Zahra, gadis biasa yang begitu bahagia dengan kehidupan remaja pada umumnya, tiba-tiba harus meminta seorang ustad yang usianya jauh di atas dirinya untuk menikah.
***
"Ustadz Zaki!" panggilnya dengan sedikit ngos-ngosan, terlihat sekali jika gadis itu baru saja berlari.
Dua pria berbeda generasi yang tengah berbicara itu terpaksa menoleh kepadanya.
"Zahra, bisa sedikit sopan kan, kamu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa!?" pria dengan baju putih dengan rambut yang juga sebagian memutih itu terlihat kesal, tapi si gadis tidak mengindahkannya. Tatapannya hanya tertuju pada sang ustadz.
"Ustad, menikahlah denganku!"
Pernyataan gadis itu tentu membuat sang ustadz tercengang, ia menatap pria di depannya bergantian dengan gadis yang baru datang dan tiba-tiba mengajaknya menikah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan bersama
Zahra sudah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, ia sudah melepas kebayanya dan melempar asal di lantai, berganti dengan kaos oblong kebesaran dengan celana di atas lutut.
"Ahhhhh, capeknya!" walaupun hari ini ia tidak banyak melakukan apa-apa, tapi perasaan lega sepertinya telah membuat matanya ingin segera di pejamkan.
Saat ia sudah mulai kehilangan kesadarannya tiba suara pintu di ketuk.
Tok tok tok
Membuatnya menggerutu kesal,
"Astaghfirullah, siapa sih yang ketuk pintu?" gerutunya tapi kemudian suara salam membuatnya tahu siapa orang di balik pintu itu.
"Assalamualaikum!"
Zahra menajamkan telinganya, ingin memastikan jika benar apa yang baru saja ia dengar itu,
"Assalamualaikum, dek. Sudah tidur ya!"
"Hahhhh, ngapain si ustad ke sini? Ke kamar aku lagi, malam-malam begini!?" gumam Zahra bingung, ia tidak tahu harus membuka atau tidak.
"Ustad, Zahra sudah tidur ya?"
Zahra bisa mendengar suara orang lain, itu suara ibunya.
"Iya Bu, mungkin sudah tidur. Biar saya tidur di sofa saja."
"Jangan, biar saya bantu buka. Dia memang suka susah bangunnya. Zahra nggak pernah kunci kamarnya kok ustad."
"Nggak usah Bu, nanti malah ganggu istirahatnya dek Zahra, lagi pula besok dek Zahra kan juga harus sekolah."
"Nggak pa pa!"
Zahra pun segera beranjak dari tempat tidur dan berjalan cepat menuju ke pintu. Sebelum ibunya membuka pintu, lebih baik ia yang lebih dulu membukanya.
Ceklek
"Ada apa sih buk, ribut-ribut di depan kamar Zahra? Zahra kan ngantuk!" ucap Zahra sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal hingga membuat rambutnya berantakan.
Kenapa dia malah semakin mengemaskan kalau seperti itu, batin ustad Zaki, ia mengagumi Zahra yang sikapnya tidak di buat-buat.
"Astaghfirullah hal azim, Zahra. Ganti bajumu!"
"Kenapa buk sama bajunya Zahra? Biasanya juga begini!"
"Nggak pa pa, buk. Lagi pula di dalam rumah!"
Sepertinya bu Narsih lupa kalau ustad Zaki sudah menjadi mahram Zahra sekarang.
"Ahhh iya, ya sudah ustad silahkan masuk saja."
"Iya Bu, terimakasih! Maaf sudah mengganggu istirahat ibu!?"
"Tidak kok ustad, ini tadi kebetulan saja mau mengambil air minum. Ya sudah ibu ke dapur dulu ya!"
"Iya silahkan!"
Zahra pun segera masuk ke dalam kamar tanpa menutup pintunya, melihat hal itu ustad Zaki pun hanya bisa tersenyum,
Setalah masuk, ustad Zaki menutup kembali pintu kamar itu, jantungnya yang tadi deg degan kini seakan kembali lagi. Ia bahkan seperti enggan berbalik, ia takut jika sampai Zahra mendengar suara detak jantungnya.
"Ustad, ustad kenapa sih ke sini?" pertanyaan dari Zahra berhasil membuatnya berbalik dan ia bisa melihat sekarang Zahra sudah duduk bersila di atas tempat tidur, Zahra juga sudah mengikat rambutnya asal. Sepertinya Zahra sudah kehilangan rasa kantuknya gara-gara kedatangan ustad Zaki.
Ustad Zaki pun berjalan mendekat dan duduk di samping Zahra, membuat Zahra terjingkat, ia sampai menggeser duduknya menjauh dari ustad Zaki,
"Ehhh ngapain ustad dekat-dekat? Jangan macam-macam ya!" ancam Zahra sambil mengangkat jari telunjuknya tepat di depan wajah ustad Zaki.
Ustad Zaki terlihat tidak gentar, ia bahkan tidak merubah posisinya. Ia meraih tangan Zahra,
"Ustad, jangan pegang-pegang!" ucap Zahra sambil berusaha menarik tangannya agar terlepas dari genggaman ustad Zaki.
"Kenapa aku tidak boleh pegang-pegang?"
"Ya pokoknya nggak boleh!"
"Harus ada alasannya agar aku mau melepaskannya!"
"Baiklah, gini deh. Kamu itu ustad ya, nggak boleh sembarangan pegang orang, apalagi seorang wanita. Nggak baik!"
Setelah mendengar alasan Zahra, bukanya melepaskan genggamannya ustad Zaki malah mendekatkan tubuhnya kepada Zahra membuat Zahra tertahan antara tubuh ustad Zaki dan penyanggah tempat tidur di belakangnya,
"Ustad, jangan dekat-dekat begini, kalau nggak aku akan teriak ya!"
"Teriak saja kalau kamu nggak malu, aku akan jelaskan padamu kenapa aku dekat-dekat sama kamu!"
"Apa?" tanya Zahra dengan suara yang tertahan di tenggorokan, wajah tampan ustad Zaki yang terlalu dekat benar-benar membuat Zahra kesulitan untuk bernafas.
"Pertama, mulai malam ini kamu adalah istriku, ISTRIKU! Mengerti kan maksud istriku? Berarti berdasarkan hukum, saya berhak menyentuh kamu di mana saja!"
Mendengar hal itu membuat bulu kuduk Zahra seketika berdiri, ia sampai menggunakan sebelah tangannya yang tidak di genggam oleh ustad Zaki untuk menutupi tubuhnya walaupun tidak begitu berfungsi.
"Jangan mesum ya, aku masih anak di bawah umur. Jadi jangan macam-macam!"
Kenapa dia lucu sekali sih ...., sebenarnya ustad Zaki hanya berniat untuk menakut-nakuti Zahra saja,
Sepertinya sedikit ancaman akan sangat berguna untuk menjinakkan anak ini ...., batin ustad Zaki lagi, ia seperti mendapatkan senjata ampuh untuk memulai misinya.
"Kenapa ustad malah tersenyum? Nggak takut sama polisi? Sama penjara?"
Tukkk
Ustad Zaki pun menyentil kening Zahra membuat Zahra mengusap hasil sentilan ustad Zaki.
"Berapa usiamu?" tanya ustad Zaki kemudian.
"Delapan belas tahun!"
"Kalau setahuku anak di bawah umur itu di bawah tujuh belas tahun, delapan belas tahun kamu sudah punya KTP. Jadi jangan membodohiku, dasar anak ingusan!"
"Sudah tahu anak ingusan, masih mau dimesumin!"
"Mesum sama istri sendiri itu ibadah, jadi kapan kita mulai ibadahnya?"
"Apaan sih, jangan macam-macam ya!" lagi-lagi Zahra menutup tubuhnya dengan tangannya.
"Bagaimana lagi, aku seorang pria dewasa." ustad Zaki semakin mendekati Zahra hingga membuat Zahra tidak punya selah lagi untuk bergerak, bahkan ia bisa merasakan hembusan nafas ustad Zaki.
Dia nggak merokok, tapi nafasnya kenapa wangi ya..., batin Zahra saat merasakan hembusan nafas ustad Zaki yang menyapu hidung dan bibirnya.
Apaan sih kamu Zahra, jangan pikirkan macam-macam ya, dia itu cuma sok baik saja
Jadi jangan berpikir jatuh cinta sama dia ...
Dengan cepat Zahra berusaha mengendalikan perasaannya.
"Baiklah aku punya syarat!" ucap ustad Zaki kemudian.
"Syarat?"
"Iya, seperti yang kamu katakan tadi siang. Aku akan mengajukan syarat, aku tidak akan meminta hak ku sebagai seorang suami sampai kamu sendiri yang meminta_!"
"Benarkah?" Zahra langsung bisa bernafas lega.
"Tapi_!"
"Ada tapinya?"
"Hmmm!"
"Apa?"
"Selama kamu menuruti semua perintahku, aku akan menunggu sampai kamu siap. Jika tidak_!"
"Jika tidak?"
"Aku akan meminta hak ku saat itu juga!"
"Siapa takut!"
"Dan ini!" ustad Zaki menunjuk celana kurang bahan dengan sobekan dimana-mana milik Zahra hingga mengekspose sebagian besar paha mulus Zahra.
Dengan cepat Zahra menarik kaos oblongnya yang kebesaran itu hingga menutup seluruh kakinya yang di tekut.
"Kamu hanya boleh memakai celana itu di dalam kamar saja, hanya di kamar!"
"Mana bisa?" protes Zahra.
"Ya udah, kalau tidak_!" tiba-tiba ustad Zaki kembali mendekati Zahra lagi membuat Zahra memundurkan tubuhnya.
"Baik-baik, okey. Aku siap!"
"Bagus, anak pintar!" ustad Zaki mengusap kepala Zahra,
"Sudah, aku ngantuk mau tidur!"
Ustad Zaki pun tiba-tiba merebahkan tubuhnya di samping Zahra dam menarik selimut bermotif kucing berwarna putih abu-abu itu.
"Ehhh, ehhh, ustad kenapa tidur di sini?" tanya Zahra yang bingung.
"Jangan harap aku akan melakukan seperti yang ada di film-film ya, aku nggak akan tidur di bawah atau di sofa. Lagi pula di kamar ini juga tidak ada Sofanya, jadi segeralah tidur. Besok pagi aku akan mengantarmu ke sekolah!" ucap ustad Zaki sambil memejamkan matanya.
"ENGGAK!"
Teriakan Zahra berhasil membuka matanya,
"Kamu lupa dengan kesepakatan kita?"
Ahhh kenapa aku bisa terjebak begini? Dia benar-benar memerasku ...
"Baiklah!"
"Sudah segeralah tidur, kalau tidak aku akan_!"
"Iya aku tidur!" Zahra pun langsung merebahkan tubuhnya di samping ustad Zaki.
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga yang banyak biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
bru denger🤣🤣🤣🤣