NovelToon NovelToon
Tawanan Hati Sang Presdir

Tawanan Hati Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Office Romance
Popularitas:15.7k
Nilai: 5
Nama Author: Marthin Liem

Cindy, seorang karyawan yang tiga kali membuat kesalahan fatal di mata Jason, bosnya, sampai ia dipecat secara tidak hormat. Namun, malam itu, nasib buruk menghampiri ketika ia dijebak oleh saudara sepupunya sendiri di sebuah club dan dijual kepada seorang mucikari. Beruntung, Jason muncul tepat waktu untuk menyelamatkan. Namun, itu hanya awal dari petualangan yang lebih menegangkan.
Cindy kini menjadi tawanan pria yang telah membayarnya dengan harga yang sangat tinggi, tanpa ia tahu siapa sosok di balik image seorang pengusaha sukes dan terkenal itu.
Jason memiliki sisi gelap yang membuat semua orang tunduk padanya, siapa ia sebenarnya?
Bagaimana nasib Cindy saat berada di tangan Jason?
penasaran?
ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marthin Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

An intimate embrace

Jason kembali fokus pada kemudi, sementara Cindy di sampingnya masih menggigil dan terisak pilu.

"Apa kamu puas sekarang? Melihat bagaimana pria berengsek itu mengkhianati kamu?" Jason melirik ke arah gadis tersebut, berharap dapat memberinya sedikit ketenangan.

Cindy merasa hancur dan tidak berdaya. Ia mengangguk perlahan sambil meletakkan kepalanya di bahu Jason. Dengan lembut, pria itu mengelus punggung Cindy menggunakan lengan kirinya.

"Aku benar-benar tidak menyangka. Setelah sekian lama mempercayainya, dia malah memilih wanita lain. Padahal aku telah memberikan segala apa yang diinginkannya, tapi dia malah dengan mudah mengkhianatiku," ucap Cindy sambil menggelengkan kepala, merasa bahwa perlakuan Alvian sangat tidak adil.

"Ya sudahlah, kamu tidak perlu menyesali hal ini. Semuanya sudah terjadi. Biarkan waktu yang akan membalas semua perbuatannya. Janganlah kamu mengungkit semua yang telah kamu berikan, itu tidak baik," kata Jason dengan bijaksana, berusaha menenangkan dan menguatkan Cindy yang tengah rapuh.

"Yang harusnya menyesal itu dia, karena telah menyia-nyiakan seorang wanita seperti kamu yang begitu baik dan tulus," lanjutnya, memberi sedikit lega pada Cindy. Ia merasa bersyukur memiliki Jason di sampingnya dalam momen-momen sulit seperti ini.

Cindy mengangguk, mendekatkan dirinya lebih erat ke samping Jason untuk mengusir kedinginan. "Terima kasih atas pengertianmu," ucapnya lirih, meskipun ia tak bisa melupakan Alvian setelah semua waktu yang mereka habiskan bersama.

Ia mengambil ponsel dari dalam tasnya, lalu membuka galeri foto, di mana beberapa gambar dirinya bersama Alvian tersimpan, seolah momen-momen terindah itu sedang terulang kembali. Air mata pun mulai mengalir dan menetes membasahi layar ponsel yang ia genggam dengan erat.

Semakin kesal, Jason memutuskan untuk berhenti di pinggir jalan, meraih ponsel Cindy, dan menghapus semua yang berhubungan dengan Alvian.

"Aku tidak tahan melihatmu seperti ini!" Jason berkata dengan tegas, kesal, sementara air mata gadis itu terus mengalir.

"Tapi aku masih mencintainya," ucap Cindy di antara isakannya.

"Cukup! Aku bilang cukup! Mulai sekarang, belajarlah untuk mencintaiku!" Jason bersuara tegas dan penuh perhatian, membuat Cindy langsung menghentikan tangisannya, berusaha mengumpulkan kekuatan meski ini sangat sulit sekali.

Jason membentangkan kedua lengannya, memberi isyarat diam agar Cindy bisa tumbang ke dalam dekapannya yang hangat, sebuah gestur yang penuh kepastian dan kelembutan.

Gadis itu roboh ke dalam dekapan hangat Jason. "Aku membenci melihatmu menangis, apalagi karena pria itu," bisik Jason, sambil memeluk erat tubuh Cindy dan mencium lembut puncak kepalanya.

"Ya, aku minta maaf, sayang," ucapnya.

"Mulai sekarang, panggil aku dengan sebutan yang lebih akrab," tambahnya. Sejenak, Jason merenggangkan pelukan mereka, menghapus lembut air mata yang mengalir di pipi Cindy dengan telapak tangannya yang hangat.

"Kamu adalah milikku sekarang," lanjutnya, sementara Cindy tetap tenang dalam kelemahannya.

Dalam sekejap, mereka telah kembali ke Mansion, dan Jason mengarahkan mobil mewah itu masuk ke garasi pribadinya. Dengan lembut, ia membuka pintu dan membantu Cindy keluar.

"Kamu sebaiknya mandi dulu, jangan biarkan tubuhmu basah begini, nanti kamu bisa masuk angin," ujarnya penuh perhatian.

Cindy mengangguk patuh.

"Baik," jawabnya singkat, sebagian pikirannya masih melayang pada sang mantan.

Jason mendampingi gadis itu sampai ke pintu kamar. "Setelah kamu mandi dan berpakaian, beri tahu aku ya," pesannya. Cindy mengangguk lagi, dan interaksi mereka berakhir untuk sementara waktu.

Gadis itu melepaskan satu per satu pakaian yang menutupi tubuhnya sebelum melangkah menuju kamar mandi. Di sana, ia menyalakan air hangat di dalam bathtub dan mencampurkan dengan sabun dan garam relaksasi. Cindy berharap bahwa berendam dapat membantu pikirannya kembali tenang.

...

Setelah hampir satu jam berlalu, Jason mulai merasa cemas karena gadis itu belum juga keluar dari kamarnya. Ia melangkah ke arah pintu kamar Cindy yang berada tepat di sebelahnya, menggerakkan handle pintu, dan mengintip sebentar.

Namun, tak ada tanda-tanda Cindy di dalam, hanya pakaian basahnya yang berserakan di lantai.

Jason menggelengkan kepala, lalu masuk ke dalam kamar gadis itu untuk mengambil pakaian basahnya.

"Kebiasaan." ia bergumam agak kesal, meskipun memahami situasi yang sedang dialami Cindy saat ini.

Setelah meletakkan pakaian basah di mesin cuci, perasaan cemas masih menghantui pikirannya. Ia kembali ke dalam kamar Cindy dan memanggil, "Sayang, apa kamu di dalam?"

Tak mendapat jawaban, Jason semakin penasaran. Tanpa ragu, dia membuka pintu kamar mandi yang terletak di dalam kamar.

"Astaga!" serunya kaget. Ia melihat Cindy tertidur lelap di dalam bathtub.

Tubuh Cindy yang polos tertutupi oleh busa, dan tanpa ragu Jason masuk ke dalam kamar mandi. ia mencoba membangunkan dengan menepuk pelan kedua pipinya yang basah.

"Hei, kenapa kamu malah tertidur di sini?" bisiknya, tapi Cindy tampak terlalu nyaman untuk bergeming.

Jason segera membuka penutup saluran air, membiarkan air di dalam bak mandi mengalir keluar hingga hanya menyisakan buih sabun yang masih menutupi keindahan tubuh Cindy.

Sesaat, hasrat dalam diri Jason berdesir, tak tahan menatap keindahan tubuh gadis itu. Cindy mulai mengerjapkan matanya dan berteriak kencang.

"Arrghh... Kenapa kamu masuk?"

Jason meletakkan jari telunjuk di tepi bibirnya dan menunjukkan waktu di jam tangannya kepada gadis tersebut.

"Lihat, kamu sudah berendam selama satu setengah jam, bagaimana aku tidak khawatir," ucap pria itu, membuat Cindy akhirnya sadar dan menyingkirkan rasa kantuk yang masih menghampirinya.

Jason meraih selang shower dan menyalakan air hangat untuk membilas buih sabun di tubuh Cindy. Gadis itu berusaha menutupi kepolosannya dengan menyilangkan kedua tangan di antara dada dan bahu, serta menekuk kedua kakinya.

"Bi-biar aku yang melakukannya sendiri," kata Cindy, tetapi Jason menggeleng.

"Sudah, tidak perlu malu. Aku ini kan calon suamimu, nanti juga kamu akan telanjang tiap malam," godanya tersenyum nakal sambil membasuh tubuh Cindy dengan lembut.

Gadis itu bisa merasakan kenyamanan air hangat yang mengalir membasahi tubuh, serta telapak tangan Jason yang lembut mengusap di seluruh kulitnya.

Jason memandu kedua lengan Cindy dengan lembut, mengarahkan agar tidak menutupi dadanya.

"Tidak perlu malu," bisiknya dengan suara penuh rayuan, sambil menyingkirkan kedua tangan Cindy yang tetap bersilang.

Gadis itu memejamkan matanya karena rasa gugup yang tak terkendali saat Jason menatap tubuhnya yang terpapar tanpa cela.

"Aku jadi tidak tahan," gumam Jason dalam hati, terpaku sejenak saat menatap kedua dadanya yang tergantung dengan indah, ternyata Cindy memiliki ukuran dada tak sekecil yang ia duga sebelumnya.

"Wah..." desahnya terpana.

Dengan penuh kehati-hatian, jemari Jason menyentuh permukaan dada Cindy yang masih orisinal, belum pernah tersentuh oleh pria mana pun sebelumnya.

"Ini benar-benar indah," gumam Jason terkagum, sementara Cindy melenguh ringan sambil menggigit bibirnya saat merasakan pijatan lembut.

Telunjuk Jason menyentuh butir di permukaan kulitnya, memainkan benda itu dengan lembut.

"Aahh... Ss-sayang geli, jangan lanjutkan!" lenguh Cindy sambil membuka sedikit kedua matanya.

Jason merasakan denyutan dalam tubuhnya saat merasakan respons Cindy. Kedua kakinya masih terlipat, berusaha menyembunyikan bagian yang paling intim dari pria itu.

"Diam, kamu sangat cantik," bisik Jason dengan suara yang penuh kasih, sambil terus memijit lembut.

Jari-jari Jason semakin merayap ke bagian bawah tubuh Cindy, namun tiba-tiba gadis itu bersin-bersin, berhasil menggagalkan aksinya yang terlalu berani.

"Tuh kan, sebaiknya segeralah," kata Jason khawatir, lalu membimbing Cindy keluar dari bak mandi. Gadis itu lupa bahwa ia sedang dalam keadaan polos saat berdiri, dan dengan refleks kembali menjerit karena Jason telah melihat ke arah bawah.

"Aaa... Jangan lihat yang ini," protes Cindy.

Pria itu tertawa pelan, menatap ekspresi lucu gadis tersebut. "Tapi, aku sudah terlanjur melihatnya. Sungguh indah," jawabnya penuh kekaguman.

Cindy memandang ke arah celana Jason yang menonjol. "Punya kamu berdiri, dasar otak m*sum!" serunya sambil menunjuk ke arah bawah Jason.

Pria itu semakin puas tertawa, menikmati kekacauan yang terjadi.

Saat Cindy berusaha meraih bathrobe, kakinya terpeleset dan ia hampir jatuh ke depan, namun beruntung tubuhnya terjatuh ke pelukan Jason yang dengan cepat meraihnya.

Tubuh mereka saling merekat erat, Cindy terdorong ke depan dan kini terjepit di antara Jason dan bibir bathtub. Pria utu memeluk begitu kencang, menopang tubuhnya dengan mantap.

Cindy bisa merasakan debaran di dada Jason yang berdegup kencang, dan juga merasakan sesuatu yang menekan perutnya, mungkin karena bagian bawah Jason yang menonjol tertekan oleh tubuhnya.

Dalam momen ini, suasana canggung dan kekacauan terasa di antara keduanya, tetapi juga ada kehangatan dan kenyamanan dalam pelukan Jason yang erat.

"Mau gak?" tawar pria itu, membuat Cindy mengerutkan dahi tidak mengerti.

"Mau apa maksudnya?" tanyanya dengan heran.

"Kita begituan," ajak Jason, membuat Cindy langsung menampar pipinya dengan keras.

"Jangan macam-macam!" bentaknya dengan tegas.

Jason mengusap pipinya yang tertampar oleh gadis itu.

"Tanggung, aku sudah melihat semuanya," goda Jason sambil tetap memeluk erat tubuh Cindy.

"Jangan! Aku masih datang tamu!" tolak Cindy, menjadikan kedatangan bulanannya sebagai alasan terbaik untuk menolak.

...

Bersambung...

1
Bilqies
Hay Thor aku mampir niiih...
mampir juga yaa di karya ku /Smile/
Kim Jong Unch: Makasih ya kak
total 1 replies
Arista Itaacep22
lanjut thor
Kim Jong Unch
Semangat
anita
cindy gadis lugu..percaya aja d kibuli alvian.lugu kyak saya😁😁😁😁
Arista Itaacep22
seru thor cerita ny, tapi sayang baru sedikit sudah habis aja
Kim Jong Unch: Makasih, sudah mampir kak. ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!