Ini novel keduaku, sekuel dari aku bukan pembawa sial
Gilang, seorang pemuda masih duduk di bangku SMA menyukai seorang janda beranak tiga.
Ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Pertama kali mereka bertemu iwaktu yang tidak tepat.
Mampukah Gilang, meluluhkan hati seorang janda yang baru berpisah dengan suaminya? Mampukah ia meluluhkan tiga orang satpam janda itu??
Ataukah Gilang akan mundur??
Inilah kisahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Abang
Mereka keluar beriringan dari mesjid dengan diam diaman. Lana tak berani menatap Gilang ia takut melihat Gilang yang hanya diam saja. Semenjak pertemuan nya dengan ustad Dhanu membuat Gilang berubah. Itu yang dirasakan oleh Lana.
Lana melihat perubahan yang terjadi pada wajah Gilang ia jadi tak berani berbicara apalagi menegurnya. Tapi Lana tetaplah Lana sibocah tengil dengan sejuta akal kancilnya.
Ia berusaha mencari simpati dengan berpura pura jatuh kaki nya keseleo. Gilang yang melihatnya tetap sama tidak ada perubahan. Lana bertambah takut, ia menatap Gilang sedang Gilang memandang lurus kedepan.
Saat melihat ada sebuah tempat duduk yang menghadap langsung ke taman Lana berhenti. Gilang tetap berjalan tak menghiraukan nya. Lana jalan berbelok kearah taman sesekali kakinya menendang batu kecil. Sedangkan Gilang yang merasa Lana sudah tidak bersamanya lagi menoleh kebelakang matanya tertuju pada sosok anak kecil duduk menghadap ke taman.
Kaki nya berbelok melangkah menuju dimana Lana sedang duduk melamun. Gilang duduk disampingnya dengan pandangan lurus kedepan.
Lana sudah tidak tahan didiamkan Gilang ia pun membuka suara terlebih dahulu.
''Om..''
Gilang menarik nafasnya dengan tenang
'' Hem''
''Maaf...'' Gilang menoleh melihat Lana yang menunduk
''Maafkan Abang yang tidak memberitahu kan tentang ustad Dhanu. Dua hari yang lalu beliau menemui Abang sekedar bertanya tentang Mak, Abang pikir apa salahnya kan berbicara jujur kepada beliau toh ustad Dhanu adalah guru Abang mengaji di mesjid. Saat itu Abang tidak mengerti akan maksudnya hingga kemarin Abang mendengar nya langsung dari teman Abang bahwa ustad Dhanu menyukai Mak.. awalnya Abang gak percaya tapi setelah Abang buktikan benar adanya beliau menyukai Mak.''
Gilang tetap diam ia menyimak apa yang dikatakan Gilang. Lana melanjutkan lagi perkataan nya.
''Sebenarnya dari awal Abang sudah curiga kalau ustad Dhanu ada tujuan ingin mendekati Mak dengan cara mendekati Abang. Bukannya Abang tak tau Om.. kalau beliau sengaja mengajarkan Abang mengaji karena ingin mendekati Mak.''
Lana menunduk, Gilang merasa kecolongan padahal dirinya selalu datang kerumah mereka.
"Terus kenapa Abang nggak bilang sama Om waktu kita pergi kemarin?? Mak tak ada bersama kita jika Abang tak mau ketahuan sama Mak?? Kenapa??" Lana tercekat.
"Abang nggak berani takutnya nanti Om marah sama Abang dan tak mau ketemu lagi sama Abang.." ucapnya dengan mata yang sudah memerah ingin menangis.
Gilang mengusap wajahnya.
"Astagfirullah Abang.. kenapa Abang jadi berpikiran sempit seperti itu??" tanya Gilang dengan memandang Lana yang terdiam.
Lana menggeleng "Abang takut... Om akan pergi meninggalkan Abang sama seperti ayah yang menyuruh kami pergi darinya.
Abang nggak sanggup Om..??" air mata yang sejak tadi tertahan tumpah lah sudah.
Lana menangis tersedu, Gilang yang melihatnya memeluk Lana dengan erat.
"Om nggak mungkin ninggalin Abang sayang... Om udah sayang banget sama Abang mana mungkin Om pergi tanpa pamitan.. Om nggak seperti itu.." Gilang mencoba meyakinkan Lana padahal ia sendiri pun tak tau apa yang akan terjadi di masa depan.
"Aaabang.. sayaaaaang Om gilaaaanggg..." ucapnya tersedu
"Iya Om juga sayang Abang jauh sebelum Abang mengenali Om.." Lana menatapnya heran
"Maksudnya??" Gilang tersenyum
"Apa Abang tau setiap malam ketika Om masih seusia Abang.. Om selalu bermimpi jika Om akan memiliki seorang putra yang tampan seperti Abang.. awalnya Om kira itu cuma mimpi tapi setiap setahun sekali ketika umur Om bertambah, Om selalu bermimpi tentang Abang.. Dalam mimpi itu Abang sering memanggil Om dengan sebutan Papi.."
Deg!
"Ja-jadi yang Om katakan waktu dirumah itu karena Om sering mimpiin Abang..??''
''Iya sayang... anak Papi.. kamulah yang memberikan gelar itu kepada Papi bukan karena Papi yang menginginkannya..''
''Pa-papi??'' Gilang tersenyum
''Iya sayang Papi.. Abang lah orangnya..'' Gilang memeluk Lana dengan eratnya seakan tak ingin berpisah. Lana begitu bahagia saat bersama Gilang ia bisa menjadi dirinya sendiri.
''Papi tau nggak kenapa Abang nolak pinangannya ustad Dhanu..??''
''Kenapa?''
''Karena semenjak bertemu Papi.. Abang seperti menemukan ayah pengganti untuk kami semua.. saat pertama kali bertemu, Abang merasakan ada yang aneh dihati Abang tapi tak tau apa.. Abang seperti menemukan semangat hidup lagi susah sih untuk dijelasin.. yang jelas Abang sayaaaaangg banget sama Papi..'' ucapnya seraya memeluk Gilang erat.
''Terus kenapa Abang nggak mau bilang kalau ustad Dhanu juga menginginkan hal yang sama dengan Papi??''
''Karena Abang takut Papi akan pergi setelah mengetahui nya.. dan Abang pun takut untuk bertanya apakah Papi bersedia menjadi Papi sambung untuk kami bertiga.. Oleh karena itu Abang diam saja eh gak taunya ustad itu nongol dan bilang kalau beliau menyukai Mak, membuat Abang jadi takut akan ditinggal pergi sama Papi belum lagi wajah Papi tadi dalam mode disenggol bacok!! ck!''
Gilang tertawa ''hahaha rupanya anak Papi ini tau ya kalau Papi dalam mode tak enak dipandang.'' ledeknya
''Hooh.. Papi serem... marahnya diem diem aja.. Abang takut kayak gitu sama kayak Mak kalau udah marah pasti diem. Kalau diem wajahnya senyum tak apa lah ini wajahnya tak enak dipandang.. lebih serem dari Mak lampir.. Abang nggak berani jika udah seperti itu termasuk Papi... Abang takut...''. Lana bergidik ngeri
Gilang tertawa lagi
''Hahaha... berarti selama ini Abang selalu memperhatikan sikap Papi sama Mak ya??''
''Iya dong.. Abang kan anak Mak sama papi??''
''Iya deh iya.. Abang.. Papi mohon tetaplah seperti ini walau apapun yang terjadi. Kita tidak pernah tau apa yang terjadi kedepannya.. Papi harap ini bukan hanya hayalan Papi semata memiliki putra sepintar Abang.. semoga kita selalu bersama ya selamanya...''
''Aaammiiinn... apapun yang terjadi kedepannya Abang akan tetap menyayangi Papi karena Papi adalah obat untuk kami.. Abang berdoa semoga kita cepat disatukan menjadi sebuah keluarga..''
''Amiiinnn.. doa anak Sholeh pasti dikabulkan Allah..''
''Ya sudah ayo kita pulang Papi.. Mak pasti sudah menunggu kita..''
''Oke..'' mereka bangkit dari duduknya dan berjalan beriringan sambil tertawa tawa kecil.
Semoga kebahagiaan ini tidak hanya semu semata.. Abang berharap Allah mengabulkannya..
Abang akan berdoa setiap malam agar kita bisa berkumpul bersama menjadi sebuah keluarga yang bahagia seperti yang dulu pernah ayah katakan.
Jika berdoa dengan tulus dan ikhlas maka Allah akan mengabulkannya apalagi doa anak yang Sholeh pasti cepat di ijabah oleh Allah.
Semoga kebahagiaan yang hakiki akan datang setelah adanya badai...
Semoga saja
🌸🌸🌸🌸
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan nya.
Mohon maaf lahir dan batin 🙏🙏
See you
😘😘😘