"Sebenarnya Aku hanya terpaksa menikahi mu demi memenuhi permintaan terakhir mendiang Papa, jadi kamu jangan pernah berharap lebih dalam pernikahan ini. Satu bulan lagi Kania kekasihku akan kembali dari luar Negeri, kami sudah berencana menikah setelah dia kembali dan pernikahan kita hanya sebatas itu saja" Farhan Adinata.
Mendengar pengakuan suaminya yang begitu menyesakkan dada, tak menyurutkan keteguhan Nada K.A mencintai suaminya. Ia meminta waktu satu bulan itu untuk menjalankan perannya sebagai istri yang berbakti kepada suaminya. Setelah satu bulan ia akan merelakan suaminya untuk wanita lain. Namun, setelah satu bulan Nada berubah pikiran, ia lebih rela di madu dan menyembunyikan statusnya sebagai istri Farhan demi cinta dan baktinya kepada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KCN~ BAB 21
"Terima kasih ya, Neng, berkat Neng Nada dan teman-teman, warga disini sangat terbantu termasuk saya sendiri. Jujur Neng, dari dulu saya pengen sekali bisa baca bisa dan bisa tulis. Tapi selama ini gak ada yang ngajarin. Sedih rasanya. Gimana cara saya bisa mendidik anak kalo saya sendiri gak bisa baca gak bisa nulis. Tapi Alhamdulillah, baru satu hari diajarin sama Neng Nada, saya sedikit-sedikit sudah bisa mengenal huruf abjad dan menyalinnya di buku tulis." Ujar seorang ibu yang bernama Minah.
"Alhamdulillah, Bu saya juga ikut senang bisa membantu warga disini." Ujar Nada sambil tersenyum tipis, dan sesekali ia melirik ponselnya yang ia genggam berharap akan ada jaringan untuk bisa menghubungi mama Sarah untuk menanyakan apakah Farhan sudah menandatangani surat cerai itu atau belum. Tetapi ia yakin jika Farhan sudah menandatangani nya karena itulah yang diinginkan laki-laki itu.
"Disini memang susah jaringan, Neng," ucap bu Minah yang memperhatikan Nada terus menatap ponselnya. "Beberapa warga disini pergi ke bukit kalau ingin menelpon keluarganya yang pergi merantau." Lanjutnya.
"Apa bukitnya jauh, Bu?" Tanya Nada.
"Cukup jauh, Neng, sekitar tiga puluh menit jalan kaki." Jawab bu Minah." Kalau Neng mau besok Ibu akan antar ke sana sekalian mau cabut singkong."
"Iya, Bu saya mau." Ucap Nada dengan antusias, meski yakin Farhan sudah menandatangani surat cerainya tetapi saja ia ingin mendengarnya langsung dari mama Sarah. Selain itu ia juga merindukan mama Sarah padahal baru sehari ia tinggal.
"Ya udah, besok siang setelah belajar kita pergi ke sana."
.
.
.
Mendengar suara deru mesin mobil Farhan, Kania bergegas keluar rumah. Di ambang pintu ia berdiri menyambut kedatangan suaminya dan juga madunya. Namun, saat Farhan turun dari mobil dan melangkah masuk ke rumah ia tidak melihat ada Nada padahal suaminya bilang akan menjemputnya sore nanti.
"Kamu sendirian, Mas?" Tanya Kania sambil melirik kearah mobil mencari sosok Nada, namun dalam hati ia berharap jika Nada memang tak ada ikut pulang bersama suaminya.
Farhan tak menjawab, ia melewati begitu saja Kania yang berdiri di ambang pintu dan langsung menuju kamarnya. Surat cerai yang di bawanya sudah nampak runyam dalam genggamannya.
Sesampainya di kamar, Farhan melemparkan surat cerai itu ke atas tempat tidur lalu ia berjalan masuk ke kamar mandi. Dengan mandi mungkin akan sedikit menjernihkan pikirannya. Mengetahui Nada telah menggugat cerai dirinya membuat kepalanya berdenyut nyeri, namun ia yakin jika Nada terpaksa melakukan itu karena desakan mama Sarah dan juga Alfan. Nada pergi pun ia juga yakin karena permintaan dua orang itu untuk menjauh darinya.
Kania yang baru masuk ke kamar dan mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, langsung menuju lemari untuk menyediakan pakaian untuk suaminya. Setelah mengambil satu setel pakaian santai Kania membawanya menuju tempat tidur, dan saat akan meletakkan pakaian itu tatapannya tertuju pada sebuah kertas yang tergulung di atas tempat tidur.
Kania meletakkan pakaian itu lalu meraih kertas tersebut. Senyum penuh kemenangan seketika terbit di bibirnya ketika melihat isi kertas tersebut ternyata adalah surat gugatan cerai yang diajukan oleh Nada untuk Farhan dan juga telah ditandatangani oleh Nada.
"Sekarang aku harus memikirkan cara bagaimana agar Mas Farhan juga menandatangani surat cerai ini, maka Mas Farhan hanya akan menjadi milikku seorang." Gumamnya, lalu menarik sudut bibirnya membentuk seringai tipis.