Raisha (Istri Kedua Tuan Arvan)

Mendengar jawaban sang anak mama Winda terdiam sejenak, ia sudah menduga nya bagaimana pun ia adalah ibu nya jadi ia memiliki ikatan batin, ia juga bisa merasakan bahwa anak nya sedang tidak baik baik saja

"apa yang mengganjal di hati mu nak, cerita sama mama donk" bujuk sang mama agar mau bercerita

"ma apa aku salah jika aku memiliki kekasih" tanya sang anak pada mama nya dan pertanyaan itu membuat sang mama kaget dia begitu penasaran gadis mana yang bisa membuat anak nya jatuh cinta

"sebenar nya tidak salah sayang tapi melihat kamu yang saat ini masih memiliki istri itu akan mengubah pandangan orang, kekasih mu akan di cap pelakor sayang dan itu gak baik untuk dia padahal dia gak tau apa" ucap mama Winda

"tapi gak bisa menolak pesona nya ma, aku jatuh cinta pada pandangan pertama, aku merasa lucu saat melihat dia menatap ku pertama kali mungkin dia juga jatuh cinta pada ku saat pertama bertemu kemudian kami bertemu lagi sampai saat ini aku selalu jatuh cinta padanya ma" cerita Arvan pada sang mama

"iya mama tau tapi kau harus memikirkan dampak nya apa dia tau kalau kamu sudah punya istri" tanya sang mama dang Arvan hanya menggeleng

"mama berharap kamu selesaikan dulu hubungan mu dengan Vero kemudian mulai lah dengan pacar mu itu agar tak ada masalah dikemudian hari" nasehat sang mama dan Arvan hanya mengangguk sambil menghembuskan nafas nya kasar

"akan aku pikirkan aku naik keatas dulu ma mau istirahat" ucap Arvan

Kemudian ia berlalu meninggalkan sang mama dan mama Winda menghela nafas nya berat ia juga merasa kasihan pada sang anak tapi mau bagaimana lagi dan juga ini untuk kebaikan nya sedang kan tanpa mereka sadari sejak tadi Vero mendengar percakapan mereka ia menangis tertahan agar tidak ketahuan kalau dia menguping pembicaraan mereka.

.

.

Saat pagi hari mereka melanjut kan aktivitas mereka masing masing Arvan pergi kekantor nya sedangkan Raisha pergi ke kampus nya.

Saat di kampus ia segera menemui sahabat nya karna ia ingin mencecar nya ia sudah menyimpan dengan baik pertanyaan di kepala nya, itu pun kalau dia masih ingat karna dia itu pelupa. Dan saat melihat sang sahabat sedang berjalan ia pun langsung menarik tangan nya dan menyeret nya masuk kedalam kelas

"Sha sakit tau ngapain sih tarik tarik tangan gue merah tuh" keluh Lia pada sang sahabat dia juga memegangi lengan nya yang merah

"iya maaf lagian gue mau tanya sama elo, kemarin elo kemana aja kenapa gue ajak jalan gak mau" cecar Raisha

"kemarin gue ada urusan yang mendesak dan gak bisa ditinggal makanya gue gak bisa ikut elo" kilah nya pada sang sahabat

"positip bohong" gumam Raisha dalam hati "emang urusan apa sih Lia, gue berharap elo gak bohongin gue kan Li karna elo tau sendiri gue paling gak suka di bohongin" ucap Raisha dan Lia membuat Lia langsung diam tak berkutik dan membuat Raisha memicingkan mata nya curiga "tuh kan langsung diem kan dia" batin Raisha

"kemarin gue lihat elo keluar dari resto dan elo jalan bareng sama pria dewasa" ucap nya dia berharap Lia mau jujur padanya

" emang dia siapa, karna kalo dilihat lihat kalian cukup dekat bahkan kalian terlihat sangat intim kalo menurut aku" sambung Raisha lagi dan lagi lagi sahabat nya ini hanya diam tak menanggapi akhir nya setelah diam beberapa menit Lia mulai angkat bicara

"dia sugar daddy gue sha" jawab Lia dengan enteng dan mendengar jawaban itu membuat Raisha mendelik tak percaya

"elo lagi gak bohongin gue kan" ucap Raisha

"awal nya gue cuma mau cari sugar daddy sha, tapi orang itu malah nawarin gue nikah kontrak dan sekarang gue lagi bingung karna jujur aja gue takut jatuh cinta sama tuh orang, gue gak mau jatuh cinta sha karna cinta itu nyakitin" ucap Lia dengan menetes kan air mata nya

"gue tau masalah hidup elo berat Lia tapi emang gak ada jalan lain selain mencari sugar daddy, kalau elo mau ngomong gue pasti bisa bantu Li atau gue minta bantuan sama Arvan siapa tau ada lowongan kerja" papar Raisha pada sang sahabat dan itu membuat Lia menangis sesunggukan membuat Raisha khawatir

"tapi waktu itu gue gak sengaja tidur sama tuh orang Sha dan itu dia gunain itu untuk menjerat gue" jawab nya dan itu membuat Raisha diam tak bisa berkata kata memang masalah hidup sang sahabat sangat berat sampai membuat nya begitu kasihan akhirnya mereka menghentikan pembicaraan itu karna ada mahasiswa lain yang masuk kedalam ruangan itu.

.

.

Sedangkan Arvan yang berada di perusahaan nya saat ini sedang berkutat dengan berkas berkas yang menumpuk dia sampai tidak menyadari sang mama masuk kedalam ruangan tersebut bersama sang istri yang membawa paper bag berisi makan siang

"ehmm" dehem sang mama membuat pria itu langsung mendongak, ia melihat sang mama dan istri nya yang sudah duduk di sofa ruangan itu

"kok ngabarin kalau mau kesini sih ma" tanya Arvan sambil menghampiri sang mama kemudian ia duduk di sofa bergabung dengan mama dan istrinya

"sengaja sayang biar kamu kaget" jawab sang mama

"mas aku bawain kamu makan siang, kamu belum makan kan " ucap Vero sambil menyiapkan makanan untuk sang suami

"terima kasih" ucap Arvan

"sama sama mas lagian ini kan kewajiban aku" timpal Vero lagi dan Arvan pun mengangguk jujur dia sudah lapar karna tadi dia melewat kan makan siang nya

"sebenarnya kita kesini mau ngomong sama kamu Van" ucap sang mama dan lelaki itu langsung menghentikan kunyahan nya dan menatap sang mama

"emang apa yang mau mama omongin" jawab Arvan

"berhubung sekarang usia kandungan Vero sudah 5 bulan lebih, nanti saat usia nya sudah 7 bulan mama mau kamu sama Vero mengadakan syukuran 7 bulan dan nanti juga mama mau ngundang kerabat sama temen temen mama aja" ucap mama Winda berharap sang anak menyetujui nya

"terserah mama aja apa baik nya aku tinggal ikut" jawab Arvan mau menolak pun dia tidak enak dengan Vero

"berarti kamu setuju kan sayang kalo begitu, nanti biar urusan dekorasi sama susunan acara biar mama yang urus, Vero sama kamu tinggal duduk manis aja sayang" ucap mama Winda dengan antusias dan melihat sang mama antusias seperti itu mana mungkin Arvan mau menolak

"ma lebih baik nanti acara nya sederhana saja ma, gak usah ngundang orang aku gak mau ngerepotin kalian lagi" jawab Vero yang mata nya sudah berkaca kaca

"gak bisa gitu sayang mau gimana pun bayi ini adalah cucu mama kamu itu sudah mama anggap kaya anak sendiri jadi kamu gak boleh nolak okey" jawaban mama Winda membuat Vero akhir nya benar benar menangis di sela tangis nya ia mengucapkan terima kasih kepada sang mertua

"ya udah kalo gitu aku mau lanjutin kerja" ucap Arvan

"terima kasih mas untuk semuanya" ucap Vero dan Arvan hanya mengangguk saja

"kamu lanjut kerja saja mama juga mau pulang sama Vero" ucap sang mama pada sang anak kemudian mereka berdua meninggalkan ruangan Arvan dan selepas mereka berdua pergi Arvan menghembuskan nafas nya dengan kasar. Huuhhh.