"Aku mengutukmu, Putri! Kau tidak akan pernah hidup bahagia setelah menjadi istri durhaka!"
Nafsu yang membuat seorang istri memilih pada jalan untuk mengkhianati ikatan suci pernikahan telah membuat wanita bernama Putri Wardhani harus menanggung karma dari perbuatannya.
Apa yang membuat seorang istri memilih untuk menjadi istri tak setia! Apakah karma yang didapatkannya setelah menjadi istri durhaka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Ciuman penuh gairah
Nindi yang merasa sangat curiga pada sosok wanita yang diketahuinya sangat dipuja oleh Arya dan membuatnya merasa sangat iri sekaligus cemburu. Ia ingin mencari tahu semua hal mengenai wanita itu.
Tentu saja mencari kelemahannya dan digunakan untuk menghancurkan wanita yang dianggapnya telah merebut Arya.
Kemudian ia menunggu jawaban dari wanita yang masih berada di depan kompor karena ingin tahu apa yang akan dikatakan oleh Putri untuk menjawab pertanyaan darinya..
'Aku yakin ada yang disembunyikan oleh Putri dan sepertinya sebuah hal besar. Jika aku bisa mengetahui kelemahannya, akan sangat mudah untuk menghancurkannya,' gumam Nindi yang saat ini tengah menunggu hingga suara Putri terdengar.
Sementara itu, Putri yang sedang memutar otak untuk mencari jawaban atas pertanyaan dari Nindi, menemukan sesuatu sebagai alasan.
"Sebenarnya, aku ...."
Belum sempat Putri melanjutkan perkataannya, suara bariton dari pria yang sangat dipujanya terdengar dan langsung memeluknya dari belakang dengan sangat erat, sehingga membuatnya merasa terkejut.
Namun, di saat bersamaan, ia merasa sangat lega karena merasa bahwa Arya telah menyelamatkannya.
"Sayang, kamu memasak? Aku akan menemanimu, agar saat kita menikah nanti, terbiasa membantumu."
Arya yang beberapa saat lalu asyik berbicara dengan para sahabatnya, mendengar bahwa Putri memasak dan langsung membuatnya merasa sangat penasaran.
Ia ngin melihatnya sendiri, sehingga tadi buru-buru berjalan menuju ke arah dapur setelah meminta Rendi memberitahu di mana menyimpan beras.
Karena Neni sempat bertanya di mana berasnya dan mengatakan Putri yang akan memasak nasi. Bahkan ia memberikan sebuah kode pada Nindi agar meninggalkan dapur karena ia ingin berduaan dengan sang kekasih.
Berada di dapur dengan posisi memeluk erat tubuh seksi Putri dari belakang saat memasak, dianggapnya sangat menyenangkan. Apalagi ia bisa mencium aroma khas wangi wanita yang sangat digilainya tersebut.
"Kamu benar-benar seorang istri idaman, Sayang," ucap Arya yang saat ini tengah mengecup lembut leher jenjang nan putih di hadapannya.
Sementara itu, Putri yang merasakan urat syarafnya menegang karena perbuatan Arya yang dianggapnya sangat nakal, kini mencubit punggung tangan pria yang berada di perutnya.
"Arya, jangan macam-macam. Dilihat yang lain, aku malu. Aku jadi tidak bisa memasak jika kamu seperti ini."
Putri berusaha melepaskan kuasa dari Arya karena berada pada posisi sangat intim seperti itu bersama pria dengan paras rupawan, membuatnya merasa sangat gugup, sekaligus kebingungan dan tidak bisa berkonsentrasi saat memasak.
Jantungnya bahkan seperti mau meledak saja saat merasakan kecupan lembut di leher dan membuatnya merasa sangat mendambakan sentuhan dari Arya, tetapi sadar, harus menahan diri sampai ia berpisah dari suaminya dan bisa menikah dengan sang kekasih pujaan hati.
Tekadnya sudah bulat untuk menikah dengan Arya dan akan melakukan apapun demi bisa bersama dengan pria yang menurutnya sangat sempurna tersebut.
Sementara itu, Nindi yang merasa sangat kesal sekaligus marah karena cemburu melihat keintiman dari Arya dan wanita yang dibencinya.
Niatnya untuk menghancurkan Putri gagal karena Arya tiba-tiba datang dan mengusirnya. Apalagi melihat dengan mata kepala sendiri saat Arya bersikap sangat romantis pada Putri.
'Sial! Gara-gara Arya datang, aku tidak bisa menghancurkan wanita itu. Kenapa Arya tiba-tiba datang ke dapur? Apa yang sebenarnya terjadi?' gumam Nindi yang buru-buru bangkit dari kursi karena dari tadi duduk di belakang Putri yang sibuk memasak.
Beberapa saat kemudian, ia berjalan menuju ke arah pintu keluar tanpa menoleh ke arah belakang lagi karena berpikir jika melakukannya, hanya akan merasa sangat kesal pada wanita yang telah merebut pria pujaan hati.
Cemburu adalah poin utama yang dirasakan olehnya dan tidak ingin semakin tersiksa karena perbuatan Arya yang sangat romantis pada
Sangat berbeda dengan yang dirasakan oleh Arya yang sama sekali tidak mempedulikan keluhan dari Putri karena masih ingin bermesraan dengan wanita yang masih sibuk menggoreng telur.
"Biarkan saja mereka melihat kemesraan kita. Biar mereka iri melihat keromantisan kita. Dari dulu, mereka yang selalu pamer kemesraan padaku saat aku tidak mempunyai kekasih. Sekarang, giliranku membuat mereka iri melihat kebersamaan kita."
Sementara itu, Putri yang merasa tidak leluasa untuk bergerak karena Arya masih memeluknya erat, kini memilih untuk mematikan kompor karena tidak ingin masakannya hangus.
Kemudian berbalik badan untuk menghadap ke arah Arya setelah melepaskan kuasa tangan dengan buku-buku kuat itu di perutnya.
Kini, posisi mereka terlihat sangat intim karena tubuh yang saling menempel dan tidak ada jarak di antara mereka. Tidak hanya itu saja, Putri pun tidak ingin kalah bersikap romantis karena sudah melingkarkan tangannya pada pinggang kokoh pria yang saat ini intens menatapnya.
Bahkan ia bisa mencium aroma napas mint dari embusan Arya yang berada tepat di depan wajahnya. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah daun telinga pria dengan pahatan sempurna di hadapannya tersebut untuk membisikkan sesuatu.
"Aku tidak suka memamerkan kemesraan di depan orang lain, tapi lebih suka berduaan denganmu tanpa ada yang melihatnya. Lain kali saja bermesraannya karena saat ini, aku ingin menunjukkan kemampuanku padamu."
"Bahwa aku adalah calon istri idaman untukmu. Jadi, biarkan aku menunjukkan kemampuanku untuk membuatmu kagum, serta teman-temanmu beserta para kekasihnya."
Putri yang saat ini mengingat pertanyaan dari Nindi, kini menjauhkan diri dan menatap serius pada Arya yang masih belum membuka suara.
"Oh ya, kau telah menyelamatkan aku tadi, Sayang."
Arya yang tadi melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Putri, kini mengerutkan kening. "Menyelamatkanmu? Apa maksudmu, Sayang? Memangnya aku menyelamatkanmu dari apa?"
Putri kini mulai menjelaskan semuanya pada Arya mengenai Nindi dan berharap mau menyadari posisinya. Bahwa ia sangat tidak menyukai para kekasih sahabat Arya.
"Lain kali, aku tidak ingin melihat mereka. Aku pun tidak ingin bertemu dengan mereka lagi. Ada baiknya kita bersenang-senang dengan cara pergi jalan hanya berdua saja," ucap Putri yang merasa sangat kesal karena membayangkan saat Nindi tadi menjebaknya dengan pertanyaan yang membuatnya hampir saja ketahuan.
Kini, Arya yang masih mencerna semua perkataan dari wanita dengan bibir mengerucut yang ingin segera disesap habis olehnya.
Bahkan ia kini memilih untuk mengiyakan semua yang dikatakan oleh wanita dengan wajah masam tersebut.
"Jadi, kamu ingin kita selalu berduaan dan tidak bertemu mereka lagi karena ulah para kekasih sahabatku?"
"Iya, apa kamu tidak suka?" tanya Putri yang merasa sangat khawatir karena takut jika Arya keberatan dan membuatnya merasa bersalah.
Namun, ia seketika berbinar saat melihat jawaban dari Arya.
"Kalau begitu, kita pergi dari sini sekarang juga, agar merasa nyaman. Biarkan para wanita yang lain menyelesaikannya karena kamu tidak perlu menunjukkan pada mereka. Bahwa kamu pandai memasak. Tunjukkan saja padaku nanti."
Arya langsung menarik pergelangan tangan kiri Putri dan mengajaknya berjalan keluar dari ruangan dapur. Membayangkan bisa berduaan dengan Putri, tentu saja membuatnya benar-benar bersemangat dan kali ini tidak ingin membuang waktu.
"Ayo, kita pergi dari sini."
"Memangnya kita mau ke mana?" tanya Putri yang merasa sangat penasaran dengan ajakan tiba-tiba dari Arya.
"Nanti kamu juga akan tahu," ucap Arya yang kini sudah berada di hadapan para sahabatnya sedang menonton TV sambil makan camilan bersama kekasih masing-masing.
"Maaf, Teman. Aku harus segera pergi karena tiba-tiba ada urusan. Oh ya, lebih baik para wanita yang melanjutkan memasak karena aku tidak ingin kekasihku lelah saat menyiapkan makanan untuk kalian. Aku pergi!" ujar Arya yang meraih tas selempang milik Putri dan memberikannya pada sang kekasih.
Putri yang langsung menerima tas miliknya, hanya tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah kata pun karena saat ini ia bisa melihat tatapan tajam dari para wanita yang seolah sangat kecewa padanya.
'Mereka pasti sangat kesal dan kebingungan karena tidak bisa memasak. Mereka hanya akan mempermalukan diri sendiri di depan kekasih masing-masing,' gumam Putri yang merasa menang melawan para wanita yang seolah ingin memanfaatkannya beberapa saat lalu.
"Memangnya kalian mau ke mana? Kenapa harus terburu-buru pergi? Kamu tidak akan mengajak kekasihmu ke hotel, kan?" tanya Leo dengan tatapan tajam mengintimidasi.
Sementara itu, Arya hanya tersenyum simpul dan menjawab seadanya. "Maybe."
Arya beralih menatap ke arah Putri karena ingin bertanya sesuatu. "Apa lebih baik kita ke hotel saja, Sayang? Lagipula di hotel sangat sepi dan tidak akan ada yang menggangu kita."
To be continued....
good job author anda orang pertama yg bisa buat gua baca novel sampai emosi dan hampir banting hp gua👍😤