"Aku mencintainya, tapi jika dia mencintai kakakku, maka aku ikhlas."
Rheana Dwika Chandrama, seorang gadis cantik keluarga kaya yang jatuh cinta kepada seorang pria hanya dalam pandangan pertama.
Namun cintanya harus kandas sebelum dimulai saat dirinya mengetahui bahwa pria yang ia cintai, malah mencintai kakaknya sendiri.
Hati Rheana hancur, namun tidak ada yang bisa ia lakukan selain mengikhlaskan cintanya untuk sang kakak.
Rasa ikhlas dan ketulusan Rheana tidak dipercaya oleh kakaknya, Velia. Wanita itu menganggap bahwa Rheana bersandiwara untuk mendapatkan perhatian kekasihnya, sehingga ia nekat melakukan rencana jahat kepada adiknya.
Tepat di hari pernikahan Velia dan Cakra, Velia dinyatakan hilang usai mengalami kecelakaan mobil, dan Rheana yang dijadikan tersangka karena ia yang terakhir bersama Velia.
Sejak hari itu, kehidupan Rheana yang indah berubah menjadi mengerikan. Dipaksa menikah untuk dijadikan objek balas dendam.
Follow ig : Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembelaan atau harapan?
Rheana menangis sejadi-jadinya. Ia menatap ke sekeliling dimana keluarganya berada, menatap dengan penuh permohonan agar ia bisa dibela, namun sayangnya tidak ada satupun orang yang mau membuka suara untuk sekedar membela dirinya.
“Aku tidak pernah membunuh kak Velia, aku tidak akan mungkin melakukan itu.” Ucap Rheana pelan.
Suaranya semakin habis karena rasa sesak di dadanya. Siapa yang akan kuat jika mendapat tuduhan sebesar ini, apalagi dari orang yang paling ia percayai dalam hidupnya.
Selama ini Rheana menjadikan Velia sebagai sosok panutannya, ia tidak pernah sekalipun menyangkal segala kebaikan yang ada dalam diri Velia, namun apa yang ia dapatkan sekarang.
Rheana berlutut dihadapan ibunya, ia menangis di kaki mama Erina dengan rasa sedih yang mengalahkan apapun di dunia ini.
Mama Erina adalah satu-satunya harapan Rheana, ia berharap ibunya, wanita yang melahirkannya akan percaya kepadanya.
“Ma, Mama percaya padaku kan? aku tidak mungkin melakukan itu.” Ucap Rheana sambil berlinang air mata.
Mama Erina hanya diam, meskipun air matanya pun tidak henti mengalir dari matanya yang cantik karena telah mendapat riasan.
“Ma, aku tidak mungkin membunuh kakakku sendiri.” Ucap Rheana lagi.
Rheana beralih kepada sang papa, ia berharap papanya akan percaya meskipun selama ini ia terlihat lebih menyayangi Velia. Rheana tidak pernah iri, namun untuk kali ini saja ia ingin papanya memihak kepadanya.
“Hiks … Papa, aku mohon percayalah padaku.” Lirih Rheana sambil menundukkan kepalanya.
“Ryan.” Panggil Rheana penuh harapan.
Rheana bangkit, namun ia terjatuh karena tubuhnya terlalu lemas. Ryan terlihat ingin membantu, namun sang papa mencegahnya.
Air mata Rheana semakin pecah. Ia tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa sekarang, semua orang yang ia harapkan akan membelanya, nyatanya semuanya hanya diam.
“Hentikan tangis sandiwaramu, Rheana.” Ucap Cakra dengan nada yang dibuat sepedas mungkin.
Dia Cakra, salah satu orag yang Rheana daftarkan dalam urutan orang yang paling ia harapkan akan mempercayainya, namun hasilnya sama saja dengan yang lain.
Rheana bangkit, ia menyeka air matanya dan menatap Cakra dengan tatapan antara sedih, takut dan tidak terima.
“Aku tidak pernah membunuh kak Velia, jangankan melakukannya, aku bahkan tidak pernah berpikir begitu!” bantah Rheana, ia berusaha untuk berani meskipun tidak ada yang membelanya.
“Benarkah? jadi maksudmu Velia yang berbohong disini?” tanya Cakra seraya berjalan mendekati Rheana.
Cakra mencekal lengan kanan Rheana seraya menatapnya dengan tajam. “Apa llkau punya bukti jika Velia berbohong?’ tanya Cakra penuh penekanan.
Rheana menepis tangan Cakra.
“Aku bertanya hal yang sama, apa kalian semua punya bukti jika aku yang membunuh Velia?” tanya Rheana balik.
Cakra terdiam beberapa saat, ia hendak menjawab, namun ucapannya terhenti saat ada tiga orang anggota kepolisian datang.
“Selamat pagi, benar disini ada keluarga dari nona Velia Chandrama?” tanya salah satu polisi.
Cakra mendekati polisi itu. “Ya, Pak. Saya calon suaminya, dan mereka orang tuanya.” Jawab Cakra menunjuk kedua orang tua Rheana.
Bukan hanya Cakra yang mendekati polisi tersebut, tapi semua orang yyang ada disana. Mereka semua tentu saja penasaran dengan laporan yang dibawa polisi.
“Kami datang kemari untuk memberitahu bahwa nona Velia mengalami kecelakaan pukul lima pagi tadi.” Jelas polisi tersebut.
Rheana yang mendengar itu lantas mendekat.
“Jadi kak Velia kecelakaan?’ tanya Rheana terkejut.
“Tidak sepenuhnya benar.” Jawab polisi itu yang semakin membuat kebingungan.
“Apa maksud anda, Pak?” Tanya Papa Wawan.
“Ini kasus pembunuhan, sebab kami menemukan sopir taksi yang ditumpangi nona Velia. Dia mengaku bahwa telah mendapat perintah dari seseorang untuk melenyapkan nona Velia dengan membuat kecelakaan.” Jawab polisi menjelaskan.
Semua orang seketika langsung menatap Rheana. Mereka semua dapat diyakini semakin tidak percaya dengan Rheana, dan itu semua karena kebohongan Velia lagi.
“Siapa yang telah menyuruhnya?” tanya Cakra pelan dan hati-hati.
“Siapa disini yang bernama Rheana, sopir itu telah menyebut namanya dalam kesaksian?” tanya polisi tanpa menjawab pertanyaan Cakra.
Rheana gemetar, meskipun ia tidak merasa salah, akan tetapi ia tetap saja takut apalagi sampai berurusan dengan hukum.
“Saya tidak pernah menyuruh siapapun untuk melakukan tindak kejahatan.” Ucap Rheana saat semua orang semakin tajam menatapnya.
Polisi yang tadi bicara menatap seorang polisi wanita untuk mendekati Rheana, dan bersiap untuk memborgol Rheana, namun Cakra mencegahnya.
“Pak, ini memang kasus pembunuhan. Tapi belum ada bukti yang memberatkan Rheana, bisa saja sopir taksi itu membuat kesaksian palsu.” Ucap Cakra yang seketika membuat semua orang termasuk Rheana tercengang.
“Jadi tolong selidiki dulu kasusnya, kami menolak penangkapan tanpa adanya surat perintah yang resmi.” Lanjut Cakra.
Ketiga polisi itu saling tatap, mereka setuju dengan usulan yang Cakra katakan.
“Baik, tapi nona Rheana dilarang meninggalkan negara ini sampai kasusnya selesai untuk diselidiki.” Ucap polisi itu dengan tegas.
Cakra hanya mengangguk sebagai balasan, membuat ketiga polisi itu langsung pergi.
Sepeninggal polisi tadi, semua orang langsung mendekati Cakra dan mempertanyakan tindakan yang pria itu lakukan barusan.
“Cakra, apa semua ini?” tanya Mama Mila, sang ibunda.
Cakra tidak menjawab, pria itu menatap Rheana yang diam dengan penuh pertanyaan, meskipun dalam hati kecil Rheana ada rasa senang dengan pembelaan dari Cakra.
“Velia telah dilenyapkan, dan aku tidak akan membiarkan pelakunya bisa mendapat hukuman yang ringan. Penjara tidak cukup pantas untuk seorang adik yang tega melenyapkan kakaknya sendiri.” Ucap Cakra sambil terus menatap Rheana.
MAKIN PENASARAN KAN? PLISS JAWAB IYAAAA
Bersambung...........................