Aisya Humaira gadis berjilbab dengan sejuta pesona, harus menelan pil pahit karena tiba-tiba calon suaminya memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka yang sudah di depan mata.
Hanya karena ia di nyatakan mandul, dan ternyata semua ini ulah dari Riska sahabat masa kecil dari calon suaminya sendiri.
Setelah mencampakkan Aisya, Adriansyah Camat muda yang tampan itu malah melanjutkan pernikahannya dengan Riska.
Aisya akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota, karena tidak sanggup menahan malu setelah pernikahannya batal.
Hingga membawa Aisya pada sosok Satria Pratama Dirgantara. Seorang Komandan Elita yang sedang dalam penyamaran sebagai Kakek-kakek karena satu alasan.
Satria melamar Aisya dengan tetep menyamar sebagai seorang Kakek.
Apakah Aisya akan menerima si Kakek menjadi jodohnya di saat seorang Camat baru saja mencampakkan durinya?
Bagaimana Perjuangan Satria dalam mengejar cinta Aisya?
Bagaimana kisah mereka selanjutnya langsung baca aja ya kakak. Happy reading semua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Aisya malah tertawa mendengar ucapan Satria. "Oppa gak perlu segitunya buat ngehibur aku. Aku gak papa kok! Meskipun gagal nikah! Dan di kejar Kakek!" jawab Aisya yang menganggap Satria hanya bercanda untuk menghibur dirinya yang lagi galau.
Lalu Aisya menatap Satria dengan tatapan haru."Makasih Oppa! Jujur aku sedikit terhibur!" lanjutnya mencoba menyakinkan Satria. Ia sama sekali tidak berpikir jika ucapan Satria serius adanya.
Satria menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal, sambil berusaha keras untuk menyusun kata-kata yang pas.
"Aisya Humaira gak percaya, ya? sama apa yang aku ucapkan!"
"Tentang?"
"Tadi!"
"Yang mana?" tanya Aisya bingung, sambil menautkan kedua alisnya dalam sangking sesaknya masalah yang sedang ia pikirkan sekarang.
"Aku ingin melamar kamu, Aisya!"
"Oh! Emang Oppa se kasihan itu ya! Sama aku? Sampai harus berpura-pura infin ngelamar aku biar lamaran si kakek batal! Baik bangat sih Oppa! Makasih ya!" ujarnya tulus dan terharu sampai matanya berkaca-kaca.
"Tapi aku serius, Aisya?" ujar Satria menyakinkan dengan nada memohon.
"Hah?" Aisya sedikit heran merasa aneh dengan ucapan Satria hari ini.
"Iya beneran!" angguk Satria mantap.
Asiya menatap Satria yang kini juga sedang menatapnya. Sesaat pandangan mereka terkunci, keduanya saling menatap kagum. Namun tak lama Aisya buru-buru memutuskan kontak matanya. Aisya kembali menatap lurus ke arah lautan. Sejauh ia mengenal Satria, pria itu sangat dingin dan pendiam, tidak ada gelagat mencurigakan dengan tingkahnya. Apa lagi tanda-tanda punya perasaan pada dirinya sambil menggeleng pelan.
"Oppa! tadi pagi sarapan, apa?" tanya Aisya dengan tatapan menyelidik.
"Nasi goreng, ayam kecap! Kenapa?"
"Makanya normal! Oppa coba deh pengang dahinya?" titah Aisya terlihat serius.
Satria meskipun bingung ia melakukan apa yang di suruh Aisya. Dengan perlahan ia menyentuh keningnya sendiri."Bagaimana Oppa? Panas enggak?"
Satria menggeleng kepalanya, "Normal kok!" seru Satria.
"Hm! Normal ya? Tapi kok aneh, ya! Coba deh! Baca ayat kursi, Oppa! Siapa tahu Oppa sedang ketempelan si Kakek cangkul!" lanjut Aisya sangking gak percayanya.
"Kamu gak percaya, Aisya? Sama omongan aku!" Satria sampai menghela nafas frustasi.
"Enggak Oppa! Aku lebih percaya sama pawang hujan Oppa!"
Satria mendesah pelan, ia benar-benar bingung bagaimana cara menyakinkan wanita cantik, tapi lagi galau tingkat dewa di hadapannya sekarang. Kalau ia sebenarnya serius.
Satria merasa lebih baik bertempur di medan perang menghadapi para musuh dari pada di suruh menyakinkan wanita.
"Terus, aku harus, apa? Biar kamu percaya?"
"Tidak harus ngapain-ngapain, Oppa! Serius! Gak mungkin bangat seorang Komandan Elite! Suka sama wanita desa yang lagi patah hati, gini? Kecuali aku ke bah dukun untuk melet Oppa! Tapi sayangnya, Aku tuh! Gadis desa yang baik hati, sholeha dan rajin menabung."
Satria menyerah sambil menghela nafas pelan. "Hmm! Terus kamu mau minggat kemana?" tanya Satria mengalihkan pembicaraan. Ia merasa Aisya benar-benar gak percaya padanya.
"Belum tahu Oppa! Paling balik ke Jakarta, Balik kerja. kan sayang bangat Karir aku yang sudah jadi Sekretaris di perusahaan besar milik keluarga Oppa, siapa tahu ketemu jodoh di sana." jawab Aisya sambil menatap ombak yang terus saling mengejar di tepi pantai.
Andai saja Aisya bisa membungkus semua masalahnya, lalu Ia akan melemparkannya kelautan, berharap ombak bisa membawanya sejauh mungkin. Kalau bisa sampai ke Antartika biar membeku di sana dan tak akan balik lagi.
Satria menatap iba pada wanita cantik dengan balutan hijab warna krem di sampingnya. Ia bisa melihat kerapuhan wanita itu. Tapi ia juga melihat semangat yang besar dari dalam diri Aisya. Wanita yang sangat unik menurut-nya.
"Hm! Jadi aku harus apa nih! Biar kamu bisa senyum lepas lagi?" tanya Satria berusaha mengalihkan suasana.
"Bagaimana kalau es kelapa muda? Kayaknya seger deh! Oppa!" seru Aisya dengan mata kembali berbinar membayangkan segarnya kelapa muda.
Satria tersenyum tipis lalu mengangguk. "Baiklah tunggu sebentar!" ujarnya lalu gegas beranjak memesan empat es kelapa muda.
Sambil menunggu Satria balik, Aisya kembali bermain sama si kembar yang masih asyik membuat istana tapi tidak jadi-jadi.
**
**
Di jalan raya tiba-tiba berhenti sebuah mobil Avanza milik Pak Camat dan istrinya. Riska dan Adrian ingin pergi bulan madu. Riska yang punya mata yang awas tiba-tiba melihat sosok wanita yang sangat ia kenali sedang duduk di tepi pantai, lalu dengan cepat ia menyuruh Adrian untuk menghentikan laju mobilnya.
"Ada apa sih! Riska kenapa suruh berhenti mendadak!" ujar Adrian sedikit kesal sama istrinya itu.
"Tuh! Lihat wanita yang sedang duduk di tepi pantai bersama dua bocah yang sedang main pasir," tunjuk Riska kearah tepi pantai.
Andrian mengikuti arah telunjuk Riska. Ia menyipitkan matanya mencoba memastikan sosok wanita di kejauhan.
"Benar gak, sih? Tapi dari postur tubuhnya itu Aisya!" yakin Riska.
"Tapi ngapain Aisya di sini?" tanya Adrian heran.
Tak berapa lama Satria datang bersama seorang pria paruh baya membawa nampan berisi kelapa muda dan juga sneck ringan.
Aisya menoleh kebelakang saat mendengar suara langkah kaki Satria mendekat sambil tersenyum lebar.
"Tuh kan! benar itu Aisya!" seru Riska dengan kesal saat melihat wajah Aisya dengan jelas.
"Tapi, siapa pria yang menghampirinya? Gak mungkin si Kakek, kan?" gumamnya penasaran.
"Wah! Parah banget si Aisyah! Mengkhianati si Kakek!" ujar Riska mulai julit.
"Untung kamu gak jadi nikah sama Aisya mas! Ternyata gini nih, kelakuan Aisya! Kasian banget si Kakek!" gumamnya penuh sindiran.
Adrian hanya menatap dengan tatapan yang sulit di artikan ada rasa cemburu di matanya saat melihat Aisya bersama pria lain. Jujur ia sangat mengagumi sosok Aisya tapi ia juga sangat berharap punya keturunan.
"Mas! kita harus kasih tahu orang tua Aisya, jangan sampai desa kita malu gara-gara kelakuan si Aisya!" seru Riska, membuyarkan lamunan Adrian.
"Hm! Tapi kita lagi di jalan Riska!" protes Adrian.
"Telpon Mas! Bilang jika Aisya kabur sama duda dua anak, sekarang ada di pantai. Kirim fotonya juaga biar mereka percaya."
Riska sebenarnya sangat iri sama keberuntungan Aisya, selain percintaan, ia juga iri sama karil Aisya yang sukses.
Ya Aisya yang memiliki wajah cantik dan di kenal sebagai bunga desa dan juga pandai dalam ademik. Membuat ia merasa tersanyingi hingga ia menyimpan rasa iri yang menggunung di hatinya.
Aisya semakin bersinar saat ikut merantau ke Jakarta untuk kuliah bersama tiga sahabat baiknya: Dwi dan Rani. Mereka berhasil menyelesaikan kuliah dengan nilai terbaik dan langsung mendapat pekerjaan yang bagus di perusahaan besar milik keluar Dirgantara. Bahkan Dwi menikah dengan salah satu pewaris keluarga konglomerat itu.
Sedangkan ia hanya bekerja di perusahaan kecil milik keluarga Adrian. Gajinya pasti tak sebesar perusahaan besar milik Dirgantara. Ia berusaha keras untuk melampaui Aisya. Dan saat rencananya berhasil merebut Adrian sebagai Camat yang tampan. Dan Aisya di lamar Kakek-kakek membuatnya puas dan merasa di atas langit. Dan ia akan melakukan apapun untuk membuat Aisya jatuh.
**
**
Di sisi Aisya yang sedang menikmati es kelapa muda tiba-tiba ponselnya berdering nyaring. Aisya gegas melihat siapa penelpon nya. Seketika wajah Aisya berubah gelisah. "Siapa yang nelpon tanya Satria?" penasaran melihat Aisya yang hanya diam menatap layar ponsel yang terus berdering.
"Umi!" jawab Aisya pelan.
"Angkat aja. Siapa tahu penting!" usul Satria.
Aisya akhirnya mengangkatnya! Dengan menghidupkan volume spikernya supaya bisa mendengarnya dengan jelas.
"Aisya cepat pulang! Kenapa kabur diam-diam, belum mandi lagi!" Terdengar suara panik Uminya di sebarang sana.
"Hah! Umi! Lagian orang kabur mana kepikiran mandi sih!" jawab Aisya memelankan suaranya, ia merasa malu sama Satria di sampingnya karena ketahuan ia belum mandi.
Setelah itu ia langsung mengecilkan kembali volumenya lalu sedikit beranjak dari Satria.
"Umi, gak mau tahu cepat kamu balik! Jangan buat malu Aisya! Kabur sama duda anak dua lagi!" keluh Umi Ella dengan nada kecewa.
"Hah!" bingung Aisya, sambil celingukan mencari orang yang mencurigakan di sekitarnya, tapi sejauh mata memandang tak melihat gelagat orang mencurigakan di sekitarnya.
Bersambung ...