"Apakah aku dapat memaafkan kesalahannya?"
Seorang wanita cantik bernama Alice, harus berurusan dengan seorang CEO MANGO Corporate, setelah ayahnya mendekam di dalam penjara, karena mobil yang dikendarainya menabrak seorang nenek lanjut usia, yang ternyata adalah nenek dari seorang CEO arogan dan sangat kaya raya di kota London yang bernama Raymond Weil.
Setelah Alice berhasil mengeluarkan ayahnya dari penjara, timbul niat Raymond untuk menikahi Alice, pernikahan yang bisa menjadi alat untuk mendapatkan 50% saham MANGO Corporate milik Nicholas Weil. Raymond sengaja memilih Alice, karena tidak ingin menikahi wanita yang dapat mengekangnya dengan sebuah ikatan pernikahan. Alice yang tak punya pilihan lain karena takut dengan ancaman Raymond pun menerima pinangan pria arogan itu, walau dengan terpaksa.
Pernikahan akhirnya berlangsung dan yang ditakuti Alice benar-benar menjadi kenyataan, perselingkuhan yang terjadi di depan mata kepalanya sendiri, mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Pradita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Alice
Selamat membaca!
Rumah Alice.
Beberapa mobil mewah sudah terparkir di depan rumah Alice.
Suasana begitu ramai, terlihat Norin dan Adrian sudah tampil elegan dengan dress putih juga jas hitam yang mereka kenakan.
Alice terlihat bimbang. Perasaannya bercampur aduk menjadi satu. Pernikahan yang terburu-buru ini membuatnya gugup saat ini. Berbagai alasan kini ada dipikiran Alice yang telah menerima pinangan Raymond, kesanggupan Alice untuk menjadi istri seorang Raymond Weil banyak disesalkan oleh beberapa sahabatnya termasuk Jenny, namun ia tetap mendukung apapun keputusan Alice dan tetap hadir pada acara bahagia ini.
Tiba juga hari ini, hari dimana aku akan melepas status lajangku.
Kedua kaki Alice gemetar dan dahinya berkeringat dingin, saat dua orang pegawai memakaikan gaun panjang ke tubuhnya.
"Aku tak menyangka, seorang Raymond Weil yang akan mempersuntingku, seorang CEO arogan pimpinan MANGO Corporate," gumam Alice mendesah kasar.
Selesai memakai gaunnya Alice termangu di depan cermin pada meja riasnya, menatap dirinya di cermin. Mata bulat, pipi putih kemerahan, bibir tipis merekah dan hidung yang mancung, semua mengatakan Alice terlihat sangat cantik kala itu.
Tara datang menghampiri Alice yang menyapanya dalam gugupnya, tampak dari raut wajahnya.
"Kakak terlihat begitu cantik, siapapun akan terpesona melihat penampilan Kakak dengan gaun cantik ini," puji Tara dengan menyentuh dagu Alice.
Alice hanya merespon dengan wajah datarnya.
"Tapi apa ini keputusan yang tepat?" tanya Alice yang dibalut rasa ragu.
"Percayalah Kak, takdir sudah membawa Kakak sampai sejauh ini, pasti ada alasan yang baik dari jalan yang Tuhan berikan," tutur Tara dengan tersenyum menatap lekat wajah cantik Alice.
🍁🍁🍁
Rumah Raymond.
Sementara Raymond berada di rumahnya terlihat sedang memakai jasnya.
"Semua demi saham perusahaan MANGO Corporate, aku tidak mau saham itu jatuh ke tangan Kakakku suatu saat nanti jika ia mendadak kembali dan menuntut," gumam Raymond yang masih merapikan jasnya di bantu seorang pegawai butik.
Raymond sudah terlebih dahulu selesai merapikan penampilannya, ia terlihat gagah dengan stelan jas yang sangat memikat, potongan rambut yang rapi dan dengan wajah tampan arogannya.
🍁🍁🍁
Alice mulai melangkah keluar dari kamarnya, langkah perlahan yang ditemani oleh Tara juga Norin Ibunya.
Beberapa mobil mewah kiriman Raymond telah siap mengantar Alice beserta keluarganya menuju gereja.
Tempat dimana Alice dan Raymond akan mengikrarkan janji setia untuk sehidup semati selamanya dalam keadaan sehat, sakit, susah maupun senang.
Alice sudah berada di dalam mobil ditemani oleh Tara yang duduk di sampingnya. Sementara Albert sudah duduk seperti biasa di kursi kemudinya.
Tara menggenggam tangan Alice dipangkuannya.
"Kakak harus bahagia ya," ucap Tara penuh harap.
"Semoga ini keputusan yang tepat ya Tara," jawab Alice dengan ragu.
Air mata Alice seakan ingin jatuh ke pipinya, namun Tara dengan sigap mengusapnya dengan selembar tisu agar air matanya tidak merusak rias di wajah Alice.
"Jangan menangis Kak," ucap Tara sambil menyibakkan jari telunjuknya di depan wajah Alice.
Alice kembali tersenyum tipis menatap Tara, menyimpan resah di dalam hatinya.
🍁🍁🍁
Gereja sudah dipadati oleh beberapa tamu undangan yang ingin melihat momen sakral dimana Raymond dan Alice akan saling mengikrarkan sebuah janji setia.
Halaman Gereja sudah penuh dengan berbagai macam mobil mewah yang sudah terparkir di sana.
Tak lama mobil Raymond tiba berbarengan dengan mobil Alice.
Alice turun dari mobil dengan perlahan karena gaun panjang yang dikenakannya, agak merepotkan langkahnya.
Raymond berdiri di depan pintu gereja menatap lekat Alice yang baru keluar dari dalam mobil. Bola matanya berbinar kagum akan kecantikan Alice, Raymond menyunggingkan senyum di wajahnya, namun saat Alice menatapnya dengan cepat wajahnya kembali datar.
Keduanya saling berdampingan menuju altar. Raymond mengedarkan pandangannya melihat beberapa tamu undangan pentingnya terlihat sudah hadir di gereja.
Salah satunya adalah investor terbesar di perusahannya, Alexander Kemal Malik bersama istrinya Rianti Azalea Jauhar, terlihat juga Bryan Anderson hadir dengan istrinya Elvia Caroline, yang pernah memborong beberapa handphone dan laptop MANGO.
Raymond memberi senyum hormat kepada keduanya yang sedang menyaksikan langkahnya menuju altar.
Sementara Alice terlihat begitu gugup, jantungnya berdebar semakin kencang, keringat dingin di dahinya mulai terlihat mengembun, ia teguhkan hatinya terus melangkah, sambil mengedarkan pandangannya ke arah tamu-tamu undangan yang hadir.
Alice menarik napasnya dalam, ia mulai menaiki anak tangga menuju altar.
Kini Alice dan Raymond sudah berdiri dihadapan Pendeta. Prosesi sakral berlangsung dengan penuh kidmat.
Raymond memulainya dengan wajah datarnya, seakan memang ia tak begitu memaknai janji yang telah diucapkannya, namun tidak bagi Alice, air matanya menetes membasahi pipinya saat ia mengikrarkan janjinya kepada Raymond.
Kini prosesi tukar cincin berlangsung penuh canggung.
Raymond memasangkan cincin nikahnya ke jemari Alice, dengan tersenyum kecil ia menatap lekat wajah Alice, kini tiba giliran Alice memasangkan cincin di jemari Raymond.
Alice memberi kode dengan mengangkat kedua alisnya kepada Raymond, cincin pun terpasang di jari Raymond.
Raymond mengesah pelan.
Semoga ini semua cepat berakhir.
Kini prosesi pernikahan berlanjut.
Raymond mulai membuka kelambu yang menutupi wajah Alice, untuk mencium bibirnya.
Ia mendekati wajah Alice dengan perlahan, membuat napas mereka kini saling beradu, Raymond mulai memiringkan sedikit kepalanya untuk memberikan sentuhan yang tepat pada bibir Alice yang terlihat begitu merah merekah.
Bibirnya membuat hasratku merinding.
Ia mencium Alice dengan lembut, namun Alice hanya diam tak balas memagut.
Pendeta yang melihat hal itu mengintruksikan keduanya untuk mengulanginya lagi.
Kali ini Raymond memberikan kode keras dari sorot matanya kepada Alice.
Tersirat sebuah kata, agar Alice memudahkan prosesi ini agar segera berakhir dan beralih menuju gedung resepsi mereka.
Raymond tanpa aba-aba langsung mencium Alice dengan pagutan lembutnya, mata Alice membulat besar, merasakan pagutan yang lebih liar dari yang pertama tadi, lidah Raymond ikut menjelajah lembut bermain di dalam mulut Alice.
Alice tak hanya diam, kali ini ia membalas pagutan yang diberikan Raymond, walau dengan terbata, namun itu cukup membuat darah Raymond berdesir. Hasratnya mulai menyembul ke otaknya.
Kenapa aku jadi ingin terus mengulang untuk menciumnya ya?
Alice masih terdiam mematung setelah Raymond melepas ciumannya.
"Ya ampun Tuan Raymond, ciumannya begitu liar," gumam Alice terkesiap.
Dari tempatnya memandang, Elvia seperti melihat keanehan pada diri Raymond, ia seperti tidak bahagia dengan pernikahan yang sedang berlangsung saat ini.
"Sayang, kamu lihat deh wajahnya tuan Raymond seperti tidak bahagia atas pernikahannya, padahal Alice cantik sekali lho, aku kenal dia dengan baik karena dekorasi di restorannya itu adalah desainku. Alice tuh gadis baik, mandiri, pekerja keras, tidak pernah macam-macam. Harusnya Tuan Raymond merasa bahagia bisa bersanding dengan Alice," bisik Elvia di telinga Bryan.
"Mungkin Raymond sedang memiliki masalah hingga suasana hatinya menjadi tidak baik." jawab Bryan menengahi pikiran negatif istrinya.
"Tapi sayang..." tukas Elvia.
"Sstthh, tidak baik membicarakan orang lain," bisik Bryan dengan menautkan kedua alisnya sebagai tanda agar Elvia tidak lagi berpikiran negatif kepada Raymond.
Sementara itu di tempat lain Alex juga menaruh keanehan dengan apa yang dilihatnya.
"Sweetheart, kenapa wajah si bodoh itu tampak tidak bahagia ya?" bisik Alex di telinga Rianti.
Rianti mendengus kesal, menajamkan sorot matanya ke wajah Alex, lalu mencubit perut Alex hingga membuat Alex mengaduh sakit sambil menutup mulut dengan tangannya agar suaranya tak terdengar orang lain.
"Sakit, sweetheart," bisik Alex pelan.
"Makanya bisa gak sih kamu jangan merendahkan orang lain, apalagi ini acara pernikahan mereka," kecam Rianty dengan suara pelan.
"Aku hanya aneh sweetheart, mimik wajahnya tidak seperti aku yang bahagia, sewaktu menikahimu."
Rianty tersipu malu mendengarnya, amarahnya langsung mereda saat Alex menggenggam tangannya lalu mengecup punggung tangan Rianty dengan lembut.
"Tapi benar kata Alex, aku sebenarnya merasakan hal yang sama, tapi semoga saja Alice tidak dipermainkan oleh Raymond," gumam Rianti membenarkan pandangan suaminya.
Alice kini menuju kedua orangtuanya untuk meminta doa restu atas pernikahan yang akan mereka jalani, bersama Raymond di sampingnya.
Dengan derai air mata, Norin dan Adrian memberi restu kepada keduanya. Suasana begitu haru, saat Alice bersimpuh dihadapan kedua orangtuanya, hingga membuat Alice tak kuasa menangis, namun tidak dengan Raymond ia hanya membungkukkan tubuhnya sedikit dihadapan Norin dan Adrian.
Kini Alice melangkah mendekat ke arah Nicholas, ia melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan kepada orangtuanya. Namun kali ini Raymond ikut menemaninya dengan bersimpuh dihadapan Nicholas.
"Kalian yang bahagia ya, Nak," ucap Nicholas kepada keduanya.
"Terima kasih Tuan," sahut Alice dengan haru.
"Berhenti memanggil saya Tuan, sekarang kamu adalah anak saya juga Alice, anggap saya seperti orangtuamu sendiri, jadi panggillah seperti Raymond memanggil saya."
Alice semakin terharu mendengar ucapan Nicholas.
"Baik Daddy," kata Alice walau masih ragu dengan apa yang diucapkannya.
"Ray, bahagiakan Alice, ingat Daddy akan sangat marah jika kamu main-main dalam pernikahan kamu, jangankan saham bahkan kepimpinanmu sebagai CEO MANGO Corporate bisa Daddy gantikan," ancam Nicholas memberi ultimatum kepada Raymond.
Raymond tak berkutik mendengar ancaman Nicholas di depan Alice. Ia hanya dapat mengiyakan segala ancaman Nicholas.
Alice akan tetap jadi istriku, tapi aku tidak tahu apakah aku bisa setia hanya dengan satu wanita.
Raymond tersenyum tipis sambil sesekali melirik Alice.
🍁🍁🍁
Bersambung✍️
Ikuti terus novel ini, spesial episode yang sudah di mulai di episode ini, Pernikahan Alice dan Raymond akan bertabur bintang dari tokoh-tokoh utama dari novel sahabat-sahabatku yang lain. 🤗😍😊
▶️ Bryan Anderson dan Elvia Caroline dari Novel Simpananku Canduku karya MeChan.
▶️ Alexander Kemal Malik bersama istrinya Rianti Azalea Jauhar dari Novel Nikah Kontrak karya Tya Gunawan.
PEBINOR terlalu diperlakukan lembut oleh para novelis
ingat thor novel adalah cerminan pola pikirmu, jadi jika didalam novel mu saja kau begitu lembut memperlakukan para PEBINOR berarti karaktermu begitu
jadi simple jika wanita ingin suaminya tegas pada wanita lain makan sebagai wanita juga tegas pada pria lain, simple kan
dan satu lagi disini kelihatan sekali kelicikan PEBINOR dan penghianat persaudaraan richard, dia berkali2 melakukan trik licik dan menjijikan untuk mendapat simPATI alice labil, dia sok pahlawan, pura2 hanya anggap adik, sok baik, dibalik semua itu ada kelicikan untuk mendapat simPATI dan merebut istri saudaranya
sadar wanita karena PEBINOR lebih licik dari pada pelakor, jangan jadi wanita jablay yang kebaperan dengan kebaikan pria lain