Menikahi Mantan Suami Pelakor
Di kamar Wulan saat semua penghuni sedang tidur. Terdengar suara syahdu mengalun.
"Mas ...."
Suara ******* nafas dari dua insan berbeda kelamin saling bersahutan di tengah malam yang dingin dan gelap. Dinginnya pendingin ruangan tidaklah membuat dua insan itu mengurai aktivitasnya, tapi semakin membuat keduanya mengeratkan himpitan tubuh mereka.
"Wulan, Argh ...."
Ridho mencapai pelepasannya dengan memekik nama wanita yang baru tiga bulan ini mengisi malam-malam dinginnya. Wulan yang disebut namanya pun tersenyum menyeringai. Dia merasa puas karena berhasil membuat suami dari adiknya ini takhluk dibawah selangkangannya. Tidak percuma tiap hari dia bersandiwara menjadi kakak ipar yang baik dan pengertian.
Keesokan harinya ...
"Mas, kenapa akhir-akhir ini mas sering tersenyum sendiri?" tanya Tia pada suaminya. Hampir tiap hari dia melihat suaminya itu basah rambutnya. Tia hanya bisa heran melihat perubahan suaminya itu. Hampir setiap malam dia lebih dulu tertidur di samping suaminya. Sudah hampir tiga bulan ini dia tidak mendapatkan nafkah bathin dari suaminya.
"Tidak ada, biasa aja. Aku tersenyum karena perusahaan sedang mengalami kemajuan. Kamu minta apa pun pasti mas berikan," ucap Ridho seraya menyisir rambutnya di depan cermin rias.
Tia tersenyum, tidak biasanya Ridho menawari untuk meminta barang. Semenjak kedatangan Wulan sang kakak perempuan di rumah yang dia huni bersama suami dan kedua orang tuanya, Tia merasakan kalau Ridho lebih perhatian dan baik kepadanya. Tia bersyukur Wulan membantu perubahan suaminya itu.
Wulan sering membantu Tia untuk mengurus rumah dan memberi nasehat untuk keharmonisan rumah tangga Tia.
"Mas, apa aku boleh membeli perhiasan untukku? Aku sangat menginginkan cincin yang lagi viral itu Mas. Ditengahnya ada batu permata berwarna merah, dan itu hanya ada di toko perhiasan langganan ibu," pinta Tia. Sebenarnya Tia tidak ingin apa-apa tapi untuk mengingat perubahan suaminya dia ingin cincin sebagai tanda kapan suaminya berubah baik.
"Baiklah sayang, apapun keinginanmu akan aku turuti. Kamu pergi bersama Mbak Wulan aja biar ada yang menemani, dan biar Mbak Wulan yang memegang ATM Mas agar kamu tidak kesusahan, Okey?" ucap Ridho yang memasang arloji mahalnya di pergelangan tangan.
Tia mengerutkan dahinya. "Mas, mengapa mbak Wulan yang bawa ATM nya? Bukankah aku yang menjadi istrimu?" Tia menatap heran pada suaminya.
"Sudah mas bilang, bukan apa-apa. Mas hanya ingin kamu tidak kerepotan, kamu tinggal pilih cincin biarkan mbak Wulan yang ambil uangnya di ATM. Bukankah itu lebih memudahkan dan meringankan dirimu?" jawab Ridho dengan nada merayu. Ada maksud tersembunyi di balik kata-katanya.
Tia berpikir benar juga kata suaminya, dengan mengajak Mbak Wulan dia akan ada yang menemani. Apalagi untuk masalah ATM memang Tia belum terlalu bisa menggunakan kartu ATM takut kartu itu tertelan di mesin ATM nya.
"Okey, Mas, nanti biar aku bilang pada Mbak Wulan." Tia membantu suaminya merapikan dasi dan kemejanya sebelum turun ke meja makan untuk sarapan. Setelah selesai mereka pun turun bersama menuju meja makan yang sudah terhidang berbagai masakan.
Di meja makan.
"Kalian sudah turun?" sambut Wulan yang tengah menghidangkan sayur yang baru saja dia masak. Semenjak Wulan ikut tinggal di rumah Tia dan Ridho, dia yang mengambil alih dalam hal memasak.
Tia mengambil nasi dan beberapa lauk juga sayur untuk suaminya, sedang Wulan duduk di sebelah Tia dan ibunya. Sesekali Ridho mencuri pandang pada Wulan, dan di balas dengan kerlingan nakal dari Wulan, hal itu membuat Ridho terbayang panasnya mereka bercinta tadi malam. Sungguh Ridho sudah kecanduan dengan tubuh kakak iparnya yang lebih menarik dan menggoda dibanding dengan istrinya. Memanglah Wulan memiliki tubuh dan kecantikan yang lebih dibanding Tia yang berpenampilan sederhana.
"Mmm ... Lezat sekali masakan ini, kamu yang memasaknya, Sayang?" tanya Ridho pada Tia tetapi dia mengarahkan lirikan matanya pada Wulan yang duduk di samping Tia. "Ini masakan Mbak Wulan Mas, memang benar-benar lezat," jawab Tia.
"Wow, benarkah? beruntung sekali lelaki yang menjadi suami Mbak Wulan, tiap hari bisa makan enak. Tapi sayang dia telah menyia-nyiakan istri yang cantik dan pintar memasak hanya demi wanita lain," ucap Ridho.
Blussh
Pipi Wulan memerah karena pujian Ridho. Akan tetapi sayang Ridho tidak tahu dengan fakta sesungguhnya yang membuat suami Wulan menceraikannya. Wulan bercerita penyebab dia bercerai dengan Hans suaminya karena ada pihak ketiga, hingga semua merasa kasihan pada Wulan.
"Biasa aja kok, Rid. Mbak memang setiap pagi selalu menyiapkan sarapan buat mas Hans. Tapi begitulah jika sudah ada yang lain dihatinya maka masakan apapun yang Mbak siapkan menurutnya tidak enak," ucap Wulan dengan nada sedih yang dibuat.
Tia menatap kakaknya dengan tatapan ikut sedih dengan kisah rumah tangga kakak perempuan satu-satunya itu.
"Sudahlah Wulan, kamu berhak bahagia. Mama do'akan agar kelak mendapatkan suami yang lebih baik dan mapan daripada Hans, seperti Ridho suami Tia," ucap Nyonya Rita- ibu dari Wulan dan Tia dari arah kamarnya.
Rita dan suaminya ikut tinggal bersama Tia dan Ridho. Rumah yang mereka tempati dulu dijual untuk melunasi hutang. Rita beserta suaminya duduk di kursi makan untuk sarapan bersama. Aktivitas setiap pagi setelah mengurus sang suami.
Dari arah pintu masuk, datanglah Iwan adik lelaki dari Tia dan Wulan.
"Assalamu 'alaikum, maaf Ma. Iwan, nanti mau menginap di rumah teman untuk mengerjakan tugas sekolah," suara Iwan datang dengan wajah sinisnya. Iwan adalah adik Tia dan Wulan, satu-satunya anak lelaki di keluarga Tia.
Iwan berhenti sebentar menyalami ayah dan ibunya. Tapi dia hanya melirik ke arah Wulan lantas berlalu masuk ke kamarnya.
Mengapa Iwan begitu?
Tia sangat heran dengan kelakuan Iwan yang menurutnya tidak biasa. Entah mengapa dia merasakan sesuatu yang janggal, dengan tingkah adek semata wayangnya itu.
Tia mengikuti Iwan ke kamarnya, dia ingin bertanya tentang perubahan sikapnya. Dengan perlahan Tia membuka pintu kamar Iwan yang kebetulan tidak dikunci.
"Iwan, kamu mau kemana? Mengapa kau membawa baju banyak?" Tanya Tia.
Iwan menoleh ke arah kakak perempuannya, dia tidak sampai hati jika memberi tahu alasan yang sebenarnya pada Tia.
"Maaf, Kak. Mulai hari ini, aku akan tinggal bersama teman-teman. Banyak tugas yang harus aku selesaikan, jadi akan lebih mudah jika aku tinggal bersama mereka." Iwan menjawab dengan masih memasukkan baju ke dalam tasnya.
Tia mengangguk tanda mengerti, dia sadar jika memang lebih bagus jika Iwan bersama temannya, agar ada yang membantunya menyelesaikan tugas sekolah.
"Baiklah, jika kamu butuh apa-apa, jangan segan memberi tahu, kakak, ya ...." Tia memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu pada Iwan, uang itu rencana mau diberikan pada Wulan untuk belanja.
"Terima kasih, Kak. Aku pamit dulu," ucap Iwan sembari menerima uang pemberian Tia.
Iwan keluar dari kamarnya, ketika hendak mengikuti Iwan, Tia mengambil buku yang jatuh dari tas Iwan. Tia memungut buku itu, hendak diberikan pada Iwan. Namun, langkahnya tertahan saat dia membaca sampul buku itu. Ternyata itu buku diary Iwan.
Tia menyembunyikan buku itu di balik punggungnya. Setelah Iwan pergi, Tia masuk ke dalam kamar. Dia menyimpan buku diary Iwan, rencananya dia akan membaca kalau sudah ada waktu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Anonymous
keren
2024-08-04
0
Othor Bahenol 😍
ipar adalah maut
2024-07-23
0
Mega Ell Tiny
mungkin bawa mesin ATM nya kali jadi kerepotan ,,klo cuma kartu mah taro ketek aja kagak kelitan gak repot
2024-07-18
0