Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Candra terkejut, matanya membulat. "Ma-maksud Anda apa, Erlin? Saya anak dari Askara Wijaya pemilik perusahaan PT Abadi Sentosa? Jangan bercanda, Erlin. Saya ini cuma orang biasa. Saya cuma petugas kebersihan yang tugasnya nyapu jalan. Mana mungkin saya tiba-tiba jadi anak konglomerat? Anda pasti salah orang. Mungkin hanya kebetulan saja nama belakang saya sama seperti Askara Wijaya."
"Sekarang aku mau tanya sama kamu, Candra. Di mana orang tua kamu?" tanya Erlin, memandang lekat wajah Candra.
Pria itu hanya terdiam seraya menggerakkan matanya ke kiri dan ke kanan dengan perasaan bingung. Ya, bingung. Dirinya tidak tahu di mana orang tuanya berada karena ia menghabiskan masa kecilnya di panti asuhan. Candra bahkan tidak mengingat kapan ia dititipkan ke tempat itu dan pemilik panti pun tidak pernah memberitahukan siapa orang tuanya. Selama ini, ia hanya hidup sebatang kara. Fokus mencari nafkah untuk menghidupi dirinya sendiri dan tidak pernah mencari tahu siapa orang tua kandungnya. Rasanya benar-benar seperti mimpi ketika ada seseorang yang mengatakan bahwa ia adalah putra dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia.
"Kamu pasti bingung 'kan karena kamu gak inget siapa orang tua kamu?" tanya Erlin seraya menyandarkan punggung di sandaran kursi. "Aku juga gak tau kenapa kamu bisa hilang waktu kecil, tapi yang jelas Nyonya Rosalinda udah mencari kamu sejak lama bahkan sempat mengadakan sayembara dengan bayaran yang cukup besar demi menemukan kamu, tapi yang datang malah para penipu yang mengaku-ngaku sebagai kamu."
"Tunggu, apa Nyonya Rosalinda itu I-ibu kandung saya?"
"Untuk masalah itu, biar nanti Nyonya sendiri yang menjelaskannya sama kamu. Yang pasti, kamu harus test DNA buat membuktikan kalau kamu benar-benar anak kandung dari Tuan Askara Wijaya."
"Test DNA?"
Erlin menganggukkan kepala, kembali duduk tegak dengan raut wajah serius. "Pokoknya, kamu tenang aja. Aku yang akan mengurus semuanya. Hari ini juga kita ke Rumah Sakit. Oke?"
Candra terdiam dengan perasaan bingung. Rasanya masih seperti mimpi, perasaannya masih melayang, kedua kakinya bahkan terasa mengambang, seolah tidak benar-benar berpijak. Rasanya mustahil, pria miskin seperti dia ternyata putra yang hilang beberapa tahun silam.
"Kenapa kamu diem aja? Kamu mau 'kan test DNA?" tanya Erlin seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Candra.
"Hah? I-iya, saya mau," jawabnya dengan wajah bingung.
"Hmm ... kalau kamu terbukti anak kandung Tuan Askara Wijaya, kamu akan mewarisi semua hartanya termasuk perusahaan PT Abadi Sentosa. Aku gak sabar pengen liat reaksi mantan pacar kamu itu, Can. Dia pasti syok berat setelah tau bahwa laki-laki yang dia sebut miskin dan dihina habis-habisan ternyata adalah sang pewaris tunggal."
Candra tersenyum cengengesan seraya menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak terasa gatal. "Belum tentu juga, Er. Kita masih harus nunggu hasil test DNA. Kalau ternyata saya bukan anak yang hilang itu, gimana?"
"Ya nggak gimana-gimana, tapi kalau ngeliat sikap Nyonya Rosalinda tadi, aku yakin kamulah orangnya."
Candra kembali terdiam dengan helaan napas panjang. Tidak lama kemudian, pelayan restoran datang dengan membawa makanan yang dipesan oleh Erlin. Berbagai makanan lezat pun disajikan di atas meja, di susun rapi dan mengeluarkan aroma lezat dan menggugah selera. Candra menatap berbagai makanan tersebut dengan kening dikerutkan.
"Kita cuma berdua, Er. Kenapa pesan makanan sebanyak ini?" tanyanya, ia yakin harga dari makanan yang berada di hadapannya itu tidak main-main mahalnya.
"Ya kita berdua dong. Nyonya bilang sama aku buat beliin makanan yang enak buat kamu," jawab Erlin dengan senyum lebar. "Makan yang kenyang sebelum kita ke Rumah Sakit. Kamu tenang aja, semua ini aku yang bayar."
Candra hanya menganggukkan kepala dengan senyum ringan. Senyuman yang sukses membuat hati Erlin bergetar. Wajah Candra tampan dan berkarisma, jika seragam petugas kebersihan yang dikenakan oleh pria itu ditanggalkan dan diganti dengan jas mahal, ia yakin Candra Wijaya akan menjelma menjadi pria yang sempurna. Erlin semakin tidak sabar ingin melihat reaksi Viona setelah wanita itu tahu bahwa pria yang dia hina dan rendahkan itu ternyata adalah pewaris tunggal.
"Si Viona benar-benar bodoh. Cowok kayak Candra malah disia-siain. Dia gak tau siapa Candra sebenarnya. Hmm ... aku gak sabar pengen liat reaksi dia setelah tau siapa Candra. Aku yakin dia akan berlutut di kaki Candra meminta untuk kembali sama dia. Ya, mudah-mudahan Candra gak mau balikan sama cewek gak tau diri itu," batinnya, memandang lekat wajah Candra membuat pria itu seketika gugup.
"Kenapa kamu liatin saya kayak gitu, Erlin? Saya gak bisa makan kalau terus diliatin sama cewek cantik kayak kamu," ujar Candra seraya meraih gelas berisi air putih lalu meneguknya pelan.
Erlin menoleh ke arah samping dengan wajah memerah. "Nggak ko, gak apa-apa. Dilanjut makannya," jawabnya dengan gugup.
***
Setelah mendatangi Rumah Sakit untuk melakukan test DNA, Erlin dengan mengendarai mobilnya mengantar Candra pulang ke kontrakan, tempat di mana pria itu tinggal. Mobil yang ditumpangi oleh mereka pun berhenti tepat di depan gang sempit dikawasan padat penduduk.
"Makasih, Erlin. Eu ... saya turun dulu, ya," ucap Candra hendak membuka pintu mobil, tapi niatnya itu ia urungkan lalu kembali menoleh dan memandang wajah Erlin yang duduk di jok supir. "O iya, makasih juga makanannya. Lain kali saya yang traktir kamu."
"Kamu gak mau ngajakin aku mampir? Maaf, bukan maksud aku bersikap gak sopan, tapi Nyonya Rosalinda ingin tau di mana kamu tinggal," ujar Erlin dengan perasaan tidak enak.
"Tapi saya cuma tinggal di kontrakan kecil, Erlin. Agak kurang percaya diri juga kalau harus bawa cewek secantik kamu ke kontrakan kumuh."
"Kamu tenang aja, kamu gak akan lama tinggal di kontrakan kamu itu, Candra. Setelah hasil test DNA itu keluar, kamu akan tinggal di rumah muewaaaah banget."
Candra tersenyum lebar. "Akh, kamu bisa aja. Belum tentu juga hasilnya positif, 'kan?"
"Udah jangan banyak omong, aku mampir ke kontrakan kamu sebentar, setelah itu langsung pulang. Kamu tau 'kan aku harus bikin laporan yang terperinci sama Nyonya Rosalinda."
Candra tidak memiliki pilihan selain menganggukkan kepala, menyetujui permintaan Erlin yang merupakan asisten Rosalinda. Keduanya pun membuka pintu mobil lalu melangkah memasuki gang sempit dengan tanah yang agak sedikit becek. Erlin mengernyitkan kening, ia benar-benar merasa tidak habis pikir, bagaimana bisa seorang Candra Wijaya yang merupakan putra tunggal dari salah satu orang terkaya di negara ini bisa tinggal di tempat kumuh?
Sampai akhirnya, mereka pun tiba di tempat yang dituju, bangunan memanjang dengan pintu berjejer dan tertutup rapat. Namun, Candra seketika mengerutkan kening saat melihat kontrakan miliknya terbuka dengan pakaian dan perabotan yang sudah berada di luar, bahkan berceceran tidak karuan.
"Astaga, ada apa ini?" gumamnya, melangkah cepat menuju kontrakan.
Hal yang sama pun dilakukan oleh Erlin. "Ada apa, Can? Barang-barang itu punya kamu?" tanyanya seraya menatap barang-barang yang berserakan tepat di depan pintu salah satu kontrakan.
Seorang wanita paruh baya pun berjalan keluar dari dalam kontrakan, menatap wajah Candra dengan sinis. "Akhirnya kamu pulang juga, Candra," ucapnya ketus.
"Ini barang-barang saya kenapa ada di luar semua, Bude?" tanya Candra, menghentikan langkahnya tepat di depan pakaian miliknya yang berserakan di lantai.
"Kenapa? Kenapa kau bilang?" bentak wanita tersebut dengan mata membulat. "Lima bulan kau tak bayar kontrakan. Bilangnya bulan depan lagi, bulan depan lagi. Saya udah muak, Candra. Kalau kamu gak sanggup bayar, sana tinggal di kolong jembatan. Mulai hari ini, kamu angkat kaki dari kontrakan saya. Kontrakan ini mau saya kasih ke orang yang mampu bayar. Dasar miskin!"
Bersambung ....
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭