( Zona Cinta Manis )
Midea Lestari harus menelan pil pahit ketika difitnah sudah menabrak seorang wanita yang tengah hamil besar hingga tewas. untuk menebus kesalahan yang bukan karena perbuatannya, ia harus mendekam di balik jeruji besi dan merelakan masa depannya.
Satu bulan mendekam dipenjara, akhirnya Dea dibebaskan karena keluarga korban membayar jaminan untuknya. sebagai gantinya Dea terpaksa menikah dengan Shady Hutama, duda tampan yang istrinya tewas dalam kecelakaan itu. Dea menjadi ibu pengganti untuk putri Shady yang bernama Naura.
Bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga Shady dan Dea? Apakah Dea bisa meruntuhkan kerasnya hati Shady yang selalu menaruh dendam padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 - Rasa yang Hadir
Di sebuah restoran mewah,
Seorang pria memberikan sebuah amplop kepada seorang wanita yang duduk berhadapan dengannya.
"Kau tidak akan mendapatkan uangmu jika pekerjaanmu gagal!" ancam si wanita.
"Lihatlah sendiri! Aku sudah menguntitnya sejak dua hari lalu. Gadis itu masuk ke sebuah apartemen malam tadi." ucap si pria.
Wanita yang adalah Vanessa langsung mengambil amplop besar yang ada di meja. Matanya membulat sempurna melihat foto yang ada didalamnya.
"Jadi, Clara pergi ke apartemen Rasya?" ucap Vanessa.
"Benar, Nona. Dan dia baru keluar pagi ini. Lalu dia pergi menemui seseorang di kafe."
Vanessa melihat lebih jelas foto Clara yang sedang bersama seseorang.
"Siapa gadis ini? Mereka terlihat sangat akrab." tanya Vanessa.
"Aku tidak tahu, Nona. Tapi jika Nona ingin aku menyelidikinya, maka..."
"Tidak! Kurasa dia hanya teman dekat Clara saja. Baiklah. Terima kasih atas kerja kerasmu. Aku akan menghubungimu lagi jika aku butuh bantuan. Kau boleh pergi!"
Pria berpakaian serba hitam itu segera pergi setelah mendapatkan bayarannya. Vanessa menatap foto-foto Clara.
"Brengsek kau, Rasya! Jadi kau malah membela Clara, huh! Kalian berdua lihat saja! Bagaimanapun kalian menghalangiku untuk mendapatkan Shady, kalian tidal akan berhasil!" gumam Vanessa dengan tangan terkepal.
#
#
#
Clara dan Dea memasuki rumah keluarga Hutama. Nilam menyambut kepulangan putrinya dengan haru. Nilam memeluk Clara dengan erat.
"Maafkan Clara, Bu. Clara sudah membuat Ibu cemas." Clara menangis dalam dekapan Nilam.
"Sudahlah, Nak. Yang penting kau baik-baik saja. Sekarang temui abangmu di ruang keluarga. Dia sudah menunggumu disana."
Clara melirik Dea sebelum melangkah menemui Shady. Setelah menarik napas, Clara berjalan memasuki ruang keluarga.
"Hai, Bang..." sapa Clara yang tampak canggung.
"Hai, Dik." Shady beranjak dari duduknya dan menghampiri Clara. Ia langsung memeluk tubuh sang adik.
"Maafkan abang, Sayang. Abang terlalu emosi." Shady menyesali perbuatannya kepada Clara.
"Maafkan aku juga, Bang. Aku tahu aku salah sudah menampar kak Vanessa. Sekarang aku akan menanggung semuanya. Aku akan bertanggung jawab, Bang."
Shady mengurai pelukannya. "Ini baru namanya adik abang!"
Kemudian mereka tertawa bersama. Kehangatan di keluarga Hutama pun sudah kembali.
Mereka makan malam bersama di selingi dengan tawa renyah dan celotehan dari si kecil Naura. Gadis kecil itu sudah bisa mengucapkan beberapa kata dari bibir mungilnya.
Selama ini Dea merawatnya dengan baik. Bahkan tumbuh kembangnya selalu Dea catat dalam buku catatan kesehatan. Dea selalu memastikan jika asupan nutrisi dan gizi yang diterima Naura sudah mencukupi sesuai kebutuhan usianya.
Malam kian menuju larut, Dea kembali ke kamarnya dan ingin segera tidur. Namun Shady mengajaknya bicara di balkon kamar.
Untuk pertama kalinya Dea datang ke tempat itu yang ternyata langsung melihat pemandangan langit malam yang indah.
"Naura sudah tidur?" tanya Shady.
"Sudah, Mas," jawab Dea sambil menatap bintang dan bulan. Dea sangat menyukai suasana malam.
"Terima kasih ya untuk hari ini."
Dea menoleh pada Shady. "Sama-sama, Mas."
"Umm, Dea. Aku ... aku ingin meminta maaf padamu," ucap Shady ragu.
Dea mengangguk. "Untuk apa?"
"Untuk semuanya"
"Baik. Aku sudah memaafkanmu."
Entah kenapa suasana mulai terasa canggung. Angin malam berhembus dengan lembut dan membuat tubuh Dea mulai terasa dingin.
"Disini dingin, Mas. Aku akan masuk saja!" Dea hendak melangkah, tapi Shady melarangnya.
"Pakailah ini!" Shady mengambil selimut yang ada di kursi balkon. Sepertinya ia sudah menyiapkan semua ini.
Shady membungkus tubuh Dea dengan selimut itu.
"Tidak perlu begini, Mas."
"Tidak apa. Sudah hangat kan? Lebih hangat lagi jika kita saling berpelukan saja."
"Eh?" Dea memalingkan wajahnya.
"Dea, aku tahu selama ini aku punya banyak salah padamu. Aku selalu dibutakan oleh rasa dendam atas kecelakaan Nola. Meski semua itu masih menjadi misteri, kini aku akan mulai meyakini sesuatu."
Dea menatap Shady. Mencoba mencari sebuah kebenaran dari sorot mata pria itu.
"Bisakah kita memulai semuanya dari awal?" Shady menggengam kedua tangan Dea.
"Kau adalah wanita yang baik. Kau ibu yang baik untuk Naura. Dan kau juga sahabat yang baik untuk Clara. Aku ... aku ingin kita menjalani pernikahan ini dengan normal."
Dea menepis tangan Shady. Dea memandang ke arah lain.
"Dea, tolong lihat aku!" Shady merangkum wajah Dea.
"Kumohon...!" pinta Shady yang memang terdengar tulus.
"Aku ... aku tidak tahu apa yang sebenarnya sedang kujalani ini. Pernikahan ini, hubungan ini. Aku hanya ingin menjalani kehidupanku seperti dulu. Sebentar lagi kuliahku selesai, dan aku hanya ingin satu hal darimu." lirih Dea.
"Apa itu?"
Dea melepas tangan Shady dari wajahnya. "Ceraikan aku, Mas!"
Shady tertegun. Sejenak otaknya berusaha menyaring informasi yang ia dengar.
"Aku mohon, cer..."
Tak sampai berkata untuk kedua kalinya, Shady sudah lebih dulu membungkam bibir Dea dengan bibirnya. Menahan tengkuknya agar Dea tak bisa lepas darinya.
Dea hanya diam. Matanya terpejam, tangannya terkepal. Ini adalah ciuman kedua baginya. Tapi Dea sendiri tidak tahu apa yang dirasakannya. Dia memang menyukai Shady. Dengan semua sejuta pesona yang dimiliki pria itu. Tapi Dea tak ingin berharap lebih pada pernikahan yang hanya sementara ini.
Shady meluapkan semua rasa aneh yang menjalari hatinya. Mencoba membuat Dea mengerti dengan semua sentuhan yang dia berikan. Tapi ternyata Dea sama sekali tak membalas.
Setelah dirasa cukup, Dea mulai mendorong tubuh Shady.
"Hentikan, Mas!" Dea memegangi bibirnya. Matanya sudah berkaca-kaca.
Kali ini memang tak ada kekerasan. Shady memperlakukannya dengan lembut. Tapi Dea tak ingin terbuai dengan semuanya.
"Apa yang sebenarnya kamu rasakan, Mas? Kenapa melakukan ini?" tanya Dea dengan suara bergetar.
Shady terdiam sejenak. "Entahlah..."
Satu kata yang membuat Dea menghela napas.
"Sudah lama sekali aku tidak merasakan rasa ini. Hatiku seakan pergi bersama dengan Nola."
Dea sudah tak ingin mendengar apapun lagi dari mulut Shady. Dea melangkah pergi dari balkon itu.
"Aku menyukaimu, Dea."
Dea terhenti diambang pintu. Telinganya tidak salah dengar, bukan?
"Entah sejak kapan aku merasa begini. Tapi, aku merasakan hal yang berbeda saat menyentuhmu. Aku merasa nyaman denganmu. Tolong jangan pergi!"
Dea kembali menatap Shady. "Aku juga memiliki rasa untukmu, Mas. Tapi aku tidak mau terhanyut. Karena aku tahu siapa aku disini. Aku hanya ibu pengganti dan istri kontrakmu!"
"Jangan bicara begitu, Dea!" Shady memeluk Dea dengan erat.
"Aku tahu selama ini aku banyak membuatmu menderita. Aku sudah menyakitimu. Tapi tolong berikan kesempatan padaku untuk memperbaiki ini semua! Tolong, Dea!"
#
#
#
Keesokan harinya,
Usai perbincangan mereka malam tadi yang masih belum menemukan titik terang, Dea memilih tidur di kamar Naura. Kali ini Shady tidak memindahkannya.
Dea terbangun dan melihat Naura masih terlelap dengan nyenyaknya. Dea menciumi pipi gembul bocah itu.
Rasanya berat bagi Dea jika suatu hari dia akan meninggalkan Naura. Dea berusaha menguatkan hati. Tekadnya untuk segera keluar dari rumah ini sedikit goyah karena kalimat-kalimat Shady semalam.
"Tidak! Aku tidak boleh lemah! Aku pasti bisa!" gumam Dea dalam hati.
Dea segera beranjak dari tempat tidur. Ia menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri.
Begitu memasuki kamar, Dea tak melihat keberadaan Shady di tempat tidur.
"Kemana Mas Shady?" gumam Dea lalu masuk ke kamar mandi. "Mungkin sedang olahraga."
Lima belas menit kemudian, Dea keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang melilit di tubuhnya dan juga rambut yang nampak basah. Suasana kamar nampak masih sepi, makanya Dea sendiri berani keluar tanpa pakaian. Ia sendiri lupa mengambilnya saat masuk kamar mandi tadi.
Dea berdendang ria sambil mengeringkan rambutnya. Ia meliukkan sedikit tubuhnya untuk menghibur diri. Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi, jadi Dea masih bisa bersantai sejenak.
Saat sedang menuju lemari pakaiannya...
"Kamu sengaja menggodaku ya?"
Sebuah suara dari arah belakang Dea membuat gadis itu bergidik dan berbalik badan.
"Mas Shady?"
dan yg mengirim bunga ke makam nola adalah rasya.
ceritanya bagus