Siapa sangka, niatnya ingin menenangkan diri di sebuah taman, karena stress terus di paksa sang ibu untuk segera menikah karena umurnya sudah tidak muda lagi. Di taman itu Kanaya malah bertemu gadis kecil yang sedang menangis.
Pertemuan itu malah awal menjadikan dirinya seorang ibu dari gadis kecil yang membutuhkan kasih sayang seorang ibu itu
Bagaimana selengkapnya yu langsung mampir saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iin Suryani iin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21
" Nay... " Perkataan Dirga langsung terpotong saat Naya kembali mengangkat tangannya, dan itu membuat Dirga sangat terkejut.
" Diam dulu pak Dirga, biar saya mencoba menenangkannya. " kata Naya.
Mendengar itu mau tidak mau Dirga pun terdiam.
" Kenapa Flo bisa sampai seperti ini Bi ijah ?" tanya Naya sambil menggendong dan mengelus punggung gadis kecil itu.
" Begini neng Naya, tadi nona kecil... " bi Ijah menceritakan awal gadis kecil itu datang ke dapur, sampai sempat terlihat senang saat mendengar orang yang menyakitinya masuk penjara, dan kembali sedih bahkan sampai menjerit histeris saat bi Ijah meminta gadis kecil itu untuk sekolah dan mandi terlebih dahulu.
" Begitu yang terjadi tadi neng " kata Bu ijah lagi yang sudah selesai dengan ceritanya.
Naya yang mendengar itu mulai mengerti letak permasalahan gadis kecil itu.
" Ya sudah, untuk sekarang biarkan Flo bersama saya dulu, dan saya minta kalian semua jangan meminta Flo melakukan apapun, cukup biarkan saja apa yang mau Flo lakukan kalian mengerti. Begitu juga dengan anda pak Dirga " kata Naya dengan tegasnya.
" Saya juga " kata Dirga yang menunjuk dirinya sendiri.
Sedangkan para maid mengangguk mengiyakan saja apa yang Naya katakan, bagi mereka yang penting nona kecil mereka tidak mengamuk seperti itu lagi.
" Benar Pak, Anda cukup melihat dan mengiyakan apa yang akan di lakukan dan di katakan Flo, selama masih dalam batas wajar dan tidak berbahayanya. " kata Naya lagi menjelaskan.
" Haaah... baiklah, Nak papah mau kamu kembali seperti dulu lagi, jangan seperti ini, papah sakit melihatmu seperti ini " kata Dirga pelan sambil mengusap punggung putrinya yang masih berada dalam dekapan Naya.
Lalu Naya membawa gadis kecil itu duduk di kursi dan masih tetap memangku nya, karena Flo masih memeluk erat Naya.
" Sayang, Flo mau mandi sama bunda, coba lihat Bunda baru bangun tidur, muka bunda masih kusam rambut bunda masih berantakan, tapi masih harum sih tidak kecut. Flo sendiri bagaimana coba bunda cium kecut tidak " kata Naya mengajak Flo bercanda agar mau mandi dan tidak trauma lagi dengan kamar mandi.
Flo yang mendengar itu langsung memandang wajah dan rambut Naya yang memang sedikit berantakan, lalu mulai sedikit tersenyum saat Naya mencium seluruh badannya karena terasa geli.
" Tuh benar kan, Flo juga sedikit kecut, coba di sini bisa cium, disini, di sini dan di sini juga mmmm...tu kan kecut " kata Naya yang mencium semua badan Flo.
" Hahahaha... sudah bunda geli Bunda hahaha... " akhirnya gadis kecil itu tertawa karena merasa geli di cium Naya sana sini
Dirga dan yang lainnya melihat Flo yang mau tertawa lagi, juga ikut tersenyum melihatnya.
" Oke baiklah, karena kita berdua bau kecut, ayo kita mandi bersama " ajak Naya.
" Tapi bunda... " kata Flo yang kembali kelihatan takut.
" Kamu tenang saja sayang, kan ada bunda " kata Naya mencoba membujuk.
" Tapi Flo takut dingin Bunda " kata Flo yang sangat terlihat mulai ketakutannya.
" Hei soal itu mah gampang sayang, yu ikut bunda, bunda tunjukin kalau mandi sama Bunda tidak dingin, karena apa, karena bunda juga sama seperti Flo takut dingin, jadi kita berdua bisa mandi air hangat gimana" ajak Naya lagi dengan gaya lebih menyakinkan.
Mata gadis kecil itu mengerjap ngerjap memikirkan apa yang di katakan Naya.
" Jadi bunda juga takut dingin ?" tanya gadis kecil itu lagi.
" Mm benar, maka dari itu bunda selalu mandi dengan air hangat, enak tau sayang kita bisa berendam bersama para bebek - bebek kecil, sama bunga - bunga biar harum, gimana mau ikut ga mandi bareng Bunda, seru tau yu " ajak Naya lagi dengan semangatnya memberikan energi positif untuk anak itu.
Mata gadis kecil itu kembali mengerjap ejap membayangkan apa yang baru saja Naya katakan, sedangkan Dirga dan yang lainnya hanya diam saja mendengarkan, mereka tidak mau ikut bicara, takut kalau salah bicara gadis kecil itu akan menangis lagi.