Salahkah Aku Selingkuh

"Kenapa aku terus teringat Devan, apa reaksinya nanti jika tahu aku tinggal bareng Dirga." gumam Jasmine merebahkan tubuhnya yang lelah diatas ranjang empuk.

Meskipun sudah menguap beberapa kali, namun Jasmine tidak bisa terlelap. Bayangan wajah dan senyuman manis Devan terus menari-nari di pelupuk matanya.

"Devan, kenapa kamu terus menghantuiku?" Jasmine memukul bantal guling lalu mendekapnya, tak lama dia tertidur setelah membayangkan jika guling yang dipeluknya adalah bos sekaligus kekasih gelapnya yang tampan.

***

Hari ini ada yang berbeda, Devan mudah sekali marah dan memberikan hukuman pada karyawan meskipun mereka melakukan kesalahan sekecil apapun. Hal ini menunjukkan bukan sikap Devan yang biasanya.

"Jasmine, pak Devan kenapa ya...?" tanya sahabatnya Ross.

"Ngak tahu?" Jasmine mengangkat bahunya.

"Kamu itu kan asistennya pak Devan, kalian sering bersama. Masa kamu ngak tahu sih? atau kalian berdua pacaran diam-diam lalu bertengkar?" ulang Rose sengaja menggoda Jasmine.

"Tidak! Mana mungkin aku berhubungan dengan pak Devan, dia itu kakaknya Dirga tunanganku."

"Yupz...! sorry aku lupa."

Sedang asyik ngobrol sambil bisik-bisik, Devan keluar dari ruangannya dan langsung memanggil nami Jasmine.

"Jasmine, keruangan saya."

"Iya pak!"

"Jasmine hati-hati, sepertinya pak Devan marah banget. Apa laporan kerjamu ada yang salah?"

"Ngak tau juga, perasaan tidak ada yang salah." jawab Jasmine, namun gadis itu sudah menduga jika kemarahan Devan kali ini berhubungan dengan kepindahannya ke apartemen tunangannya Dirga.

DEGH!

DEGH!

Detak jantung Jasmine mulai berpacu, begitu menangkap aura membunuh dari tatapan mata elang Devan.

Begitu Jasmine masuk, pintu otomatis ruangan kerja Devan langsung terkunci rapat. Sehingga tidak ada celah untuk keluar ataupun orang yang bisa masuk meskipun keadaan darurat sekalipun.

"Katakan, apa benar kamu pindah dan tinggal bareng Dirga di apartemennya?"

"Ya, anggap ini sebagai adaptasi sebelum kami menikah."

"Apa maksudmu melakukan semua ini Jasmine, aku paling benci dengan wanita yang berhubungan denganku lalu melakukan nya juga dengan pria lain."

"Pak Devan, tidak lama lagi kami menikah dan hal ini pasti akan terjadi juga."

"Kamu mempermainkan aku Jasmine, katakan apa kamu juga sudah melakukannya dengan Dirga? apa dia menyentuhmu malam ini?" ucap Devan keras, beruntung ruangan kerjanya kedap suara sehingga tidak ada yang mendengar pertengkaran mereka berdua.

"Itu bukan urusanmu kakak ipar, begitu juga sebaliknya aku tidak pernah ikut campur urusanmu dengan Mikla ataupun prempuan lain."

Devan yang semula masih bisa mengontrol emosi, seketika meradang mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Jasmine, mendadak emosi dan darahnya seolah mendidih apalagi membayangkan tubuh Jasmine telah disentuh pria lain meskipun itu tunangannya sendiri.     

"Jadi selama ini, apa artinya aku dimatamu, Jasmine?"

Devan mendekati Jasmine lalu menarik tangan gadis itu hingga perempuan cantik itu jatuh ke atas pangkuannya.   

"Aku, aku hanya ingin mengingatkanmu pak Devan, status hubungan kita yang tidak berada pada di jalur yang semestinya." Jawab Jasmine sambil menundukkan wajahnya, tidak berani bersitatap dengan Devan.    

"Kamu tidak bisa mempermainkan aku lagi Jasmine, memanfaatkan aku demi keuntungan mu sendiri."

Devan mengangkat dagu Jasmine dan langsung mencium bibir yang sudah ditunggunya sejak tadi. Ciuman Devan yang liar dan ganas membuat Jasmine tidak bisa bernapas dengan leluasa.    

"Tolong hentikan pak, kita masih dikantor dan apa kata orang-orang di luar ruangan ini nantinya."

"Aku tidak peduli."

Jasmine terus meronta-ronta sekuat tenaga, berusaha lepas dari kungkungan kedua tangan kokoh Devan yang melilit tubuhnya. Namun usahanya sia-sia. Tubuh Devan yang berotot dan juga kekar itu tidak bisa digerakkan sedikitpun. justru Jasmine yang mulai kehabisan tenaganya. 

Devan mencium Jasmine dengan sedikit brutal, bahkan dia memberikan gigitan halus agar Jasmine membuka bibirnya, Devan langsung memanfaatkan kesempatan dengan menyusupkan lidahnya bermain didalam mulut Jasmine.     

Meskipun semula Jasmine meronta dan menolak, namun pada akhirnya luluh juga dengan pesona dan godaan Devan. pelan namun pasti, Jasmine menyambut ciuman itu dengan penuh kelembutan hingga mampu meluluhkan hati Devan yang semula sempat memanas. Desahan tertahan lolos dari bibir seksi Jasmine, hal ini membuat Devan semakin bersemangat untuk memperdalam ciumannya hingga berpindah dari bibir menuju leher hingga berakhir di dadanya Jasmine yang terlihat begitu Indah dan menantang.     

Satu persatu kancing pakaian kerja Jasmine mulai terlepas, Devan begitu menginginkan Jasmine mungkin karena Jasmine perempuan pertama yang mendapatkan keperjakaannya atau justru karena dia yang beruntung mendapatkan prempuan yang masih perawan. kedua begitu terhanyut hingga tidak mendengarkan pintu diketuk Mikla dari luar secara tidak sabaran.   

"Ngapain Devan dan Jasmin didalam, hingga pintu dikunci rapat seperti ini." Mikla mulai resah berjalan mondar-mandir didepan pintu ruangan kerja Devan, tidak peduli tatapan aneh dari para karyawan Devan.