Season 1.
Kisah cinta antara bangsawan buta dengan seorang pelayan.
Alex Smith, seorang bangsawan raya yang mengalami kebutaan karena kecelakaan. Sialnya lagi, ia ditinggalkan oleh calon istrinya yang tidak mau menerima keadaan Alex.
Pada akhirnya, Alex menikah dengan Kinara Lee, seorang pelayan biasa yang menjadi pengantin pengganti. Kinara rela menikah dengan laki-laki yang tak mencintainya hanya karena tawaran yang menggiurkan.
Namun, benarkah hanya itu alasan mereka untuk menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biru Samudera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Janji
Alex berdiam di ruang kerjanya setelah perjanjian pra-nikah selesai ditandatangani. Tuan Parrish langsung pergi ketika segala sesuatu telah dikonfirmasi. Kinara buru-buru keluar ketika pelayan menyampaikan bahwa nyonya Beatrice memanggilnya. Sedangkan Billy, entah apa yang sedang dilakukan oleh sahabatnya itu. Suara langkah kaki yang berputar-putar bergema dalam ruangan ini sejak tadi.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Alex, akhirnya tidak sabar menghadapi sikap Billy yang menurutnya sangat menggangu. Saat ini ia benar-benar sangat ingin menyendiri, memikirkan langkah selanjutnya yang harus dilakukan untuk mengalahkan Jericho.
"Ah ... abaikan saja aku," jawab Billy, "Anggap saja aku adalah suara detik jam yang terus berpacu."
"Ck!" Alex berdecak, sebal, "Jangan bertele-tele, katakan saja apa yang sedang kau pikirkan."
"Hehehe .... Apakah terlihat dengan begitu jelas?" tanya Billy, "Tidak, maksudku apakah terdengar dengan begitu jelas?" ralatnya lagi cepat-cepat.
"Kau berputar seperti seekor ayam betina yang akan bertelur, hanya jika memiliki sesuatu dalam tempurung kepalamu yang lebih sering tak berguna itu."
Billy termenung, mengapa lidah tajam sahabatnya tak juga berubah? Ia mendesah keras-keras, sengaja agar Alex bisa mendengarnya dengan jelas.
"Apakah keputusanmu untuk menikahi Nona Kinara tidak terlalu buru-buru?" Billy berjalan mendekat pada sahabatnya, menduduki kursi tepat di sisi kanan Alex Smith.
"Perjanjian pra-nikah sudah ditetapkan. Gedung dan segala sesuatu sudah siap. Apa lagi yang kau khawatirkan?"
"Bukan itu maksudku, kau tahu ...." Lagi-lagi Billy mendesah panjang sebelum melanjutkan, "Kalian bisa saja saling melukai di kemudian hari. Sebagai sahabat yang sudah hampir seperti saudaramu, aku tidak ingin melihatmu terluka lagi."
Alex terdiam cukup lama setelah mendengar penuturan Billy. Sejujurnya, ia meminta Kinara untuk menjadi istrinya hanya karena tidak ingin kehilangan muka. Ego dan harga dirinya terlalu tinggi untuk dijatuhkan. Pria itu hanya ingin menunjukkan pada semua orang, ia bisa menikahi siapa pun yang ia inginkan.
"Masih ada waktu jika kau ingin mengubah keputusanmu," ujar Billy lagi, "Jangan sampai--"
"Aku mengerti," sergah Alex, "Keputusanku sudah bulat, aku tetap akan menikahi gadis itu. Masalah yang kau khawatirkan tidak akan terjadi, jangan khawatir."
"Baiklah, jika keputusanmu sudah bulat." Billy menatap Alex lekat-lekat sebelum mengajukan pertanyaan, "Mengenai nona Kinara, apakah kamu ...."
"Menyukainya?"
"Ya. Apakah kau menyukainya?"
"Tidak," jawab Alex tanpa menunjukkan perubahan ekspresi sama sekali.
"Tapi kamu ...."
"Perhatian? Itu karena ia sudah mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan aku."
"Begitu rupanya." Billy manggut-manggut, sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas. "Rasa penasaranku sudah terjawab."
"Dasar penggosip!"
Seringai di wajah Billy semakin lebar. Ia mengabaikan raut wajah Alex yang segelap mendung sebelum badai datang. Biar bagaimana pun, tingkah sahabatnya itu cukup mencurigakan. Alex Smith tidak pernah memberikan perhatian yang berlebihan kepada siapa pun, termasuk cinta pertamanya sekalipun. Namun, melihat sikapnya yang begitu melindungi Kinara Lee ... ah, siapa yang bisa menduga apa yang akan terjadi di kemudian hari.
"Oh iya, mengenai ahli terapi untuk kakimu, aku sudah menghubungi dokter Bryan. Dia adalah ahli dari para ahli, akan tiba di sini pekan depan. Jadi kau bisa memulai terapi setelah hari pernikahanmu."
"Baiklah. Kau atur saja."
"Hey, respon macam apa itu? Setidaknya bersemangatlah sedikit. Optimis!"
Billy terkekeh dan menepuk pundak sahabatnya itu. Tentu saja, Alex Smith langsung menepis tangannya dengan sigap.
"Tutup mulutmu dan keluarlah!
Billy terbahak, ia bangun dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu. Namun, tiba-tiba ia membalikkan tubuh dan berkata, "Satu lagi, ada pendonor mata yang sepertinya cocok denganmu. Akan kukabari begitu dokter Philip memberi berita baik."
"Secepat itu?" Alex Smith tertegun, merasa tak percaya.
"Kau terlalu meremehkan kemampuanku, Kawan. Aku akan melakukan yang terbaik untuk kesembuhanmu." Billy tersenyum meski tahu Alex tak bisa melihatnya. "Baiklah. Aku akan menutup mulut dan kembali ke kantor. Akan kukabari jika ada hal-hal yang mendesak."
Alex masih terpaku di tempat duduknya setelah Billy keluar dan menutup pintu. Kedua tangannya terkepal erat di atas meja. Kegelapan ini membunuhnya, menggerogoti akal sehatnya perlahan-lahan. Ia tidak tahu perbedaan waktu, hanya gelap yang melingkupi seluruh dunianya. Ia bahkan tidak dapat merasakan kedua kakinya. Semuanya mati rasa, termasuk hatinya.
"Jericho, tunggu saja, aku akan menyeretmu ke neraka," gumam Alex Smith penuh tekad. Apa yang menimpanya sekarang, harus dirasakan juga oleh Jericho Millu.
***
Kinara mengetuk pintu ruang kerja itu sejak lima menit lalu, tapi tak ada jawaban. Tadi siang selepas menandatangani surat perjanjian, nyonya Beatrice memintanya untuk pergi mencoba gaun pengantin. Setelah itu, mereka pergi ke salon dan melakukan perawatan yang Kinara tidak mengerti sama sekali. Ia hanya terus tersenyum dan mengikuti apa pun yang dikatakan atau diperintah oleh calon ibu mertuanya itu. Benar-benar melelahkan.
Ketika sampai di rumah, para pelayan mengatakan bahwa tuan muda sama sekali tidak keluar dari ruang kerjanya. Jadi, di sinilah ia sekarang, berdiri dengan nampan berisi makanan. Pria di dalam sana pasti belum memakan apa pun sejak tadi.
"Tuan Muda?" panggil Kinara lagi, "Saya akan masuk."
Gadis itu mendorong daun pintu dan melongok ke dalam. Gelap gulita. Ia harus memicingkan mata cukup lama sampai akhirnya melihat sosok yang duduk seperti patung pualam di sudut ruangan.
"Gelap sekali, mengapa Anda tidak menyalakan lampu, Tuan?" Kinara melangkah masuk, meraba-raba di tembok untuk mencari sakelar lampu.
"Apa bedanya bagiku?" jawab Alex dengan tenang.
Sikap tenang pria itu membuat Kinara merasa bersalah sekaligus bergidik ngeri.
"M-maaf, bukan maksud saya ... aduh!" Kinara hampir terjungkal, kakinya menendang ujung karpet. Untungnya nampan di tangannya tidak terjatuh. Pria di depan sana bahkan tidak memberi respon sedikit pun, sedihnya ....
Klik.
Gadis itu berhasil menemukan tombol yang tepat, ruangan seketika terang benderang. Kinara berjalan menuju meja dan meletakkan nampan di sana.
"Anda belum makan, bukan? Ini, saya buatkan sup ayam dan gingseng, baik untuk kesehatan Anda."
Kinara membuka tutup saji, uap panas langsung mengepul dan menguarkan aroma yang menerbitkan air liur. Alex Smith meneguk ludahnya perlahan, sepertinya sup yang dibawa oleh gadis itu cukup lezat. Tak lama kemudian, terdengar suara udara yang dihembuskan dengan keras di samping Alex.
Fuhh ... fuuhh ... fuuhh ....
"Nah, buka mulut Anda!" perintah Kinara sambil menyodorkan sendok berisi kuah dan potongan daging ayam.
"Apa yang kau lakukan?" desis Alex seraya menjauhkan wajahnya. Memangnya dia anak kecil?
"Tuan, tahukah Anda? Makan sup itu paling enak kalau disuapi. Dulu, waktu saya masih kecil, ibu sering menyuapi ketika saya sedang merasa sedih atau merajuk. Ini, makanlah."
Gadis itu kembali menyodorkan sendok ke depan mulut Alex Smith.
"Apa maksudmu? Siapa yang merajuk?" tanya Alex dengan nada tak percaya. Gadis itu benar-benar menganggapnya seperti anak kecil, ya?
"Diam dan buka mulut Anda. Cepatlah," desak Kinara, "Ibu saya dulu juga tidak sabaran. Jika saya menolak memakan masakannya, ia akan menyuapi saya dari mulut ke mulut."
"Apa? Dari mulut ke mana?"
Kinara memasukkan sup ayam ke dalam mulut Alex Smith yang sedang terbuka lebar. "Ke mulut," jawabnya tanpa dosa.
"Bagaimana, enak tidak?"
Alex Smith ingin membantah dan mengamuk, tapi rasa kaldu yang nikmat berpadu dengan kuah gingseng yang hangat berhasil membungkam mulutnya.
"Berisik sekali," ucap Alex Smith, "Kemarikan sup itu."
Kinara tersenyum lebar, merasa sangat puas melihat reaksi pria di hadapannya. Ia memajukan mangkuk sup ke depan Alex, membantu pria itu memasang serbet di leher lalu meletakkan sendok di tangannya.
"Mulai hari ini, saya akan melayani Anda dengan sepenuh hati," janji Kinara dengan senyum tulus di wajahnya.
***
Yuhuuu....
Jangan lupa likee yaa...
Makasihh..
Alex- Nara cuma di kasi bareng ga sampe 2 th.. Kasian Alex..
ya ampuuun skrg baca lagi, ttp mewek jugaaa😭😭