Jika kamu mau bermain api, berarti kamu harus siap untuk terbakar, karena jika api asmara sudah berkobar akan sulit untuk mematikannya.
Dan jika kamu berani untuk menyakiti, berarti harus siap untuk disakiti, ini bukan soal Karma, tapi itu hasil dari apa yang pernah kamu tanam.
Pertukaran pasangan adalah hal yang tidak wajar dilakukan, namun Embun Damara dan Arsenio Hernandes terpaksa melakukannya, karena desakan dari pasangan masing-masing.
Namun siapa sangka, yang awalnya mereka menentang keras dan merasa tersakiti, kini butir-butir cinta mulai bersemai dihati mereka masing-masing, walau masih ragu, tapi rasa sayang dan cinta diantara mereka mengalir begitu saja seiring berjalannya waktu. Padahal perjanjian mereka hanya bertukar pasangan selama satu bulan saja.
Akankah cinta mereka akan kekal sampai nanti, atau harus putus karena masa perjanjian sudah selesai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iska w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21.Kencan Perdana
Suasana canggung masih terasa antara Arsenio Hernandes dan juga Embun Damara, saat mereka berencana ingin pergi berkencan hari ini, bahkan mereka berdua masih bingung mau pergi berkencan dimana, karena biasanya keduanya sama-sama sering disibukkan oleh pekerjaan dan tidak pernah ambil tahu tentang tempat-tempat hits untuk pacaran.
"Embun.. eh.. Sayang?" Panggil Arsen saat mobil mereka sudah sampai disebuah pelataran Mall terbesar yang paling dekat dengan Kantor mereka.
"Sudahlah, kalau belum terbiasa jangan dipaksakan, lagian kita cuma berdua sekarang kan, tidak ada Bagas maupun Nevika, jadi santai aja." Embun tidak pernah memaksakan Arsen bisa berlaku romantis atau berkata-kata manis kepadanya seperti Bagas, dia paham bahwa sifat orang itu tidak ada yang sama.
"Maaf ya, aku masih sering lupa." Arsen merasa tidak enak hati, karena memang dia belum terbiasa saja.
"Tidak masalah, lagian hubungan kita ada batas waktunya, nanti kalau terlalu terbiasa malah susah lupanya." Jawab Embun yang memang tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.
"Iya juga ya, sampai saat ini aku masih merasa seperti belum percaya dengan pertukaran pasangan ini, tapi ternyata semua ini nyata." Arsen menatap ke arah luar jendela dengan lepas.
"Sudahlah, kita jalani saja, lagian juga jodoh kita pasti sudah ada yang mengatur, jika memang harus begini apa boleh buat ya kan?" Embun selalu mencoba menghibur diri agar tidak stres hanya karena masalah pria, karena dia juga punya tanggung jawab banyak diluar sana.
"Hidup kita bahkan sudah seperti film saja, entahlah bagaimana nanti endingnya." Tutur Arsen kembali, dia berada dalam fase malas ribet saja.
"Ngomong-ngomong soal film, gimana kalau kita nonton film Bioskop saja?" Ucap Embun yang langsung menemukan ide, di Mall sana pasti ada Bioskop pikirnya.
"Aku sih ngikut aja, soalnya aku memang tidak begitu tahu gaya pacaran pada umumnya." Jawab Arsen dengan jujur.
"Kalau dengan Nevika kamu suka pergi kemana saja?" Tanya Embun yang sekedar pengen tahu saja.
"Dia yang mengatur segalanya, tapi kalau aku terpaksa harus kerja dia pergi sama teman-temannya, yang penting transferan lancar saja, kalau kamu?" Tidak ada yang dia tutup-tutupi dalam hubungannya, karena menurutnya Nevika saja tidak perduli dengannya saat ini.
"Kamu kan juga tau sendiri, bagaimana pekerjaan kita, apalagi awal bulan dan akhir bulan, pasti laporan menumpuk di meja, apalagi Bagas sering minta aku yang buatin laporan untuknya, jadi kencan kami setakat sarapan bareng, makan siang bareng sama pulang kerja bareng sambil makan malam di Restoran atau Kafe gitu aja."
"Ternyata kita senasip ya?"
"Apa mungkin karena hal itu mereka merasa saat berhubungan dengan kita rasanya Hambar ya?" Embun mencoba mengkoreksi diri sendiri, karena memang hubungan mereka terkesan monoton, walau itu demi Bagas awalnya.
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan, semua yang kita lakukan akan selalu salah dimata orang yang tidak pernah bersyukur memiliki kita." Ucap Arsen yang memilih memupus rasa kesalnya.
"Ternyata menjadi orang yang tulus dan menerima apa adanya itu juga nggak cukup untuk dicintai selayaknya."
"Mungkin bukan mereka yang jahat, cuma ketulusan kita saja yang salah tempat." Arsen tersenyum sambil memandang wajah wanita cantik yang ada disampingnya, entah mengapa semakin dilihat Embun terlihat semakin menarik baginya.
"Kenapa kita vibesnya jadi merana?" Embun pun membalas pandangan Arsen, hingga akhirnya mereka berdua saling memandang dalam senyuman.
"Dari hati." Celetuk Arsen yang langsung membuang pandangan, karena entah mengapa hatinya merasa ser-seran setelahnya.
"Ckk.. sudahlah, sekarang lebih baik aku beli tiket Bioskop online dulu, biar nanti kita nggak usah antri." Embun pun sebenarnya merasakan hal yang sama, itu mengapa dia langsung mencari-cari ponselnya untuk mengalihkan rasa canggung diantara mereka.
"Biar aku saja, masak kamu yang beli tiketnya, beritahu aku saja bagaimana cara belinya di online, karena biasanya kami beli langsung di Bioskop." Sebagai pria Arsen memang tidak mau menggunakan uang dari wanita, karena harga dirinya sebagai pria terasa sedikit direndahkan menurutnya.
"Siapapun yang beli tidak masalah bukan, biasanya juga aku yang selalu beli tiketnya kalau sama Bagas." Jawab Embun yang memang tidak pelit dengan siapapun.
"Itu kan kamu sama Bagas, jangan samakan aku dengan dia, kamu ajari aku saja belinya di aplikasi apa, aku tidak terbiasa ditraktir oleh wanita saat berkencan." Jawab Arswn yang tetap menolak keras.
Dia memang berbeda jauh dengan Bagas, dia bahkan begitu memuliakan seorang wanita, walau hanya dengan hal sekecil apapun.
"Definisi pria sejati ini sih." Dan disini Embun merasa semakin kagum saja dengan sosok Arsenio Hernandes.
"Kamu pikir aku pria melambai?" Jawab Arsen sambil melirik kearahnya.
"Ahaha... bukan begitu juga, sudahlah kita mau nonton film apa?"
"Apa saja, yang penting kamu suka." Jawab Arsen dengan cepat.
"Aku pun tidak begitu tau update film terbaru sekarang, kita lihat yang paling banyak dibeli tiketnya aja gimana?" Karena menurut Embun jika banyak yang membeli tiketnya pasti filmnya bagus.
"Okey."
Akhirnya mereka berdua pergi ke Bioskop dan membeli popcorn dan juga minuman terlebih dahulu, agar didalam Bioskop nanti mereka tidak terlalu canggung jika hanya diam saja.
"Penuh juga ya?" Ucap Arsen saat melihat kursi-kursi dibawahnya penuh dengan pengunjung yang berpasangan.
"Mungkin filmnya memang bagus, tadi aku asal pilih aja sih." Jawan Embun sambil meletakkan cemilan dan minuman didekatnya.
"Okey, mari kita lihat." Arsen pun terlihat santai, karena film apapun tidak jadi masalah, dia tidak tertidur diruangan yang dingin itu saja sudah bersyukur sekali.
Dan film yang Embun pilih ternyata adalah film romansa untuk orang yang memang sudah dewasa, diawal-awal cerita memang masih terlihat biasa, namun lama kelamaan film itu sudah menjurus dengan hal-hal romantis yang dilakukan oleh para pemain film itu.
Mampus gue, kenapa yang gue pilih film dewasa? aduh... mana adegannya begitu lagi?"
"Eherm." Embun merasa risih sendiri, apalagi didalam Bioskop itu semua berpasangan, bahkan mereka duduknya berdempetan semuanya, hanya dia dengan Arsen saja yang berjarak.
"Mau minum?" Arsen fikir tenggorokan Embun kering karena berada di ruangan yang dingin.
"Iya, ehh.." Jawab Embun yang langsung menarik paksa minuman miliknya sampai sedikit tumpah karenamya.
"Pelan-pelan, baju kamu nanti kotor, sini aku pegangin, ehh... Tangan kamu kok dingin banget?" Saat ingin membantu membersihkan tumpahan air dibaju Embun, tanpa sadar Arsen menyenggol tangan Embun yang memang terasa dingin sekali.
"Iya, entahlah ini Bioskop apa Kulkas, kenapa dingin sekali." Jawab Embun yang sebenarnya dingin karena grogi juga.
"Pegang saja tanganku, pasti lebih hangat daripada masuk angin ya kan?" Arsen langsung menggengam tangan Embun.
"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja." Embun memilih menolak saja, daripada jantungnya semakin berdebar tidak karuan pikirnya.
Haduh... aku kok jadi deg-degan begini, mana pasangan disamping gue ngikutin adegan di film itu lagi, kayak orang nggak tahu tempat aja.
"Embun.. kamu suka filmnya?" Tanya Arsen tiba-tiba.
"Emm.. lumayan sih cuma agak gimana gitu ya kan?" Jawab Embun yang sedikit malu juga melihatnya.
"Wajarlah, ini kan film untuk pasangan, lihat aja pasangan disamping kamu aja praktek langsung." Celetuk Arsen sambil menunjuk pasangan yang ada disamping Embun menggunkan kedua ekor matanya.
"Ahehe... jangan dilihat, nanti mereka marah." Ucap Embun yang memilih langsung memangku satu ember popcorn itu kedalam pangkuannya.
"Mereka sendiri yang pamer, ini kan tempat umum." Jawab Arsen sambil melengos.
"Sudah jangan dibahas, lihat filmnya saja." Ucap Embun yang kembali mengarahkan pandangannya ke layar Bioskop.
"Embun aku mau." Ucap Arsen kembali.
Hah? Dia mau seperti mereka gitu?
"Tapi---?" Embun seolah ragu saat menjawabnya.
"Boleh nggak?" Tanya Arsen kembali.
Gimana ini? nggak papalah ya kalau kami bercivman, Bagas dan Nevika aja malah pamer di media sosial, aku kan cuma di Bioskop, mana dingin banget lagi ruangannya, kan aku juga jadi pengen.
"Pejamkan matamu?" Ucap Embun yang terlihat menghirup udara disekitarnya dalam-dalam.
"Kenapa?" Tanya Arsen sambil menaikkan kedua alisnya.
"Pejamkan saja." Ucap Embun kembali tanpa berani menoleh kearah Arsen yang masih memandangnya.
"Hmm... Baiklah." Dan Arsen pun mengiyakan saja dengan santainya.
Cup!
Dengan secepat kilat, Embun langsung menyambar bibiir tebal milik Arsenio yang langsung tersentak karena kaget.
"Ehh... maksudku, aku mau Popcornnya." Ucap Arsen dengan jujur, karena mereka memang hanya membeli satu ember popcorn besar untuk berdua saja tadi.
Duar!
Demi apapun itu, rasa-rasanya aku ingin sekali menghilang saja dari muka bumi ini, kenapa lah dengan otakku ini, kenapa aku sampai berpikiran kearah sana, Ya Tuhan malunya aku, sadarlah Embun dia hanya pacarmu untuk satu bulan saja, jangan berharap lebih.
"Hah, maaf! Aku kira kamu minta emm.. minta itu tadi." Jawab Embun dengan perasaan yang sudah campur aduk sambil mengumpat didalam hati.
Andai didepannya itu lautan yang luas, walau berbahaya juga Embun pasti memilih terjun dan menyelam ke dasar lautan untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah merah padam kali ini.
"Pffthh... ya sudahlah, tidak masalah." Jawab Arsen sambil mengacak rambut Embun perlahan, bahkan wajahnya sudah terlihat memucat dari sorotan layar Bioskop, karena menahan rasa malu dan itu malah membuat Arsen merasa gemas sendiri jadinya, dia malah merasa benar-benar bahagia dikencan perdananya ini bersama Embun Damara.
Arsenio bahkan semakin tersenyum dengan lebarnya, dia sungguh tidak kepikiran akan hal itu tadi, namun kalau dikasih hadiah free seperti itu siapa sih yang nolak, apalagi dia juga sudah sempat merasakan kenyalnya bibiir Embun yang ranum itu dan menurutnya rasanya Candu.
Terkadang orang yang terbaik itu tidak datang diwaktu yang Cepat, tapi Ia datang diwaktu yang Tepat.