wanita dengan dendamnya dan pria dengan rahasia kelam.
"huhuhuh, sungguh sial saya bertemu dengan wanita seperti kamu," ucapnya seraya menutup wajahnya sambil menangis.
wanita yang tidur bersamanya menatapnya dengan tak percaya,"bapak serius nangis, pak, yang harus nangis itu saya, kan bapak ambil keperawanan saya,"ujarnya tak percaya apa yang di lihatnya.
"kan kamu yang memaksa saya tidur bersama kamu, saya sudah menjaga punya saya, agar tetap suci, tapi dalam semalam kamu mengambil kesucian saya, huhuhuhu,"omelnya panjang lebar seraya menangis, dan tidur membelakangi wanita yang syok melihat reaksinya.
" tapi bapak suka kan, buktinya ngak tidur semalam,"ucapnya, membuat pria yang membelakanginya itu, sedang menahan malu dengan wajah memerah."lagian sok nolak cinta saya, jadinya kan perjaka bapak saya ambil aja,"lanjutnya dengan senyuman bangga, berhasil mengambil keperjakaan pria yang menolaknya.
"saya tidak akan bertanggung jawab," ucapnya membuat wanita di sampingnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon liyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dejavu
kejaran-kejaran mobil pun berlangsung, dan selama itu juga suara teriakan Nessa tak terdengar di luar.
sedangkan sopir itu terus saja meneteskkan air mata dalam diam.
"AKU MOHON HENTIKAN AAAAAAAAAA!"teriak Nessa kesakitan.
pandangan Nessa tiba-tiba gelap dan terang, tapi lama kelamaan ia mulai diam dan tak bertenaga.
pandangannya menjadi buram dan gelap. " apa dia pingsan?"tanya pria yang sejak tadi tertawa.
"mungkin," kata pria satunya dengan acuh tak acuh.
pria yang menggaulinya memeriksa detak nadi Nessa, "Ck, dia sudah Mati," katanya dengan kesal. "ahh sudah tidak enak lagi," katanya turun dari atas Nessa.
"lalu bagaimana scory," tanya Edam di dekatnya.
"bagaimana lagi, kita harus mengabari nyonya meneer," ujar Scory.
"dia sungguh mengenaskan," kata Frame dengan terkekeh, melihat Nessa yang sudah merenggang nyawa, bagian bawah Nessa penuh dengan darah, wajahnya babak belur, rambutnya acak-acakan dan kering karena basah oleh darah.
"apa mobil itu masih mengejar kita!" tanya Scory.
"iya, tuan," jawabnya, berusaha sebisa mungkin suaranya tidak bergetar.
Scory melihat ke arah spion, matanya memicing, "ada wanita di dalam mobil itu," ucapnya melihat siluet Athera dari jauh. menyjilat bibir bawahnya, "gue belum puas dengan mayat ini, bagaimana kalau wanita itu, menggantikan mayat ini," lanjutnya dengan senyuman iblisnya pada teman-temannya.
"kebetulan sekali, gue juga belum mendapatkan jatah gue," sahut Edam ikut tersenyum seperti iblis.
"pancing mereka ke tempat, yang tidak ada satu pun yang tahu," titah Scory dengan mata menggelap.
suara deringan Telepon terdengar, "siapa?" Tanya Edam.
"nyonya Meneer,"jawabnya dan mengangkat telepon.
" hallo, dia sudah mati, hahahahhaa sangat memuaskan nyonya, baik, kami akan urus mayat nya dengan baik,"ucapnya dan mengakhiri panggilan. "Ck, kita tak bisa bersenang-senang lagi, psikopat ini, ingin kita mengurus jenazah wanita sialan ini!"lanjutnya.
" Tuan, bagaimana kalau saya yang mengurus nya," tawar Sopir itu.
"kenapa? apa kamu juga bergairah mendengar permainan kami tadi, " katanya terkekeh dan menepuk bahu temannya.
sopir itu, ingin sekali muntah mendengar gurauan menjijikan Scory, "baiklah, urus dia, turunkan kami Club Sonya, gue sangat merindukan nya," ucapnya menyatukan kedua tangannya dan menggosoknya.
"kau masih berhubungan dengannya, jangan bilang kau sudah mencintainya,"kata Edam dengan bercanda.
" ayolah, dia hanyalah pemuas nafsuku, kau tahu dia selalu mencintai gue sejak Kita kuliah, bahkan gue pengangguran, tapi sekali kerja di bayar puluhan juta, dia tidak bisa melupakan gue,"sahutnya dengan angkuh dan tertawa.
"dia benar-benar wanita bodoh, kenapa kau tidak mengincar Meneer saja, dia punya segalanya?" tanya Frame.
Scory diam sebentar, "Ck, dia... sepertinya tidak tertarik dengan laki-laki, pernah beberapa kali, gue menggodanya, tapi dia sama sekali tak bernafsu denganku,"jawab Scory yang merasa sangat sulit mendekati Meneer.
" tapi gue dengar, dia akan menikah dengan Novan, "Celetuk Edam tiba-tiba.
"benarkah!" ujar Scory cukup kaget.
"iya! gue tidak sengaja mendengar perbincangan mereka waktu itu," sahut Edam, memainkan rambut Nessa.
sedangkan Bima terus mengejar mereka, ia hampir kehilangan jejak, saat mobilnya tak bisa menyalip jalan.
"Mas, Nessa kok ngak kelihatan yah, Jangan-jangan,"suara dan tangan Athera bergetar hebat, ia memang tidak mengenal Nessa, tapi sesama perempuan, rasa sakit Nessa dapat ia rasakan.
" Tenanglah, dia mungkin baik-baik saja," ucapnya, mobil itu menghilang entah kemana.
"dimana mobil itu Mas!" panik Athera tak meluhat mobil itu.
"entahlah,lihat sekitar, mungkin di sekitar sini," ujar Bima melihat seluruh akses jalan.
sedangkan Mobil yang di Cari sudah berada di sebuah bangunan megah yang sangat indah, tapi di dalamnya sangat mengerikan.
"Nanti jemput kami kemari, dan ya... jangan lewat pos polisi di di jalan xxx, gunakan jalan sisi kanan,"ucap Scory.
sopir itu hanya mengangguk, dan melajukan mobilnya.
saat sopir itu melakukan perintah Scory, ia lewat jalan sisi kanan, dan bertepatan dengan itu mobil Bima di belakangnya.
"Mas, itu mobilnya!" tunjuk Athera.
mereka mengejar mobil itu, mobil itu berjalan keluar kota menuju ke hutan, tapi pintu mobil belakangnya terbuka, dan Nessa terjatuh dari sana, sopir itu sadar dan berhenti.
"Astaga, apa para pria botak itu sengaja, membuat ku seperti ini,"gumamnya, ia menghentikan mobilnya, dan turun akan memungut jenazah Nessa.
tapi mata Sopir itu menangkap mobil Bima yang mendekat, dalam keadaan panik, ia bimbang harus mengambil jenazah Nessa atau tidak.
mobil Bima semakin dekat, dan akhirnya sopir itu melarikan diri.
Bima menghentikan mobilnya, tangannya bergetar, melihat jenazah Nessa tergeletak di aspal.
Athera menangis segugukan, ia membuka pintu mobil dan turun seorang diri, seketika ia duduk dengan lemas, disisi Nessa seraya menangis.
sedangkan Bima, seketika melihat Nessa seperti Anya, tangannya bergetar hebat, keringat dingin membanjiri wajahnya, matanya merah berambun air mata,dengan bibirnya bergetar.
dadanya berdetak begitu kencang,melihat jenazah Nessa membuatnya dejavu akan kematian Anya.
########
RUMAH SAKIT PERMATASARI.
Nessa di masukan ke ruangan jenazah, "apa anda keluarga jenazah?" tanya suster.
"bukan, saya temannya, dan ini dosennya," jawab Athera dengan suara bergetar, dan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.
"Maaf, apa anda bisa menghubungi keluarganya, kami membutuhkan tandatangan keluarganya,untuk melakukan otopsi," kata suster dengan wajah ikut berduka cita.
"bisa beri kami waktu sebentar," jawab Athera, suster itu mengangguk dan pergi dari sana.
Athera menghubungi dinda, ia tak tahu keluarga Nessa, jadi ia menghubungi dinda.
20 menit berlalu, dinda datang dengan berurai air mata, "Athera, hiksss dimana Nessa?"katanya hampir jatuh bila Athera tak menangkap kedua tangan Dinda.
"dia... ada... di ruang jenazah," jawab Athera.
Dinda akan masuk ke runagan Jenazah, tapi di larang oleh suster pria disana, "maaf anda tidak bisa masuk, kalau bukan keluarga beliau," katanya.
"tapi saya ingin melihat sahabat saya!" teriaknya ingin masuk, tapi kedua suster pria itu tetap melarang.
Athera dan Bima ikut bersama Dinda, "tapi dia ini sahabat Nessa suster," kata Athera.
"maaf, tapi hanya keluarga yang boleh masuk," kata Suster itu dengan datar.
"Dinda, sebaiknya lo hubungin keluarga nya," kata Athera menyentuh bahu Dinda yang bergetar hebat.
tangis Dinda bahkan semakin keras, "orang tua Nessa udah meninggal Athera! hikss dia ngak punya siapa-siapa selain dirinya! heeeheeeeek,"
mendengar ucapan Dinda, rasa sesak dan sakit Menyelimuti hatinya, hal yang sama saat ia merasakan kematian kakaknya.
sedangkan di luar sana, mobil tadi memantau mereka dari jauh, "hallo, kalian benar- benar gila! kalian sengaja tak menutup nya dengan benar!" teriak sopir itu, dengan kesal bahkan ia lupa, nyawanya bisa saja hilang detik ini juga.
"hahahhaaa, ayolah Bobi kami hanya bercanda, bagaimana dengan jenazahnya, apa di bawa ke rumah sakit permatasari," kata Scory di seberang telepon, sedang minum di temani oleh sonya, yang terus memeluknya.
"da_dari mana Tuan tahu?" tanya nya dengan gagap.
"tentu tahu, sebaiknya kamu pulang, biarkan pemilik rumah sakit itu, mengurusnya," katanya mematikan telepon.
"apa wanita yang di perkenalkan oleh Meneer di acaranya sudah mati?" tanya sonya.
"ya,dan Hendra, mungkin akan kerepotan," katanya di akhiri dengan tawa.
sonya ikut tertawa, tapi... tangannya bergetar di balik sweater nya.