Menikahi ustad tampan
...Author menyapa, hallo semuanya. Sudah lama tidak menulis di akun lama, semoga mengobati rasa rindu kalian ya. Ceritanya tidak berat tapi juga tidak ringan, semoga menghibur....
...***...
"Nak, nanti pulangnya jangan sore-sore ya!" ucap wanita yang tengah sibuk memasukkan tempe ke wajan, kompor menyala menimbulkan suara letupan khas gorengan.
Gadis dengan seragam putih abu-abu yang baru saja selesai memakai sepatunya itu terlihat memanyunkan bibirnya,
"Ada apa lagi sih Bu?" pertanyaannya lebih mirip protes, ia berjalan mendekati sang ibu dan mencomot tempe goreng yang sudah matang di atas piring tepat di samping ibunya.
"Bapakmu ingin kamu mengikuti pengajian ustad Zaki!" ucap wanita dengan rambut di ikat asal itu dengan tanpa menatap pada putrinya.
"Ohhh, ustad baru itu ya? Seneng banget sih bapak sama ustad itu, apa bagusnya coba!" protesnya lagi, Zahra jelas-jelas bukan anak masjid yang selalu datang ke masjid.
Bu Narsih menghembuskan nafasnya yang dalam, kalau sudah begitu jelas putrinya itu tidak akan pernah mau mengalah.
"Husss, jangan begitu. Ustad Zaki itu lulusan terbaik di pondoknya!"
"Kalaupun aku mondok, aku juga bisa lulus terbaik!" ujarnya begitu congkak. Padahal jika benar-benar di masukkan ke pondok belum tentu ia akan betah sehari saja.
"Kamu tuh ya, kalau di kasih tahu sukanya ngeyel!" keluh sang ibu, ia tampak mengangkat tempe terakhirnya dan memasukkannya ke dalam piring, langkahnya pasti menuju ke meja makan dan meletakkannya bersama dengan sayur bayam yang terlihat juga baru saja matang, tampak dari asap yang masih mengepul di atasnya.
Sayur bayam dan tempe goreng seperti sudah menjadi favorit di keluarga itu.
"Lagian bapak, ada-ada saja. Zahra nggak suka ya jadi anak masjid kayak si Nur itu."
"Dia kan teman kamu sejak kecil, kok bisa beda gitu, dia itu penurut sama orang tuanya!"
"Mulai deh ibu, membandingkan. Zahra nggak suka. Zahra berangkat dulu!" Zahra lebih suka menghindar jika sudah seperti itu, setiap hari rasanya sama saja yang di perdebatkan kalau tidak ibunya, bapaknya. Mereka begitu kompak menginginkan Zahra menjadi anak yang rajin pergi ke masjid meskipun kedua orang tuanya jelas bukan ustad atau kyai.
"Kamu nggak sarapan?" teriak sang ibu saat Zahra sudah hampir keluar dari rumah.
"Nggak, yang penting uang sakunya nggak lupa, Zahra juga nggak akan kelaparan!"
Narsih hanya bisa menatap kepergian putrinya sambung menggelengkan kepalanya pasrah,
"Dia benar-benar keras kepala."
Zahra, dia adalah gadis yang tinggal di salah satu kampung yang ada di kota Blitar. Usianya masih delapan belas tahun, ia baru saja menginjak kelas tiga SMA.
Zahra bukan anak yang penurut, membuat orang tuanya sering ketar-ketir, saat teman-temannya pulang sekolah jam tiga atau jam empat sore, Zahra baru akan pulang jam enam sore dengan teman-temannya yang terbilang urakan.
Nur adalah teman satu kelas sekaligus satu kampung dengan Zahra, tapi dia selalu pulang tepat waktu membuat pak Warsi, bapaknya Zahra kerap meradang memikirkan putrinya itu.
Beberapa bulan lalu, kampung mereka kedatangan seorang ustad muda yang merupakan salah satu jebolan terbaik pondok pesantren yang ada di Jombang.
Selain pandai mengaji, ia juga tampan dan pastinya sopan. Kemampuannya membaur dengan orang-orang kampung menjadi nilai plus tersendiri bagi sang ustad. Namanya ustad Zaki, usianya sekitar dua puluh lima tahun.
"Zahra!" panggil seseorang, dan Zahra langsung tahu siapa yang memanggilnya, dia Nur. Terlihat gadis itu berjalan cepat menghampiri Zahra yang tengah berdiri di tepi jalan untuk menunggu angkot yang akan membawa mereka ke sekolah,
"Tumben lebih cepat." ucap nur saat ia sudah berdiri mensejajari tempat Zahra.
"Males lama-lama di rumah."
"Ono opo maneh zah zah ...., setiap hari kerjaannya cuma ngeluh saja."
"Mumet Karo karepe bapak ibuk, (Pusing sama keinginan bapak ibu)!"
"Memangnya ada apa?"
"Masak aku di suruh ikut pengajian, ada-ada aja. Bapak itu loh, seneng banget sama si ustad baru, heran aku."
"Memang kita para remaja dapat undangan nanti sore ke masjid, Rugi tahu nggak datang, ustadnya ganteng!"
"Issstttt!"
Sebuah angkot berhenti tepat di depan mereka membuat percakapan mereka terhenti.
"Ya ampun, tampannya!" bisik Nur membuat Zahra tertarik untuk melihat ke arah sekerumunan penumpang yang baru saja turun.
"Assalamualaikum ustad Zaki!" sapa Nur dan baru kali ini Zahra melihat ustad baru yang di gandrung-gandrungi masyarakat satu kampungnya.
"Waalaikum salam, mau berangkat sekolah?"
"Iy_!" baru saja akan menjawab, Zahra langsung menarik tangan Nur agar masuk ke dalam angkot.
"Ya ampun Zah, jarang-jarang dapat kesempatan ini. Kamu malah mengacaukannya!"
"Ingat sudah hampir jam tujuh, mau telat?"
"Ya enggak!"
Akhirnya Nur hanya bisa pasrah, beruntung angkot sudah lumayan penuh jadi mereka tidak perlu menunggu penumpang lainnya lagi.
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga yang banyak biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
karyaku
hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
2024-10-27
1
Hera Puspita Sari
mampir
2024-02-07
0
Yach Yulianah
mampir 🤗
2024-02-06
0