Awalnya Jaden hanya iseng menonton balap motor liar tapi setelah tahu siapa orang di balik helm full face itu, Jaden sengaja mengikuti balapan demi mengejar gadis impiannya.
Suatu hari Jaden menantang Bia.
"Elo kalah," ejek Jaden yang menghentikan motornya di depan motor Bia.
Bia membuka helm full face yang ia kenakan lalu turun dari motor. "Selamat elo menang," Bia mengulurkan tangannya untuk menyelamati Jaden.
Jaden turun dari motor lalu membuka helmnya dan setelah itu menjabat tangan Bia. "Gue mau lo penuhi janji lo," ucap Jaden dengan seringai licik.
"Apa pun," ucap Bia mantap.
"Jadi pacar gue," permintaan Jaden membuat Bia menarik tangannya kasar.
"Terima terima terima," terdengar sorakan orang-orang yang melihat Jaden menembak Bia. Bia menjadi malu karenanya.
"Dasar orang sinting," umpat Bia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nirwana Asri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
"Bagaimana ini, bagaimana kalau yang dikatakan Jaden itu benar?" gumam Bia yang resah saat mengingat perkataan Jaden. Bia takut ia akan hamil setelah percintaan panasnya dengan Jaden yang tak diinginkan itu.
Bia mulai resah dan bingung apa yang harus dirinya lakukan. Apakah ia akan mengadukan perbuatan Jaden pada orang tuanya, namun ia berfikir kembali ia justru takut Rasya murka padanya atau mereka justru malah akan dinikahkan. Bia menggeleng beberapa kali mengusir pikirannya yang kalut.
Di sisi lain Rasya yang baru pulang dari kantor terlihat sangat capek. Ara kemudian membuatkan secangkir teh hangat untuk suaminya.
"Minum dulu pa," Ara meletakkan cangkir itu di meja.
"Hari ini aku sangat capek, kerjaanku menumpuk andai saja Berlian mau membantuku," keluh Rasya sambil melonggarkan dasinya.
"Mana anak itu ma?" tanya Rasya.
"Di atas, dia ngambek tadi sore Jaden datang ke sini," perkataan Ara membuat Rasya mengernyit heran. Pasalnya sudah tiga tahun semenjak laki-laki itu ditinggalkan oleh putrinya, Jaden tak pernah lagi main ke rumah Rasya.
"Apakah untuk menemui Berlian ma?" tebak Rasya.
"Iya, tapi dia hanya ingin mengembalikan tas anak kita, tadi ketinggalan di hotelnya saat Bia mengurus event yang diadakan di hotel baru Jaden," terang Ara.
"Wah semakin sukses saja anak itu, Bia benar-benar rugi kalau sampai menyia-nyiakannya lagi," puji Rasya.
Tak lama kemudian Bia turun untuk ikut makan malam. "Malam ma, pa," sapa Bia pada kedua orang tuanya.
"Bia papa ingin memintamu mengurus perusahaan kita, tinggallah di Indonesia," pinta Rasya pada sang putri.
"Tidak pa, aku sudah bekerja dengan tante Andrea," tolak Bia.
"Lalu siapa yang akan meneruskan bisnis keluarga kita nanti? Atau kau berencana untuk meminta suamimu nanti yang akan mengurusnya," goda Rasya.
"Papa, aku belum ingin menikah," rengek Bia.
"Kau ini lalu apa tujuan hidupmu selain menikah?" tanya Ara.
"Mama,aku ingin menikmati masa mudaku, kalau aku menikah aku takut kehilangan kebebasanku," lirih Bia.
Ara memutar bola matanya jengah."Lagi-lagi itu alasanmu," kata Ara.
...***...
Jaden yang sampai di rumah mencari-cari ibunya. "Mom," panggil Jaden sedikit berteriak.
"Ada apa nak?" tanya Celine.
Jaden memeluk momminya dari belakang. Ia juga menopang dagunya di bahu Celine. Celine sudah lama tidak melihat putranya sebahagia itu semenjak dirinya dicampakkan sang kekasih.
"Apa kau punya pacar baru?" tebak Celine.
Jaden melonggarkan pelukannya. Lalu menghadap ke momminya."No mom, aku bertemu dengan kekasih lamaku, dia sudah kembali,"
Mendengar berita itu Celine tak lantas bahagia. "Untuk apa kau kembali mengharapkan cinta yang tak terbalas?" ucap Celine dengan tatapan nanar pada putranya.
"Aku masih sangat mencintainya mom, bukankah mommy dulu sangat mendambakan Berlian menjadi istriku,hm?" tanya Jaden.
"Itu dulu sebelum dia meninggalkanmu," Celine mencebik kesal.
"Kali ini dia tidak akan pergi mom karena aku menanam benihku di rahimnya," batin Jaden mengingat percintaan panas dengan mantan kekasihnya.
...***...
Keesokan harinya Bia ingin menemui sahabatnya Keyla. Sudah lama ia tidak berbincang dengannya. Dengan menggunakan jaket dan celana jins serta kacamata dan masker Bia sedang menunggu taxi pesenannya. Kali ini ia tak mau Jaden mengenali dirinya jika ia menggunakan mobil pribadinya.
Bia sengaja datang dengan tampilan serba tertutup agar tidak seorang pun mengenali wajahnya. Ia takut anak buah Jaden mengikutinya.
"Keyla," panggil Bia dengan berbisik.
Keyla menoleh. Tapi ia tak mengenali wanita yang memanggilnya itu. Bia kemudian membuka masker dan kacamata yang ia kenakan sebentar agar Keyla mengenalinya.
"Elo ngapain pakai kacamata sama penutup mulut segala?" ejek Keyla.
"Diamlah aku sedang menghindari seseorang," bisik Bia. Namun seseorang yang dia maksud sudah ada di belakangnya.
Keyla menahan senyumnya. Ia tahu seseorang yang dimaksud oleh sahabatnya itu. "Apa seseorang itu Jaden?" goda Keyla.
"Jangan sebut nama itu, aku rasanya ingin muntah mendengar namanya kau sebut," geram Bia.
"Benarkah kau sebenci itu padaku honey?" suara bariton itu membuat Bia terpaku di tempatnya.
Ia tak mau menoleh ke belakang. Namun ia memilih lari sayangnya tangan Jaden lebih dulu menarik tangan Bia.
"Lepaskan," Bia berontak.
Jaden mengelus lembut punggung tangan gadis yang dicintainya itu. "Aku mohon jangan menghindariku," kata Jaden dengan tulus.
Bia terdiam. Ia menatap manik Jaden. Jantungnya berdebar kencang saat menatap ke dalam matanya. "Oh astaga, jantungku kenapa berdebar kencang?" batin Bia seraya memegang dadanya.
Bia menoleh ke arah Keyla. "Apa? aku tidak tahu kalau dia akan datang," Keyla mengangkat harinya membentuk huruf V.
"Keyla benar, dia tidak tahu aku akan mengikutimu," kata Jaden.
"Apa maumu? berhenti menggangguku, jangan mempersulit hidupku," kata Bia dengan penuh penekanan.
"Aku tidak akan berhenti mengejarmu sampai kau mau menikah denganku, mulai sekarang bersiaplah," tegas Jaden.
Bia kemudian memilih pergi meninggalkan Jaden dan Keyla. Namun Jaden membiarkannya pergi begitu saja.
"Kak Jaden cayoo semangat buat rebut hatinya Bia," Keyla menyemangati laki-laki tampan itu.Jaden mengulas senyum di wajahnya yang tampan.
"Tuhan, jika Bia bukan jodohnya,tolong jodohkan aku dengan kak Jaden," ucap Keyla dalam hati seraya manatap Jaden dengan kagum.
Sebulan kemudian
Bia masih menetap di Indonesia. Ia urung kembali ke Jerman karena permintaan orang tuanya. Rasya meminta Bia mengurusi kantor ojek online. Sedangkan Rasya harus mengurus pabrik perakitan mobil milik Antoni yang sudah dipindahtangankan atas nama Rasya. Sesekali Ara juga membantu Bia di kantornya.
Pagi itu Bia merasakan pusing. Ketika ia sedang mengecek laporan keuangan yang diserahkan oleh Rio yang menjabat sebagai kepala keuangan kantor saat ini, Bia mendadak pingsan. Rio menjadi kaget. Ia lantas membawa Bia ke rumah sakit.
Saat itu Rio menghubungi Rasya. Lalu Rasya dan Ara menuju ke rumah sakit. Di sana dokter Serena sedang memeriksa Bia.
"Berlian, apa bulan ini kau sudah datang bulan?" tanya Serena pada Bia yang dijawab dengan gelengan kepala.
"Bagaimana keadaan putriku?" tanya Rasya pada dokter Serena yang dulu pernah menjadi dokter keluarga Ramadhan.
"Aku ingin bicara,duduklah," Serena mempersilahkan Rasya dan Ara untuk duduk.
"Aku harap kalian mempersiapkan diri karena kalian mungkin akan kaget saat mendengar berita yang akan aku sampaikan.
"Ada apa tolong sampaikan saja jangan berbelit-belit," kata Rasya.
Serena menarik nafasnya dalam. "Sepertinya Berlian sedang mengandung," ucapan dokter itu dapat didengar oleh Bia yang masih ada di satu ruangan.
Bruakk
Rasya menggebrak meja. "Tidak mungkin, putriku tidak akan berbuat sesuatu yang dapat mencemarkan nama baik keluarganya," elak Rasya.
Tidak hanya Rasya, Ara juga syok mendengar putrinya hamil di luar nikah. Ia pun sudah mengeluarkan air mata.
Rasya kemudian menghampiri putrinya. "Katakan siapa yang sudah menodaimu?" Rasya mengguncang bahu Bia.
Bia ikut menangis. Ia tak menyangka akan hamil karena ulah Jaden. "Katakan," hardik Rasya.
"Jaden," lirih Bia.
Rasya hampir tidak percaya dengan apa yang anaknya katakan. Dia tidak menyangka Jaden sangat terobsesi pada Bia hingga ia menodai putri satu-satunya.
Rasya mengepalkan tangannya. Ia kemudian keluar dari bilik rumah sakit itu dengan murka. "Aku akan bikin perhitungan denganmu Jaden,"