Menceritakan tentang gadis belia yang memutuskan menikah muda, mampu kah ia menjalani biduk rumah tangga yang penuh liku-liku? akan kah ia menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab12
Hari demi hari berlalu, setelah bertunaan aku dan Tio makin berani berbuat yang lebih.
Pada suatu malam Tio yang datang menggunakan motor kakak nya. Mengajak ku jalan, namun kali ini nggak ke rumah kakak nya.
Tio mengajak ku pergi ke Mes temen nya, teman nya yang belum pulang kerja, pun membuat Mes nya kosong walau banyak tetangga yang menempati Mes nya masing-masing.
Kebetulan saat itu hujan dan mati lampu. Tio pun meraba tubuh ku, aku pikir aku akan menikah dengan nya jadi tak ada salah nya aku mengijinkan nya menyentuh ku.
Tanpa melepaskan baju hanya celana saja yang di lepas. Karna takut ada yang lihat. Tio pun to the poin memasukan benda nya.
Lah baru masuk kepala nya doang udah muncrat. Duh rasa nya merinding karna aku pun ternyata sudah basah di buat nya.
Tapi aneh nya walau hanya masuk separuh terasa ada yang tertinggal di bagian v*gina ku. Rasa nya mengganjal. Hingga aku berjalan sedikit mengangkang.
Jam 10 malam Tio mengantar ku pulang, saat pulang aku langsung mengganti celana ku dengan kain sarung.
Dan betapa terkejut nya aku saat mama tiba-tiba ada di depan ku. Aku yang tadi nya berjalan mengangkang, berusaha merapatkan kakiku.
"Baru pulang?" tanya mama.
"I iya ma...mama belum tidur?" tanya ku balik dengan gugup.
"hemmm" kata mama yang hanya bergumam dan berlalu meninggalkan ku.
"Huf..."aku bernafas lega. Dan segera ke belakang untuk membersihkan diri.
Besok nya Tio tak datang entah kenapa aku begitu gelisah. Rasa nya ada yang hilang dalam hidupku.
Sore nya aku mandi dan mencuci pakaian ku tanpa sadar cincin yang aku pakai terjatuh ke dalam sumur.
Kebetulan kakak sepupu ku laki-laki datang ke rumah. Ia menginap di rumah malam itu. Dan yah kakak sepupu ku itu yang aku tau dia itu mesum.
Saat tau cincin di tangan ku sudah menghilang, aku panik, aku tak berani bilang ke mama dn bapak.
Dan akhir nya. aku nekat kembali minum obat sakit kepala satu keping. Aku berharap masalah ini berakhir, kalo aku m*ti kan aku nggak akan di tuntut untuk mengganti cincin yang hilang.
Setelah minum obat, tubuh ku terasa begitu ringan aku seperti orang yang sedang mabuk.
Dan malam itu kakak sepupu ku menemui ku di kamar.
"Eh sedang apa mas Han di sini" tanya ku dengan suara yang lemah.
"Aku hanya ingin membantu mu, aku lihat tadi kamu minum obat begitu banyak. Memang ada masalah apa?"
Sembari tangan nya mengelus kaki ku. Ia bertanya.
"cincin ku hilang mas. Aku takut di suruh ganti rugi, jadi lebih baik kalo aku m*ti saja" ucap ku.
"Tenang saja nanti mas bantu cari. Sekarang tidur saja ya"
Ke esokan pagi nya, aku pergi ke sumur karna seingatku terakhir kali aku pakai cincin tersebut saat mencuci baju.
"Nah ketemu," ucap ku . Mas Han yang selalu mengikuti ku pun sedikit kecewa.
Aku pun segera pulang meninggalkan mas Han sendiri.
Pagi beranjak siang dan siang berganti sore, sejak hari itu Tio belum juga datang ke rumah.
Malam hari aku, bapak, mama, an juga mas Han yang belum pulang nonton TV bersama-sama. Dengan cahaya lampu yang remang-remang aku berbaring di sebelahku ada mas Han yang duduk menggunakan sarung.
Tiba-tiba ia perlahan membimbing tangan ku untuk menggenggam senjata nya yang masih lembek.
Perlaan namun pasti senjata mas Han mengeras, bukan nya aku tak menolak namun siapa sih yang nggak gemes sama benda itu.
Aku pun terus menggenggam nya terkadang aku genggam erat karna gemas. Bukan sakit mas Han malah menikmati nya.
Sebenarnya tubuh ku panas dingin sih. Tapi kalo aku teriak nanti mas Han pasti malu dan yang pasti, ia akan kena bogem oleh bapak.
Sampai pada aku cape menggenggam nya aku pun perlahan melepas kan nya. Dan pergi ke kamar ku, tak lupa juga aku mengunci nya takut nya kalo mas Han masuk tiba-tiba.
Mas Han pun memandang kepergian ku dengan rasa kecewa. Namun aku memilih untuk tak perduli.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
enam bulan berlalu pernikahan ku pun akhir nya sudah di tentukan, bahkan orang tua Tio dari Jatim datang ke pulau K.
Aku senang pada akhir nya aku akan menikah, yah walaupun usiaku masih terbilang muda.
Di malam acara pernikahan ku. Hujan turun begitu deras. Terob yang sudah di dirikan sampai ada yang roboh karna terlalu banyak menampung air hujan.
"Ma...malam ini boleh kan Tio tidur di kamar, kasihan dia nggak ada kamar" tanya ku pada mama saat itu, yang kebetulan Tio menginap di rumah, karna takut besok nya telat, jadi ia putuskan untuk menginap.
Mama pun terpaksa mengijin kan kemauan ku.
Dan kalian tau lah apa yang akan terjadi jika laki-laki dan perempuan tinggal dalam satu kamar.
Ya..malam iti kami pun melakukan hubungan badan, walau dengan singkat.
Subuh jam 3 hujan masih turun dengan deras. Aku mandi wajib diam-diam karna tak ada kamar mandi, aku mandi di sebelah drum penampung air hujan.
Dan betapa terkejut nya aku ketika mendengar suara terob yang roboh, segera ku selesaikan mandi ku, karna takut ada yang keluar.
Ke esokan pagi nya. Acara ijab di lakukan pukul 7 pagi.
Aku terpingkal-pingkal ketika mendengar Tio yang begitu polos, menjawab ijab dari penghulu.
bagaimana tidak terpingkal, harus nya Tio mengucap "saya terima nikah nya bla bla"
Tapi Tio malah mengikuti perkataan penghulu di ujung kata "Tunai" Tio un mengucap kata "Tunai"
Semua yang hadir pun tertawa mendengar kepolosan calon suamiku itu.
Hingga di ulang beberapa kali barulah Tio faham, ijab pun sah.
Setelah selesai ijab, resepsi pun di lakukan dengan sederhana.
Hingga malam tamu undangan masih banyak yang datang terutama teman-teman Tio. Oh ya karna sudah menikah, aku terpaksa memanggil nya mas Tio.
Hingga saat aku lihat sudah sepi, para tamu undangan sudah pulang hanya terlihat beberapa orang kerabat dekat yang masih berada di rumah membantu mama.
Aku mencari keberadaan mas Tio, aku berjalan ke rumah kakak sepupu perempuan ku yang kebetulan sudah menikah dan rumah nya tak jauh dari rumah bapak.
Mata ku membola saat aku lihat mas Tio di sana tengah bersenang-senang dengan teman-teman nya, dengan di temani botol Miras.
Aku begitu kecewa, aku pergi begitu saja meninggalkan nya. Aku mengunci kamar, dada ku terasa berat. Aku menahan emosi dengan susah payah agar tak menangis.
Suara ketukan di pintu. " Buka pintu nya" lirih mas Tio.
"Ada apa?" terdengar suara tegas bapak.
"Nggak ada apa-apa pak, cuma salah faham" sahut mas Tio.
Aku yang tak ingin bapak tau kelakuan mas Tio pun segera membuka pintu, dan mengalah mempersilahkan mas Tio masuk.
Dan ini lah awal perjalanan hidup ku yang penuh lika liku di mulai.