Audrey ditipu Adik kembarnya. Ia dijual pada seseorang untuk pelunas hutang. Tahu ia dikhianati sang Adik, Audrey pun berhasil melarikan diri. Sayang sekali, ditengah pelariannya ia justru bertemu pria tampan yang dalam keadaan setengah mabuk.
Hansen yang dijebak perempuan licik, meminta bantuan Audrey. Ia lantas menarik paksa Audrey ke kamarnya. Hal tak terduga terjadi, Audrey tak mampu menolak dorongan tenaga pria kekar yang ada dihadapannya. Pada akhirya, Hansen dan Audrey menghabiskan malam panas bersama-sama.
Saat bangun keesoakan harinya. Audrey tak menjumpai adanya Hansen. Hanya ada secarik kertas dan kartu nama yang ditinggalkan Hansen untuk Audrey. Hansen ingin Audrey menemuinya setelah membaca pesannya. Membaca pesan Hansen, Audrey hanya memasang wajah masam. Ia meremat kertas dalam genggaman dan ingat akan wajah sang Adik yang membuatnya harus kehilangan kesucian sebelum menikah.
Apa yang akan terjadi pada Audrey? akankah ia pergi mendatangi Hansen, atau menghindarinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dea Anggie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
One + One (21)
Setelah menjadi pemilik resmi sekaligus pengelola Galeri ternama, Audrey pun semakin sibuk. Terkadang ia sampai harus lembur kerja, dan menitipkan si kembar pada Sherlyn atau Nicholas.
Elly yang masih setia tetap bertahan di posisi yang sama. Ia membantu Audrey yang menggantikan posisi Diana. Sedangkan posisi Asisten diberikan pada Stella. Seorang Perempuan muda dengann hidupnya yang kacau, sebelum bertemu Audrey.
Beberapa tahun berkecimpung di Galeri, Audrey tidak pernah sekalipun mengecewakan. Karena itulah Diana tanpa ragu langsung mewariskan Galerinya pada Audrey. Diana yakin Audrey mampu dan layak.
***
Audrey selesai memeriksa sebuah berkas. Ia melihat jam dinding di ruangannya. Ia kemudian mengambil ponselnya di atas meja dan menghubungi Nicholas. Karena sebentar lagi akan ada rapat, maka Audrey meminta bantuan Nicholas untuk menjemput si kembar pulang sekolah.
" ... Hallo, Nico ... " panggil Audrey.
"Oh, ya, hallo ... ada apa, Re?" tanya Nicholas.
"Apa kamu sibuk sekarang?
bisa bantu aku jemput si kembar di sekolah? aku ada rapat sebentar lagi, jadi tidk bisa menjumput mereka." jelas Audrey.
"Oh, begitu. Ok, akan aku jemput. Kamu bekerja saja dengan tenang." jawab Nicholas.
"Kalau tidak masalah, biarkan mereka tetap di Caffemu, ya. Nanti setelah rapat aku akan jemput mereka." tambah Audrey.
"Tidak masalah. Kebetulan aku tadi buat dessert kesukaan mereka. Mereka juga pasti akan senang berada di Caffe." jawab Nicholas.
"Terima kasih banyak, Nico. Aku tutup dulu teleponnya, ya. Dahh ..." kata Audrey yang langsung mengakhiri panggilannya.
Pintu ruangan Audrey diketuk. Pintu terbuka dan Stella masuk memanggil Audrey untuk segera datang ke ruang rapat, karena semua orag sudah datang.
Audrey berdiri dari duduknya, ia memasukkan ponselnya ke saku blazer dan pergi bersama Stella ke ruang rapat.
***
Nicholas menjemput Cello dan Cella di sekolah. Ketik melihat Nicholas dari jauh, dua anak itu langsung lari memanggil Nicholas.
"Papa ... " paanggil Cello dan Cella bersamaan. Mereka berlari beriringan mendekati Nicholas.
Nicholas tersenyum, "Hei, jangan berlari. Nanti kalian jatuh," kata Nicholas.
Nicholas langsung memeluk dua anak asuhnya dan mencium pipi Cello juga Cella bergantian. Nicholas sangat sayang pada si kembar, menganggap mereka seperti anak-anaknya sendiri.
"Ayo pulang. Hari ini kalian pergi ke Caffe. Mama kalian nanti akan menjemput di sana," kata Nicholas.
"Apa Mama sibuk?" tanya Cella menatap Nicholas.
"Ya, Mama kalian sedang rapat. Apa tidak apa-apa kalian menunggu di Caffe?" tanya Nicholas. Ia tidak mau kalau sampai si kembar merasa tidak senang.
"Kenapa tidak? kami senang ke Caffe. Papa kan selalu menyiapkan cake, kue dan puding yang lezat." jawab Cella.
"Cella, Cella. Kamu hanya tahu makan saja," kata Cello menatap saudari kembarnya.
"Memangnya kenapa? kalau kamu tidak suka, maka jangan lihat aku makan. Dasar ... " sahut Cella ketus menatap Cello tajam.
Nicholas tersenyum, "Ada apa ini? kenapa dua kesayangan Papa bertengkar?" tanya Nicholas.
Cella pun menjawab dan menjelaskan apa yang terjadi. Cello marah pada Cella karena Cella melerai Cello saat berkelahi dengan teman yang nakal di kelas, saat jam istirahat. Cello kesal, dia tidak bisa membalas pukulan teman sekelasnya yang sudah memukulnya duluan.
Mendengar cerita Cella, Nicholas pun bertanya pada Cello area ynag terkena pukulan. Ternyata bahu Cello yang terkena pukulan. Nicholas langsung memeriksa bahu Cello. Untungnya tidak parah, hanya kulit Cello memerah saja.
"Nanti sampai di caffe kita kompres dengan es batu. Ayo, kita pulang." ajak Nicholas.
Nicholas menggandeng Cello dan Cella, mereka berjalan menuju mobil. Baru beberapa langkah, mereka terhenti karena Sherlyn tiba-tiba muncul.
"Oh, Mama elyn ..." panggil Cella.
"Hallo sayangku, Cello, Cella ..." sapa Sherlyn.
"Kamu datang?" tanya Nicholas.
"Ah, iya. Aku berniat menjemput mereka, tapi kamu ternyata menjemput mereka lebih dulu." kata Sherlyn.
Nicholas menjelaskan, jika Audrey meminta bantuannya. Sherlyn mengangguk, ia memang tadi sibuk, tetapi ia ingat akan janjinya pada dua anak asuhnya. Sherlyn akan mengajak Cello dan Cella membeli baju.
Nicholas lantas bertanya, apakah Sherlyn naik mobil pribadi atau kendaraan umum saat datang? Sherlyn mengatakan, ia naik taksi. Nicholas pun mengajak Sherlyn naik ke mobilnya, dan ingin mengantar Sherlyn juga si kembar berbelanja.
"Naiklah ke mobil, aku akan antar kalian pergi." kata Nicholas.
"Wah, sungguh? kamu tidak subuk?" tanya Sherlyn.
"Tidak terlalu. Aku bisa mengantar dan menemni kalian pergi," kata Nicholas.
Cello dan Cella tampak senang saat akan diajak pergi jalan-jalan. Sherlyn juga terlihat senang. Ia langsung masuk ke dalam mobil, setelah membantu si kembar masuk dan duduk di bangku belakang. Sherlyn duudk di bangku samping kemudi, disamping Nicholas.
"Jadi, ke mana kita akan pergi? tanya Nicholas.
"Hm ... ke Mall saja." jawab Sherlyn.
Nicholas mengemudikan mobilnya pergi meninggalkan parkiran sekolah menuju sebuah pusat perbelanjaan. Sepanjang jalan, Cello dan Cella bercerita tentang sekolah mereka. Sherlyn dan Nicholas mendengarkan dan sesekali menanggapi cerita si kembar
***
Di pusat perbelanjaan. Sherlyn dan Nicholas sibuk memilih pakaian si kembar. Melihat kedua orang itu begitu antusias, maka penjaga toko salah mengira, jika Sherlyn dan Nicholas adalah orangtua si kembar.
Mereka tidak mempermasalahkan tanggapan atau pemikiran orang lain. Bagi Sherlyn dan Nicholas, si kembar memanglah anak mereka.
"Mereka belum tahu saja, kalau Cello dan Cella memang anak kita. Ya, kan?" kata Sherlyn berbisik di telinga Nicholas.
Nicholas tersenyum, "Mungkin maksud mereka kita seperti orang tua kandungnya." bisik Nicholas.
"Mau orang tua asuh, angkat atau kandung, sama saja." bisik Sherlyn lagi.
Nicholas menatap Sherlyn dengan penuh perasaan. Ia sudah mengagumi Sherlyn sejak lama, hanya belum berani mengungkapkan perasaannya.
"Andai kamu tahu perasaanku," gumam Nicholas tanpa sadar.
"Apa? kamu bicara apa?" tanya Sherlyn kurang jelas mendengar ucapan Nicholas karena Nicholas bergumam.
Nicholas terkejut, "Ah, bukan apa-apa. Lupakan saja," kata Nicholas.
Sherlyn menatap tajam ke arah Nicholas, "Ada apa? kamu bicara apa?" desak Sherlyn meminta Nicholas bicara.
"Bu-bukan apa-apa. Ayo, kita cepat selesaikan ini. Kasian si kembar. Mereka pasti sudah lapar," kata Nicholas menghindari tatapan mata Sherlyn.
Sherlyn mengerutkan dahi. Ia tahu kalau Nicholas menyembunyikan sesuatu darinya. Melihat Nicholas yang menghindri tatapan matanya dan mengubah topik pembicaraan, sepertinya Nicholas memang ingin merahasiakan sesuatu yang tidak boleh diketahui Sherlyn.
***
Dari toko pakaian, Sherlyn, Nicholas dan si kembar pergi ke toko mainan. Si kembar langsung sibuk memilih-milih mainan apa yang ingin mereka beli. Setelah selesai memilih, si kembar mengantri di depan meja kasir dengan membawa mainan yang masing-masing ingini.
Nicholas menatap Cello dan Cella bergantian, "Apa ini saja mainan yang ingin kalian beli?" tanya Nicholas.
"Ya, Pa." jawab Cello.
"Kata Mama, kita harus beli secukupnya. Satu saja sudah cukup," jawab Cella.
Nicholas tersenyum, "Ok, berikan pada Papa. Kalian ikutlah dengan Mama Elyn
dan tunggu di luar, ya." kata Nicholas.
Cello dan Cella memberikan mainan mereka pada Nicholas dan berjalan mendekati Sherlyn. Sherlyn mengajak si kembar keluar, menunggu Nicholas yang sedang antri untuk membayar.