Pernikahan Impian. Itulah yang di harapkan oleh Kirana Amanda akan rumah tangganya bersama Rasya Adilla Ibrahimi. Namun nyatanya, Pernikahan yang dia Impikan tak sesuai dengan yang ia harapkan. Pria yang sejak awal menjadi penguatnya justru menjadi suami yang selalu membuatnya makan hati hampir setiap waktu.
Akankah Kirana mampu bersabar dengan sang suami yang belum selesai dengan masa lalunya itu? Atau Kirana akan mengambil sikap atas pernikahan Impiannya?
•••••
"Tolong beri aku satu kesempatan sekali lagi. Kali ini aku berjanji akan memperbaiki pernikahan yang kamu impikan selama ini." Rasya Adilla Ibrahimi
"Andai kamu ingkar janji, Tolong izinkan aku membangun pernikahan Impian bersama pria lain.." Kirana Amanda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Murka
PLAAAK!!
Rasya menoleh ke samping begitu tamparan keras itu mendarat di pipinya. Sejak kecil sampai sedewasa ini, Belum sekalipun Umma nya berlaku kasar. Jangankan menampar atau memukul, Meninggikan suaranya terhadap anak-anaknya saja tidak pernah. Dan ini adalah yang pertama kalinya ia merasakan tamparan itu.
Dan malam ini juga, Setelah ia baru pulang dari luar kota. Dimana dia dan Daddy Abimana belum saatnya pulang. Terpaksa harus pulang karena katanya ada kepentingan yang mendadak.
Betapa terkejutnya Rasya sekarang. Dia baru sampai, Duduk pun belum lima menit namun sudah di sugukan oleh kenyataan yang membuatnya terkejut.
Bagaimana tidak terkejut, Beberapa orang masuk tak terkecuali Rani dan Ameena dan seorang dokter yang belum Rasya kenal.
"Umma..
"Apa ini yang selama ini Umma ajarkan ke kamu!?" Bentak Umma kepada anak sulungnya. Umma Salma tak pernah marah, Tapi kali ini ia benar-benar tak bisa mengontrol emosinya.
"Um..Umma, Rasya..
"Sejak kapan kamu menjadi pria yang tak bertanggung jawab?
" Umma..
"Kamu itu sudah menikah dan punya istri kenapa kamu malah lebih mementingkan orang lain daripada istri kamu!!" Teriak Umma Salma dengan suara menggelegar. Rasya memejamkan matanya. Baru kali ini dirinya melihat sang Umma berteriak. Daddy sudah menakutkan kalau sedang marah, Dan ternyata Umma nya lebih menyeramkan saat wanita itu di buat kecewa.
"Umma kecewa sama kamu.." Lirih Umma Salma dengan air mata yang mengalir. Rasya hanya bisa diam sembari menundukkan kepalanya.
"Daddy sama Umma menikahkan kamu sama Kirana itu bukan tanpa alasan. Selain Papanya adalah sahabatnya Daddy, Perjodohan ini di rangkai agar hubungan kami tidak putus. Kalian juga pernah sama-sama merasakan sakit karena di tinggal oleh orang yang kalian cintai. Selain Kirana, Harusnya kamu yang lebih mampu dan sanggup untuk membina rumah tangga kamu dengan benar.. Tapi apa? Kamu justru lebih memikirkan Nadia yang sudah tiada daripada Kirana istri kamu sendiri. Dosa Rasya!! Orang tua Kirana berharap kamu bisa ngedidik dia dengan baik, Bisa ngemong dia.. Tapi sekarang apa?? " Rasya hanya diam masih dengan kepala menunduk.
"Kamu lebih mementingkan dua penipu itu, iya!? Dengan dalih harus peduli, Harus merawat karena pesan terakhir Nadia katanya. Kamu yakin itu surat dari Nadia? Kamu aja gak tahu saat kematiannya lalu kamu bisa percaya begitu saja?? Mana ada orang sekarat masih sibuk nulis surat peninggalan!! Pikir dong pakai logika nak.." Lirih Umma Salma di akhir kalimatnya.
"Sekarang kamu lihat ini!! " Umma Salma meraih kertas dan hasil pemeriksaan Ameena yang di lakukan oleh dokter Jennifer. Di hadapan putranya, Umma menunjuk hasil nyata itu. Tak hanya itu saja, Umma juga melempar beberapa foto ke tubuh Rasya hingga foto tersebut berserakan di lantai. Foto itu adalah foto Ameena yang sedang bersenang-senang di mall bersama teman-teman nya. Pergi liburan bahkan berada di club malam. Dan yang paling mengejutkan, Ada salah satu foto Ameena yang tengah bermesraan dengan seorang pria di hotel.
" Kamu lihat? Gadis yang katanya sakit keras itu nyatanya dia baik-baik saja. Kamu di tipu! Dan bisa-bisanya kamu gak tahu selama ini.." Rasya hanya diam. Dia tidak berani mengangkat kepalanya menatap mata kecewa wanita cinta pertamanya itu. Matanya masih menatap foto-foto di lantai tersebut.
Daddy Abimana yang sejak tadi diam kini menatap tajam Rani dan Ameena. Mereka yang di tatap seperti itu langsung menunduk takut.
Bugh!
Rasya jatuh tersungkur begitu satu bogem mentah itu mendarat di pipinya. Setelah tadi ia mendapat tamparan dari Ummanya, Kini ia mendapat pukulan dari Daddy nya.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Daddy Abimana memukul Rasya dengan membabi buta. Rasya tidak melawan sama sekali karena dia memang salah. Umma Salma diam dan lebih membiarkan suaminya bertindak. Karena bagi Umma Salma Rasya pantas mendapatkan semua itu.
Rayhan yang berada di ujung tangga pun ikut ngilu. Dia sodaranya, Satu rahim malahan. wajar kalau sakit yang di rasakan kakaknya ia ikut merasakan juga.
Tapi dia bisa apa? Biarkan saja, Rayhan tak peduli.. Lebih baik sekarang ia makan enak. Biarkan saja Rasya makan bogem mentah. Rasain..
"Percuma kamu cari ilmu tinggi-tinggi. Daddy sekolahkan kamu di sekolahan elit. Daddy masukan kamu ke universitas ternama di luar negeri kalau otakmu itu masih du-ngu! Selama dua tahun kau di tipu oleh dua ular berbisa itu dan kau tidak tahu!? " Rasya menggelengkan kepalanya. " Kemana saja kau selama ini Rasya!!!" Bentak Daddy Abimana, Urat lehernya pun sampai kelihatan. Daddy Abimana mengusap wajahnya dengan kasar. Pria paruh baya itu menarik nafasnya dalam-dalam seolah menetralkan emosinya.
"Jika kau mempermalukan nama Daddy, Daddy masih bisa terima dan tidak masalah sama sekali. Tapi ingat! Kau mempermalukan gelar Ibrahim yang tersandang di nama belakangmu.. Gelar Gus yang kau sandang saat ini tidak cocok dengan kelakuan mu. Kau adalah cucu tertua seorang kyai, Kau punya ilmu tinggi. Tapi sayangnya semua itu tidak ada dalam dirimu.
"Kau pria pintar, Maka dari itu Daddy memintamu untuk menjadi pemimpin perusahaan. Tapi apa? Jadi selama ini kau bekerja di perusahaan hanya untuk mencarikan mereka uang?" Rasya menggelengkan kepalanya menatap sang Daddy.
" Kau menjadi ATM berjalan mereka? Tidak sekalian kau berikan semua hartamu untuk mereka!" Berang Daddy Abimana menatap nyalang sang putra yang seolah akan di telan hidup-hidup.
"Tidak Dad..Rasya.." Pria itu tidak melanjutkan ucapannya. Tatapan tajam Daddy Abimana kini beralih kepada Rani dan Ameena.
"Kalian!! " Tunjuk pria itu kepada sepasang ibu dan anak tersebut. Dengan gugup dan takut Rani dan Ameena medongak.
"Kembalikan uang yang telah putra ku berikan pada kalian! Saya beri waktu satu minggu semua uang itu harus ada. Jangan sampai ada yang berkurang satu rupiahpun.. Kalau kalian tidak bisa melunasi uang itu, Saya akan laporkan kalian ke pihak berwajib atas tuduhan penipuan dan pemerasan.." Rani dan Ameena menelan salivanya pahit. Dapat darimana mereka mendapatkan uang sebanyak itu? Tak hanya ancaman saja, Daddy Abimana juga menegaskan beberapa orang untuk menjaga ibu dan anak itu agar tidak kabur.
.
.
.
Dengan wajah yang babak belur, Rasya pergi ke rumah tempat tinggalnya bersama Kirana selama ini. Pikiran pria itu mulai kalut dan tak karuan.
Dia tak menyangka kalau selama dua tahun ini dia telah di tipu habis-habisan oleh Rani dan Ameena. Tapi memang benar apa yang di katakan Ummanya. Mana ada orang sekarat masih sibuk menulis surat. Jika di pikir-pikir emang benar, Tapi tulisan yang ada di kertas itu telah membuktikan kalau surat itu memang dari Nadia. Rasya ingat betul seperti apa tulisan wanita itu.
Rasya pergi ke rumah Bi Siti untuk mengambil kunci rumahnya.
"Astagfirullah Den.. Aden Rasya kenapa? Kok mukanya babak belur gini.." Bi Siti cukup terkejut dengan kedatangan majikannya ini. Lebih terkejut lagi karena melihat kondisi Rasya yang babak belur. Wajah tampan itu sudah tak karuan.
"Saya gapapa bi, Saya datang kesini cuma mau minta kunci rumah saja..
"Yaudah tunggu bentar ya, Bibi Ambil dulu. " Bi Siti mengambil salah satu kunci itu lalu menyerahkannya pada sang majikan.
"Ini Den..
"Makasih Bi..
"Den..
Rasya yang hendak pergi tersebut kembali menoleh..
"Tolong cari Non Kirana ya.. Kasihan, Dia lagi hamil.." Rasya diam tak menjawab. Pria itu mengangguk dengan senyum tipisnya sebelum kembali melangkah.
Bi Siti hanya bisa menatap kepergian Rasya yang mulai menghilang.
Mobil yang di kendarai Rasya telah sampai di rumah besarnya. Rumah yang ia beli dan ia gadang-gadang ingin menjadi tempat tinggalnya bersama Nadia saat mereka menikah.
Rasya masuk ke dalam rumah. Tempat itu sangat sepi sekali. Semua lampu tak ada yang menyala. Hanya lampu tengah saja yang sengaja di nyalakan.
Pria itu masuk ke dalam kamar. Rasya hanya bisa menghela nafas panjang saat ini. Kamar itu sepi, Tak ada kehidupan atau sambutan dengan pertanyaan 'Dari mana saja' '
" Kok telat pulangnya..
"Dia benar-benar pergi.. " Gumam Rasya seraya duduk di tepi tempat tidur. Lelaki itu jadi teringat dengan ucapannya terhadap Kirana pada malam itu. Dengan kondisi sadar, Rasya membandingkan sikap Kirana dan mendiang Nadia.
Mereka orang yang berbeda, Tentu saja sikap mereka berbeda.
"Apa aku sudah sangat keterlaluan?" Rasya memejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya kembali terbuka. Kini matanya tertuju ke sebuah kartu yang terletak di atas meja.
Rasya raih kartu itu.
"Ini kan?" Rasya menggenggam kuat kartu yang pernah ia berikan kepada istrinya itu dengan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Ingatan Rasya kembali pada sebuah sejumlah saldo yang masuk. Sekarang, Uang yang berada dalam kartu tersebut kembali ke asal. Kirana benar-benar mengganti uang yang sempat terpakai. Ada rasa sesal dalam diri Rasya, Kini ia sadar. Kalau apa yang telah ia lakukan itu semua salah dan keterlaluan. Dia lebih mementingkan Ameena daripada istrinya.
"Ya Allah Kirana!!
Ting..
Sebuah notifikasi masuk dari Daddy Abimana. Jantung Rasya kembali membaca pesan itu.
"Penipu itu minta kau menikahinya kan? Lakukan saja. Biar Daddy yang urus surat perceraianmu dengan Kirana.. Setelah kau cerai, Nikahi wanita ular itu. Tapi setelah ini kau harus siap-siap keluar dari keluarga ini..Daddy tidak mau memelihara ular berbisa...
.
.
.
Tbc
syukurin, nyesel kan km sekarang