Dua tahun yang lalu, Suami dan Ibu mertua mengusir setelah menceraikannya.
Dena sedang hamil pada saat itu, Suami yang sedari awal pernikahan sangat membencinya dan mengganggap anak dalam kandungan Dena bukan hasil perbuatannya tanpa perasaan mengusirnya dari rumah.
Kini Dena kembali sebagai orang berbeda yang masuk dalam keluarga mantan Suaminya.
Ia akan balas dendam!
Membalaskan perasaan sakit hati yang Rafa dan keluarga berikan padanya bertubi-tubi lebih sakit dari yang ia rasakan selama pernikahan yang sungguh menyakitkan itu!
Apa rencana Dena akan berhasil? Atau dia malah terjebak sebagai 'wanita' yang dicintai Rafa setelah penampilannya berubah?
Kalau suka, berikan like, komentar, dan vote, gift ya…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OO SWEETIE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Apa Balas Dendammu Sudah Selesai?
Dena turun dari taxi, dengan sebuah koper yang diseret bersama tas kantor yang diletakkan di atasnya.
Rafa masih ada dalam mobil. Dia melihat kemana mantan istrinya berjalan. Sempat ia menyuruh supir untuk berhenti sampai ia katakan jalan.
Dena langsung melebarkan kedua tangan saat Ray dan Rama membuka pintu dan memperlihatkan tubuhnya. Rama digendong di depan Ray.
"Hallo, putra Bunda…" ucap Dena senang. Dia mengalih gendongkan Rama, menciumi pipi gembul Rama dengan penuh kerinduan. "Apa kamu baik-baik saja bersama Ayah?"
Tentu tiada jawaban, tapi Rama yang suka mengangguk dengan wajah imutnya membuat Dena dan siapa saja yang melihatnya gemas.
Di sisi lain Rafa melihat kebersamaan Dena dengan putranya yang sering Rafa dengar sebagai Rama, entah mengapa terharu.
Penglihatan Rafa sangat baik, sehingga ia bisa melihat wajah Rama yang membingungkannya sedikit mengingatkannya pada rupa wajahnya semasa bayi.
Apa benar Rama adalah bayi Dena dan Suami keduanya? Secara, Dena sendiri sedang hamil saat Rafa usir dari rumah karena hasutan. Masa ada laki-laki yang mau menerima Dena apa-adanya? Sedang Rafa sendiri, paling tidak bisa menerima orang apa adanya, harus ada apanya.
Apa mungkin, bayi hasil perbuatan Rafa–yang jelas Rafa ingat gimana pembuatannya itu sudah meninggal sewaktu dalam kandungan. Jadi memang benar Rama adalah bayi Dena dan Suaminya?
Ini seperti problem untuknya.
"Apa sudah bisa berangkat, pak?" tanya supir taxi membuyarkan lamunan Rafa.
"Hm ya. Jalanlah."
Sengaja Dena membiarkan dirinya di antar sampai ke rumah sementara Rafa yang kedua, bukan untuk pamer kebahagiaan, tapi mengingat kejadian sebulan yang lalu seorang wanita yang mungkin adalah istri Rafa melihat dengan pandangan kurang suka pada Dena yang mengantar Rafa pulang.
Jadi dengan kata lain, Dena tidak ingin ada kesalahanpahaman antara Dena dan Istri Rafa.
Kembali pada Dena.
Setelah melihat sekilas kalau mobil itu sudah tidak ada di depan rumah mereka lagi, Dena memberi Rama pada Ray. Terus Dena memeluk kedua orang itu dan berkata. "Kalian penyelamatku!" ucapnya bahagia.
Kening Ray otomatis mengerut. "Penyelamat apa?" tanya Ray tidak mengerti jalan pikiran Dena.
"Kalian sudah membantuku membuat cemburu si Rafa!"
"Apa maksudmu?" lagi-lagi Ray bertanya.
"Hm, ada deh. Ayo masuk. Aku bawakan oleh-oleh dari Batam! Bingka Bakar dan billis molen!" ucap Dena lagi-lagi mengalihkan pembicaraan.
Hidangan disajikan tepat di hadapan. Keluarga kecil itu ada di ruang keluarga dan menyantap oleh-oleh yang dibawa Dena dari jauh.
"Hm, maaf kalau membuatmu tersinggung. Tapi dari telpon empat jam lalu kau bersikap aneh. Apa yang kukatakan beda juga jawabanmu. Sebenarnya apa rencanamu, bukan ingin menggurui, tapi siapa tau kau kesulitan, aku bisa membantumu. Aku suamimu, Dena. Bukan orang lain, jagan sungkan-sungkan minta pertolonganku." Terlihat keseriusan di wajah Ray.
"Rencanaku hanya satu. Buat Rafa tersiksa dengan hidup yang dijalaninya. Tapi aku mau balas dendam tersembunyi. Supaya ada efek kejut sampai Rafa tau siapa Dena Aulia sebenarnya."
"Sampai kapan, Dena? Aku cemburu melihatmu bersama Rafa hampir di segala waktu. Bersama terus … apa tidak takut nantinya bukan kau yang hancurkan hatinya, malah hatimu yang diambil?"
Benar juga kata-kata Ray! Gumam Dena dengan kepala yang berbipikir.
"Tapi aku suka kalau kau sebut aku 'suami' jangan padamkan kata-kata itu dari mulutmu ya. Aku mau mendengarnya setiap hari," lanjut Ray tampak senang.
**