumannya hingga hampir habis.

Melihat penderitaan sahabatnya, Nichola malah tambah ngikik.

"Reaksi kamu barusan malah menunjukkan hatimu udh terpengaruh ke duda."

Gista mendelikkan matanya dengan kesal.

Enak aja. Ngga sudi, ya.

*

*

*

Kaysar terdiam ketika.melihat Zara yang sudah menunggunya di meja yang sudah direservasi keluarganya untuk kencannya malam ini

Murni bertiga. Dia, Zia dan Zara.

Daddy dan keluarga besar lainnya ngga ikut agar mereka ngga merasa sungkan dan canggung.

"Sudah lama?" tanya Kaysar nerasa ngga enak. Padahal masih kurang lima menit dari waktu yang dijanjikan.

Zara menggeleng dengan senyum lembut di bibir.

"Saya kecepatan. Halo Ziza," sapanya sambil bangkit dari duduknya dan menghampiri Ziza.

"Halo juga, tante." Ziza menyambut uluran tangan perempuam dengan hijab dan cadar itu

"Duduk di sini, ya," bimbingnya yang dituruti Ziza.

"Iya, tante."

Kaysar pun mengambil tempat duduk di samping putrinya.

Zara ternyata pintar juga mengambil hati Ziza, hingga obrolan mereka terasa lancar dan ringan.

Pegawai restoran pun datang dan menyajikan makanan yang sudah mereka pesan.

Di depan mata Kaysar, Zara sangat perhatian terhadap Ziza. Mendekatkan makanan dan minumannya. Melap sisa makanan di bibir putrinya. Mengajaknya ngobrol dengan hangat.

Tapi Kaysar merasa tetap ada yang kurang. Ngga tau apa. Rasanya biasa aja.

"Kapan Ziza ada waktu buat menggambar? Nanti tante ajarin, deh," ucap Zara lagi setelah sesi makan malam mereka berakhir.

"Yang kaligrafi ya, tante?" tanya Ziza polos.

'Apa.aja," senyum Zara di balik cadarnya.

Ziza ngga menjawab, tapi menoleh ke daddynya.

Kaysar hanya mengusap puncak jilbab putrinya tanpa berkata apa apa.

"Terserah tante aja."

"Baiklah. Nanti tante hubungi, ya," pancing Zara sambil melirik Kaysar yang tetap kaku dan diam. Malah hanya konsen dengan makanannya saja.

"Iya, tante."

Zara tersenyum. Dalam.hati dia mengeluh, harusnya Kaysar langsung menanyakan nomer ponselnya.

Tapi laki laki itu ngga merespon apa pun. Tampak cuek melihat kedekatannya dengan Ziza.

Dia memang sudah dikasih tau orang tuanya dan orang tua Abi Umay, kalo Kaysar memang begitu. Kaku, dingin dan pendiam. Tapi ini terlalu berlebihan. Terkesan banget kalo Kaysar ngga mengapresiasi usaha pendekatannya pada putrinya.

Menurutnya Ziza anak yang menyenangkan. Tapi daddynya memang sangat menjengkelkan.

Sejak kedatangannya pun, hanya sapaan pertama yang terucap. Setelah itu laki laki duda itu berubah jadi orang bisu. Kecuali jika ditanya anaknya.

Tanpa sadar Zara menghela nafas kasar.

Dia harus berhenti atau usaha terus?

Padahal jika nanti jadi menikah, dia dan Kaysar akan direpotkan Ziza.

Akhirnya acara makan malam itu pun berakhir dengan raut kecewa yang tersembunyi di balik cadar Zara.

Walaupun Kaysar akan mengantarkannya pulang. Tapi dia ngga berkata apa apa.

Ketika hatinya masih saja mengomel, dia agak tersentak mendengar suara renyah Ziza memanggil seseorang.

"Tante Gista....!"

Dia menatap dua orang perempuan yang satu pribumi dan yang satu bule sedang menoleh pada putri Kaysar, dan tersenyum. Di belakang mereka juga ada laki laki bule yang tampan.

Tanpa sempat dicegah, Ziza berlari ke arah dua perempuan bule itu yang juga berjalan mendekatinya.

Saat Zara akan mengikuti langkah Ziza, dia tertegun melihat Kaysar yang bergeming menatap ke arah rombongan itu.

"Tante di sini juga?" senyum Ziza sangat lebar ketika sudah berada di depan Gista. Kedua tangan mereka saling menggenggam

"Iya," balas Gista lembut. Matanya melirik Kaysar dan perempuan bercadar di samping laki laki itu.

Hatinya mendadak terasa miris.

Ooo.... Karena itu dia mengucapkan kata katanya. Minta dilupakan. Rupanya sudah punya kekasih.

Dia cepat melengos ketika tatap elang Kaysar menghunjam di dalam manik matanya.

"Ini Ziza?" tebak Nichola yang memperhatikan bolak balik Kaysar dan Ziza. Juga tatap aneh duda itu pada Gista.

Aslinya tampan dan keren banget. Gila woooyyy..... Duda begini pasti banyak yang ngincar, sorak Nichola dalam hati yang seolah sedang berjingkrak jingkrak.

Memang ngga ada yang kaleng kaleng kalo sudah menyangkut Gista.

"Iya." Gista sekarang sibuk menata hatinya yang remuk agar ngga ada yang curiga.

"Kamu cantik banget. Gambar kamu bagus bagus loh," puji Nichola.membuat Ziza tertawa riang.

"Biasa aja tante."

"Nggak biasa. Bagus banget malahan. Kalo tante seumur kamu, bisanya cuma nyoret nyoret ngga jelas," bantah Nichola dalam tawanya juga.

Gista juga ikut tertawa, tapi rasanya garing banget di telinganya.sendiri.