NovelToon NovelToon
Rahasia Tersembunyi Sopir Pribadiku

Rahasia Tersembunyi Sopir Pribadiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:597
Nilai: 5
Nama Author: Bunnyku

Putri Daniella menyukai Pangeran Felix dan ingin menikah dengannya. Tapi kehadiran sopir pribadinya Erik Sebastian merubah segalanya. Pemuda desa itu diam-diam mencintai putri Daniella sejak kecil. Seiring waktu, terungkap jika Erik adalah putra mahkota yang sesungguhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunnyku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan Pernah Bahas Kejadian Malam Itu!

Pagi menyapa dengan udara sejuk yang menyusup melalui jendela, membawa aroma pinus dari perbukitan bersalju. Daniella bangun dengan mata bengkak, tidurnya tak nyenyak, bayang ciuman itu masih menghantui.

Setelah sarapan sederhana, roti panggang dengan selai apel dan teh panas yang harum, dia duduk di ruang makan kastil, dindingnya dihiasi permadani kuno.

Dia mengobrol dengan pelayan tua, Bibi Ingrid, yang rambut putihnya diikat rapi, wajahnya penuh kerutan ramah.

“Apakah Bibi sudah lama kerja sebagai pelayan di kastil ini?” tanya Daniella, suaranya pelan, mencoba mengalihkan pikiran dari kegelisahan.

“Iya, Tuan Putri, sudah hampir 40 tahun saya jadi pelayan di istana,” jawab Bibi Ingrid, tersenyum hangat, tangannya menyeka celemek.

“Lima tahun lalu, saya memutuskan berhenti bekerja di istana dan kembali ke kampung saya. Saya ingin dekat dengan anak dan cucu saya.”

“Memangnya, keluarga Bibi tinggal di mana?” tanya Daniella, matanya menatap keluar jendela ke bukit bersalju, hatinya iri pada kebahagiaan sederhana itu.

“Tak jauh dari sini, di desa perbatasan. Karena itulah saya senang tinggal di kastil ini. Bisa sering bersama mereka di akhir pekan,” ungkap Bibi Ingrid, suaranya penuh kehangatan keluarga.

“Oh, begitu. Sepertinya tinggal di sana sangat menyenangkan, ya?” tanya Daniella, hatinya merindu kebebasan seperti itu.

“Iya, Tuan Putri, bagi kami, bisa berkumpul adalah kebahagiaan terbesar,” kata Bibi Ingrid, membuat Daniella tersenyum kecil, meski hatinya masih gelisah.

Setelah itu, Daniella berjalan keliling kastil seorang diri, mantel bulu tebalnya melindungi dari angin dingin. Dia duduk di bangku taman di bawah pohon kemuning, daunnya bergoyang pelan, salju tipis menutupi tanah seperti permadani putih.

Aroma bunga kemuning yang samar bercampur dengan udara musim dingin, tapi tak mampu menenangkan hatinya.

Tiba-tiba, Erik muncul, langkahnya ragu, wajahnya penuh kekhawatiran, mantel cokelatnya basah oleh salju.

“Maaf, Tuan Putri, apakah Putri jadi ikut saya ke desa saya hari ini? Atau Putri masih ingin tinggal lebih lama di kastil ini?” tanya Erik, suaranya hati-hati, tangannya tergenggam, hatinya berdebar takut ditolak.

“Aku gak jadi ke tempatmu,” jawab Daniella dingin, tanpa menoleh, matanya tertuju ke horizon bukit, hatinya bergejolak antara marah pada Erik dan malu pada dirinya sendiri.

“Jadi, sekarang apa yang ingin Tuan Putri lakukan?” tanya Erik, suaranya retak, hatinya sakit melihat sikap Daniella yang berubah.

“Kamu pulang saja ke rumahmu, aku mau kembali ke istana siang nanti,” katanya tajam, nada suaranya seperti pisau es, meski hati kecilnya bergetar, tak ingin Erik pergi.

Deg! Hati Erik seperti ditusuk. Dia tak menyangka Daniella akan setegas ini, padahal beberapa hari lalu gadis itu bersemangat merencanakan petualangan di Vilkrad ke rawa-rawa untuk melihat kunang-kunang, memancing, bertemu bibinya, belajar memotong kayu dan memeras susu.

“Aku mau ke rumahmu, lalu kita ke rawa-rawa dekat hutan, lalu mancing,” kata Daniella kala itu, matanya berbinar seperti bintang.

Kini, semua rencana itu buyar, lenyap seperti salju yang mencair di tangan.

“Tapi, Tuan Putri, saya gak bisa membiarkan Putri pulang tanpa saya. Kita pergi bersama, jadi harus pulang bersama juga,” sebut Erik, suaranya memohon, hatinya tak rela meninggalkan Daniella.

“Pulang bersamamu? Kamu siapa ngatur-ngatur aku?” bentak Daniella, akhirnya menoleh, matanya menyala marah tapi basah, air mata tertahan di pelupuknya.

“Aku sudah suruh orang untuk jemput aku,” lanjutnya, suaranya bergetar menahan emosi.

“Maaf, Tuan Putri, apa ini ada hubungannya dengan kejadian tadi malam?” tanya Erik pelan, berharap bisa mencairkan es di antara mereka, hatinya penuh harap meski kecil.

“Memangnya ada kejadian apa semalam? Dengar, jangan pernah kamu ungkit dan bahas itu lagi. Tidak terjadi apa-apa di antara kita. Paham!” bentak Daniella, wajahnya memerah, malu dan kemarahan bercampur, hatinya kacau seperti badai salju.

“Maaf, Tuan Putri, maafkan saya. Saya tak bermaksud membahas itu. Saya cuma mau minta maaf,” ucap Erik, suaranya penuh penyesalan, matanya menunduk, hatinya hancur.

“Aku mau kamu lupakan semua itu. Jangan kegeeran dan kesenangan. Kamu itu bukan apa-apa bagiku. Jadi jangan pernah berpikir aku menyukaimu. Ngerti!” tegas Daniella, kata-katanya seperti cambuk, meski hati kecilnya berteriak sebaliknya—ada rasa yang tumbuh, tapi status dan malu menutupinya seperti salju tebal.

“Iya, saya mengerti. Sekali lagi saya mohon beribu maaf,” kata Erik, membungkukkan badan, hatinya seperti kaca pecah, serpihannya menusuk setiap sudut jiwanya.

“Sudah, sana pergi dari hadapanku. Pulang saja ke rumahmu. Gak perlu urusin aku lagi,” sebut Daniella, suaranya dingin, tapi matanya sekilas menatap Erik, penuh keraguan yang tak terucap.

“Baik, Tuan Putri, kalau itu yang Putri inginkan. Saya pamit kembali ke desa saya sekarang,” kata Erik, melangkah pergi dengan punggung membungkuk, seperti membawa beban dunia. Aroma salju dan pinus menyertainya, tapi tak mampu menghibur.

Entah mengapa, firasat buruk menyelimuti hati Erik. Apakah ini terakhir kali dia bertemu Daniella? Dia yakin gadis itu tak ingin dia kembali lagi ke istana, mungkin akan memecatnya. Dia hanya pasrah, menerima apa pun yang datang, meski hatinya kosong seperti perbukitan bersalju tanpa aurora.

Di bangku taman, Daniella menatap kepergian Erik, tangannya mencengkeram mantel, hatinya bergetar.

“Kenapa aku merasa bersalah?” bisiknya dalam hati, air mata akhirnya jatuh, membeku di pipinya yang dingin.

Dia ingin memanggil Erik kembali, tapi lidahnya kelu, terikat oleh harga diri dan ketakutan akan perasaannya sendiri.

Salju terus turun pelan, menutupi jejak kaki Erik, seperti menutup kenangan malam yang penuh bintang dan ciuman yang tak seharusnya terjadi.

Malam itu, di bawah langit Vilkrad yang berkilau, hati mereka terhubung dalam diam, diterangi cahaya utara yang tak pernah pudar, meski masa depan mereka masih diselimuti kabut ketidakpastian.

*********

1
Dandi Mahesa
keren kak Lanjut gasken
lovebunny: makasih 🙏🙏
total 1 replies
Dandi Mahesa
mampir ka
Just_Loa
Halo kak trimakasih sdah mmpir ya 🧡
lovebunny: hallo juga..iya sama sama..sukses selalu
total 1 replies
lovebunny
iya sabar.. tungguin ya 🙏🙏
lovebunny
makadih ya sudah mampir
lovebunny
maksudnya kendala apaan tuh..he..he
Ryner
Thor, jangan diam aja, kasih kabar kalo ada kendala, kami akan terus menunggu!
perayababiipolca
Keren! Bagus banget ceritanya.
Agnes
Cepat update dong, seru banget ni ceritanya! 🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!