Javier dan Jihan, 2 pasangan yang sudah menjalin hubungan sejak duduk di bangku sekolah menengah atas itu terpaksa harus kandas karena tidak mendapatkan restu dari orang tua Javier.
" jika mereka tidak menerima mu, maka aku akan pergi. kita akan pergi bersama jauh dari mereka"
" tidak Javier, kita tidak akan melakukan itu"
" kita akan melakukannya"
" kamu harus menikah dengan wanita pilihan keluarga mu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 12
Setelah menghabiskan waktu 5 hari di Singapura. Akhirnya keluarga kecil Jihan dan Irfan pulang ke Indonesia. Mereka tiba di Indonesia pada sore hari.
Niko sudah di antarkan ke rumah orang tuanya lansung, bocah itu sudah sedari kemaren merengek karena merindukan orang tuanya. Biasanya lah anak kecil, tidak bisa bersih lama lama dari orang tuanya.
Naira tertidur di perjalanan, mungkin karena dia kelelahan hingga tertidur tanpa terusik sama sekali.
" aku anterin Naira ke kamar dulu" ujar Irfan lalu membawa Naira yang berada di gendongannya ke kamar anak itu.
Jihan lansung berjalan ke kamar, dia ingin segera bersih bersih lalu beristirahat. Koper mereka sudah di bawa masuk oleh art yang berkerja di rumah.
" apa dia ada datang kerumah selama kami pergi?" tanya Irfan pada satpam rumahnya.
Yaa, setelah mengantarkan putrinya ke kamar, Irfan memilih keluar kamar untuk bertanya pada satpam.
" ada tuan, di hari pertama anda pergi" jawab satpam tersebut.
Irfan menghela nafas panjang" jika dia datang lagi lakukan hal yang sama, jangan biarkan dia masuk " perintah Irfan
Satpam tersebut mengangguk patuh lalu Irfan berjalan masuk ke rumah dan segera masuk ke kamarnya.
Saat masuk ke kamar ternyaman sepi. Saat mendekati kamar mandi terdengar suara air di dalam. Itu berarti Jihan sedang mandi.
Irfan tersenyum mengingat kembali moments mereka di Singapura. Irfan sangat bahagia selama 5 hari di Singapura. Mereka benar benar seperti pasangan suami istri yang sedang honeymoon.
" semoga aja terus seperti ini" gumam Irfan berharap.
Irfan duduk di sofa menunggu Jihan selesai mandi baru lah dia mandi. Jihan memiliki prinsip tidak boleh menyentuh ranjang jika habis dari luar. Jika ingin menyentuh ranjang berarti harus bersih bersih dulu atau minimal ganti baju.
beberapa menit kemudian jihan keluar dengan rambut basar yang di baluti dengan handuk putih. Jihan nampak tidak melihat keberadaan Irfan, Jihan lansung berjalan ke walk in closet untuk memakai baju dan mengeringkan rambutnya.
∆∆∆∆∆
Pagi ini Javier berangkat ke kantor dengan lesu. Bahkan dia terlihat tidak bersemangat sama sekali, matanya pun menghitam menandakan jika Javier kurang tidur.
Membayangkan Jihan bersama pria lain lebih menyakitkan dari pada saat Jihan hilang tanpa kabar.
Di satu sisi Javier yakin jika Jihan masih mencintainya. tapi di sisi lain dia merasa jika Jihan dan suaminya sangat bahagia, berbeda dengan dirinya.
" anda kurang tidur tuan?" tanya Pian.
" menurut mu?" sehut Javier ketus.
Melihat dari keadaan fisiknya saja sudah menjelaskan bagaimana lelahnya Javier.
" apa tuan membutuhkan kopi?" tawar pian.
" tidak" tolak Javier" menurut mu, apa mati itu menyeramkan?" tanya Javier tiba tiba.
sangat tiba tiba bahkan sampai membuat Pian binggung. Kenapa bosnya tiba tiba menanyakan tentang kematian? Siapa pasti tahu jika mati itu sangat menyeramkan.
" tentu saja menyeramkan tuan" jawab Pian.
" lebih menyeramkan mati atau hidup dalam kegelapan tanpa cahaya sedikitpun?" tanya Javier lagi. Dari nada pertanyaan Javier sih terdengar serius.
" mengapa anda bertanya seperti itu tuan?"
" kau tinggal jawab saja" ujar Javier ketus.
" bagi saya, 2 2 nya sama sama menyeramkan" jawab pian sesuai sudut pandangnya.
" lebih baik mati atau hidup?" tanya Javier lagi.
" anda sedang memiliki masalah tuan?" tanya Pian.
" keluarlah" ujar Javier mengusir Pian agar keluar dari ruangannya.
" baik tuan, jika butuh bantuan segera hubungi saya" ujar Pian lalu berpamitan untuk keluar.
tidak lama setelah Pian keluar, Javier ikut keluar. Dia ingin menanyakan tentang dokumen kontrak kerja dengan perusahaan c pada Pian.
Namun saat dia ingin masuk dia dapat mendengar pembicaraan Pian dengan seseorang di balik telponnya. entah siapa yang sedang telponan dengan Pian.
" tuan, saya hanya takut jika tuan Javier benar benar ingin bunuh diri"
" bagaimana jika itu terjadi?"
" menurut saya itu terlalu kejam tuan "
" maaf tuan, saya tidak berniat untuk ikut campur "
Javier mengetuk pintu yang sedikit terbuka itu setelah di rasa jika Pian sudah selesai dengan panggilan teleponnya.
" tuan Javier" ujar pian terlihat gugup saat melihat kehadiran Javier di ruangannya.
" dimana kau letakkan dokumen kontrak kerja dengan perusahaan c?" tanya Javier Lansung to the points.
" sebentar tuan, akan saya ambil " ujar Pian lalu segera mengambil dokumen tersebut yang dia simpan di dalam laci meja kerjanya.
Javier mengambil dokumen tersebut " oke" Javier segera keluar dari ruangan Pian lalu dia memasuki ruangannya.
Saat tiba di ruangannya, Javier tidak memeriksa dokumen tersebut. dia malah mengambil ponselnya lalu memeriksa rekaman cctv di ruangan Pian.
Javier melihat rekaman cctv di mana saat pian memasuki ruangannya lalu menghubungi seseorang.
" hallo tuan besar" ujar Pian di sana.
Hanya suara Pian yang terdengar karena Pian tidak menyalakan pengeras suara.
" saya lihat keadaan tuan Javier pagi ini jauh dari kata baik, tuan"
Pian terdiam sejenak, sepertinya sedang mendengarkan pihak lain berbicara.
" tuan Javier juga bertanya tentang kematian"
Pian kembali terdiam.
" saya takut jika tuan Javier berfikir untuk bunuh diri "
hening.....
" tuan, saya hanya takut jika tuan Javier benar benar bunuh diri "
Javier mematikan ponselnya. dia bersandar di Sandaran kursi kebesarannya. Sepertinya dia memiliki kesalahan besar karena sudah percaya pada Pian yang ternyata berkerja sama dengan bokapnya.
Javier yakin, jika bokapnya pasti sudah tahu tentang kabar Jihan telah kembali. Bahkan mungkin tentang kabar Jihan yang sudah menikah.
" apa kemaren papa sengaja membuat jadwal ku padat agar aku tidak bisa terbang ke Singapura untuk mengikuti Jihan?" gumam Javier berfikir.
Itu masuk akal, papanya pasti sudah tau semuanya dan melakukan semua itu untuk mencegahnya mendekati Jihan kembali.
" kenapa papa tidak pernah berubah?"
Jika begini Javier akan semakin kesulitan. Pian tahu semua tentang dirinya. Termasuk tentang dia yang mendatangi rumah Jihan. Musuh dalam selimut memang nyata ada nya.