Terpaksa Mewarisi Kekuatan Dewi Bintang

“Jadi kamu adalah bawahan dari Golum?” Rodhat bertanya memastikan kepada komandan pasukan bayangan hitam yang dia temui di rumah baru Rodhat.

“Iya tuan Rodhat, berarti tuan Rodhat kenal dengan tuan Golum ya? Bagaimana keadaan tuan Golum sekarang? Karena semenjak tuan Golum pergi menemui atasannya dia sudah tidak pernah terlihat lagi, saya jadi kesulitan mencari keberadaannya.” Komandan pasukan bayangan hitam penasaran dengan keadaan dan keberadaan Golum atasannya yang sudah lama tak terlihat.

“Maaf komandan, tapi Golum sudah lama meninggal. Dia dibunuh oleh atasannya sendiri yang juga atasan saya, Lilith namanya. Karena dianggap tidak kompeten, gagal serta tidak mampu menghabisi Sarah dan bayinya.” Rodhat menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi dengan Golum kepada komandan pasukan bayangan hitam.

“Apa? Tuan Golum meninggal? Dibunuh atasannya sendiri pula, kasihan sekali dia, tapi dia sudah menyelamatkan saya dan juga pasukan bayangan hitam yang tersisa, saya salut dengan tuan Golum. Saya juga jadi benci sekali dengan Lilith atasanmu itu. Ingin sekali rasanya saya membalas dendam kepada Lilith, karena sudah tega membunuh atasan saya!” Komandan pasukan bayangan hitam menggebrak meja dengan wajah marah penuh dendam.

“Kamu tenang dulu ya, Lilith itu iblis wanita yang sangat kuat dan kejamnya luar biasa. Saya juga benci dan dendam kepadanya, karena Golum sahabat saya sudah dibunuh oleh dia. Kalau kita mau membalas dendam padanya kita harus mengatur strategi yang bagus, cari cara bagaimana melawan Lilith. Karena kekuatan kita tidak sebanding dengan kekuatan Lilith, jadi kita harus mencari iblis atau siapapun yang memiliki kekuatan lebih hebat daripada Lilith, supaya bisa membunuh Lilith tanpa kita repot-repot turun tangan untuk membunuh Lilith.” Rodhat mencoba memberikan saran kepada komandan pasukan bayangan hitam.

“Tuan benar juga, tapi siapa yang lebih kuat daripada Lilith? Apa tuan tahu?” Komandan mencoba memikirkan siapa yang kira-kira lebih kuat daripada Lilith, tapi dia masih belum menemukan jawabannya, sehingga dia bertanya kepada Rodhat. Barangkali Rodhat tahu jawabannya.

“Aku tahu siapa yang lebih kuat dari Lilith, tapi aku juga bingung bagaimana cara menghubungi dia, apalagi dia berbeda dengan bangsa kita.” Rodhat mencoba berpikir bagaimana cara menghubungi dan minta bantuan kepada orang yang lebih kuat dari Lilith.

“Bagus kalau tuan Rodhat tahu, jadi siapa yang lebih kuat dari Lilith tuan?” Komandan pasukan bayangan hitam penasaran. Karena selama ini dia mengira Lilith paling kuat diantara mereka. Tapi ternyata masih ada yang lebih kuat daripada Lilith.

“Dia adalah Starla, sang Dewi Bintang, dulu Lilith pernah bertarung melawan Starla, tapi Lilith kalah. Sebelum Starla berhasil menghabisi Lilith, Lilith berhasil kabur meskipun sudah terluka parah. Sejak itu Lilith dendam ingin menghabisi Starla. Tapi rencana Lilith untuk menghabisi Starla selalu berakhir dengan kegagalan. Bila gagal Lilith langsung menghabisi bawahannya tanpa ampun.” Rodhat memberitahu mengenai Starla sang Dewi Bintang yang legendaris itu, dan Lilith yang mengalami kekalahan di tangan Starla sang Dewi Bintang.

“Waduh itu kan Dewi Bintang yang terkenal karena kecantikan dan kekuatannya yang hebat?, bagaimana bisa kita yang hanya jin ifrit dan komandan pasukan bayangan hitam yang biasa ini menghubungi dan meminta bantuan dia untuk balas dendam?, ini berat tuan Rodhat.” Komandan pasukan bayangan hitam langsung terduduk lemas saat tahu siapa yang lebih kuat daripada Lilith. Dia merasa Dewi Bintang tidak akan mau membantu mereka membalaskan dendam.

...***...

Sementara itu Sarah yang sudah berteriak berusaha membangunkan Edward dengan sisa tenaganya, akhirnya berhasil membuat Edward sadar. Edward saat sadar melihat wanita sangat cantik yang tadi dia serang ternyata berusaha membangunkan dia dan terlihat sangat kelelahan, bermandikan keringat, dengan napas tersengal-sengal, membuat jantung Edward berdebar sangat kencang. 

Edward telah dilanda perasaan jatuh cinta pada manusia yang sangat cantik dan ternyata berhati baik ini. “Sarah, maafkan aku yang sudah merendahkan kamu, ternyata kamu lebih hebat dari yang aku kira.” Edward mencoba menggerakkan tangannya, dia ingin menyentuh wajah mulus Sarah yang tengah dipenuhi bulir-buliran keringat mengalir menetes-netes ke dada Edward. Tercium aroma wangi keringat Sarah membuat Edward serasa seperti melayang.

“Syukurlah akhirnya tuan Edward bangun, maafkan saya juga tadi membalas menyerang tuan dengan keras, membuat Tuan jadi terkapar dan luka-luka begini.” Sarah tersenyum dan memegang tangan Edward dengan hati gembira karena Edward sudah sadar. Senyuman manis Sarah membuat Edward semakin terpesona dengan kecantikan Sarah dan kelembutan hati Sarah, apalagi saat tangan halus Sarah memegang tangan Edward, membuat jantung Edward jadi serasa ingin melompat keluar. Edward terdiam terpaku memandang Sarah.

Lalu Sarah memegangi kepalanya yang sudah sangat pusing, pandangannya semakin berkunang-kunang. Starla yang melihat Sarah mau jatuh pingsan segera menangkap Sarah. Tanpa menoleh pada Edward yang masih terdiam terpaku, Starla segera memapah Sarah kemudian ber-apparate ke istana Starla.

Edward yang sudah tersadar dari lamunannya, kebingungan karena ditinggal sendirian di Ager. “Sarah? Starla? Kalian dimana? Sial, aku ditinggal sendiri di sini, mana badan aku sakit semua, masih bisa ber-apparate gak ya?”

...***...

Sesampainya di istana Starla, Starla segera membaringkan Sarah yang sudah pingsan karena sangat kelelahan, bermandikan keringat dengan wajah pucat. Starla segera memberikan sebagian kekuatannya kepada Sarah yang sudah kehabisan tenaga dan kekuatan. Kulit Sarah yang tadinya pucat berangsur-angsur berubah menjadi lebih segar dengan bibir semerah Cherry. Dirasa sudah cukup memberikan sebagian kekuatan Starla kepada Sarah, Starla menghentikan pemberian kekuatannya. Lalu mengatur napasnya yang ngos-ngosan.

Tak lama kemudian Sarah tersadar dari pingsannya, dia melihat sekeliling lalu melihat Starla yang duduk di sampingnya sambil mengatur napas. Keringat Starla terlihat mengucur cukup deras dari dahi, pinggiran pipi hingga ke leher jenjangnya. “Dewi Starla, terima kasih sudah membawa saya ke sini. Badan saya yang semula terasa sangat lemas dan pusing kepala saya sudah lebih baik, pasti Dewi ya yang sudah memulihkan kondisi dan kekuatan saya?”

“Iya Sarah, aku takut sekali kamu akan kenapa-kenapa kalau tidak segera aku tolong dan menyalurkan sebagian kekuatanku ke kamu” Starla menyeka keringat di dahi dan dagunya.

“Maafkan saya Dewi, karena saya Dewi jadi ikut kelelahan dan berkeringat begitu banyak.” Sarah sambil mencoba untuk bangun dari tempat dia berbaring, namun oleh Starla segera dihentikan. 

“Tidak apa-apa Sarah, justru saya berterima kasih kepadamu Sarah, karena sudah menyelamatkan saudara sepupu saya Edward. Meskipun dia sangat mengesalkan, tapi dia tetap saudara sepupu saya. Kamu istirahat saja dulu di sini Sarah, jangan banyak bergerak sampai kamu benar-benar pulih.” Starla tidak ingin Sarah yang belum sepenuhnya pulih untuk banyak bergerak. Dia ingin Sarah beristirahat dulu untuk memulihkan kekuatannya.

“Sama-sama Dewi, Baik Dewi, saya ijin istirahat dulu ya, rasanya lelah sekali, membuat saya jadi mengantuk…hoahem.” Sarah menguap lalu merebahkan diri lagi di singgasana Starla.

“Silakan Sarah, tidurlah dengan nyenyak, saya juga mau istirahat dulu di kamar saya. Selamat istirahat Sarah.” Starla yang juga kelelahan segera beranjak dari singgasananya, menuju ke kamarnya.

“Terima kasih Dewi Starla.” Sarah memejamkan kedua matanya, dia segera tertidur dengan pulas.

Setelah Starla masuk ke dalam kamarnya, dia juga segera tertidur dengan lelap. Sekitar 1 jam kemudian, tiba-tiba muncul sinar putih di depan singgasana Starla. Saat sinar itu menghilang, ternyata Edward yang muncul. Dia berhasil ber-apparate ke singgasana Starla. Dengan tubuh sempoyongan dia segera menuju ke singgasana Starla, di situ sudah ada Sarah yang sedang tertidur pulas.

Apa yang akan dilakukan oleh Edward terhadap Sarah yang lagi tertidur pulas? Kita ikuti terus kisah yang semakin membuat penasaran ini.