Keputusasaan yang membuat Audrey Cantika harus menandatangani perjanjian pernikahan yang dibuat secara sepihak oleh laki-laki berkuasa bernama Byakta Arsena.
"Lahirkan seorang anak untukku, sebagai tebusannya aku akan membayarmu lima miliar," ucap laki-laki itu dengan sangat arogan.
"Baik! Tapi ku mohon berikan aku uang terlebih dahulu, setelah itu aku akan melakukan apapun yang Tuan inginkan, termasuk melahirkan seorang anak," jawab Audrey putus asa.
Laki-laki itu mendengus saat Andrey meminta uang, ia berpikir semua wanita sama saja, yang mereka pikirkan hanya uang dan uang tanpa mementingkan harga dirinya.
Yuk ikuti terus!! ☺️☺️
Mohon bijak dalam memilih bacaan dan jika suka ceritanya silahkan tinggalkan like komen dan klik ♥️
Jika tidak suka bisa langsung tinggalkan, tanpa memberi komentar yang membuat penulisnya down 🙏☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifah_Musfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RLM bab 21
Pagi ini Audrey terbangun lebih awal dari biasanya, sejak tadi malam ia merasakan pusing dikepalanya dan hingga pagi ini sakit kepalanya belum juga sembuh dan sekarang ditambah dengan rasa mual yang begitu mengganggu.
"Kenapa perutku mual sekali," ucap Audrey pada dirinya sendiri.
Ia berjalan ke kamar mandi sambil.
berpikir, mungkin hanya masuk angin saja. Lalu ia memutuskan untuk ke kamar mandi, namun saat ia melihat wajah Byakta yang sedang tertidur pulas tiba-tiba rasa mual itu semakin menjadi.
Audrey berlari cepat menuju kamar mandi, karena sudah tidak tahan lagi untuk memuntahkan isi perutnya yang meronta minta dikeluarkan segera.
Suara orang muntah begitu jelas terdengar, membuat Byakta terjaga dari tidur nyenyaknya. Ia mengerjap sambil mendengarkan suara orang yang sedang muntah. Benar, ini di kamar mandinya, segera ia bergegas ingin mengecek siapa itu.
Saat akan turun dari kasur, ia melihat tempat tidur Audrey kosong, dengan cepat ia berlari ke kamar mandi dan benar saja Audrey sedang menahan gejolak itu dari dalam perutnya untuk dikeluarkan.
"Apa kau baik-baik saja? Kalau sakit, kenapa tidak mengatakannya padaku?" tanya Byakta khawatir.
Sejak mengetahui kehidupan miris istrinya, nada bicara Byakta sedikit melunak walau kadang masih terdengar ketus dan arogan.
Audrey hanya menggeleng, ia juga tidak tahu, ada apa dengan dirinya. Setelah mengeluarkan semuanya Audrey mendadak jatuh pingsan.
Byakta segera menangkap tubuh mungil itu, tidak menunggu lama, ia segera membawa Audrey ke tempat tidurnya.
Setelah membaringkan Audrey, Byakta langsung berlari ke lantai bawah dengan berteriak memanggil semua orang.
"Ada apa, By? Kenapa berteriak!" tanya bibi Lauren kaget.
"Bi, dia pingsan," adunya pada bibi Lauren "cepat panggil dokter, kalian nunggu apalagi, istriku pingsan tapi kalian malah bengong!" bentak Byakta.
Salah satu pelayan wanita segera berlari menghubungi dokter keluarga, ia mengatakan bahwa Nona mudanya sedang sakit.
Sementara bibi Lauren dan Byakta pergi ke lantai atas untuk melihat keadaan Audrey.
"Kenapa bisa terjadi, apa dia sakit?" tanya Bibi Lauren pada Byakta.
"Aku tidak tahu, waktu aku terbangun, dia sudah berada di kamar mandi sedang muntah-muntah," jelas Byakta.
Tak menunggu lama, dokter keluarga sudah sampai di rumah besar Byakta dengan koper di tangannya.
"Dok, segera periksa istri saya," titah Byakta.
Rasa takut dan was was menyelimuti hati Byakta, saat Audrey mengeluarkan isi perutnya, ia terlihat pucat bagai tak berdarah.
Tidak lama dokter selesai memeriksa keadaan Audrey, ia menghela nafas lega, ternyata tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Bagaimana, Dok?" tanya bibi Lauren tak sabar
Dokter itu memberi isyarat dengan senyum, bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Semua baik-baik saja, nyonya. Setelah Nona sadar dan sudah bertenaga segera bawa ia periksa ke Obgyn, karena sepertinya beliau sedang hamil,"
Byakta mematung mendengar penuturan dokter itu akan keadaan Audrey, ia tidak percaya ini, hal yang sangat ia nanti-nanti akhirnya datang juga.
"Benarkah itu, Dok? Katakan, katakan kalau saya tidak salah dengar, katakan dok!" Ada yang membuncah dalam hatinya.
Bukan soal kehamilan, tapi soal perceraian, ia senang karena dengan ini, perceraian tidak akan terjadi.
Ingin ia bersorak riang, sungguh Tuhan sangat baik padanya, saat ia tidak punya alasan untuk menahan Audrey, Tuhan memberikan anugerah indah itu disaat yang tepat.
"Benar, Tuan. Kemungkinan sebentar lagi Anda akan menjadi seorang ayah," ujar dokter itu percaya diri.
Meski bukan dokter kandungan, tapi ia cukup tahu dengan kondisi awal kehamilan yang sering dialami kebanyakan wanita pada umumnya.
"Bibi dengar? Aku akan menjadi ayah, Bi," ucap Byakta kegirangan.
'perceraian? Ya, dengan ini aku bisa menahannya lebih lama, sampai dia menemukan seseorang yang mau menikahinya, aku akan membantunya' Gumam Byakta dalam hati.