Balas Dendam Bodyguard Kampungan

Jessie masih mencengkeram erat kerah jas Zeno. Zeno hanya terdiam tak melakukan apapun, tapi dia nampak kaget saat Jessie berkata bahwa pikiran Jessie penuh dengan dirinya.

Apa? Pikiran dia penuh dengan gua? Apa mungkin dia begitu sebel sama gua sampe mikir kayak gitu? Salah gua apaan emang? Eh tapi salah gua emang banyak, sih, batin Zeno sambil mengingat-ingat kejadian yang sudah berlalu sebelumnya.

Jessie masih menatap tajam mata Zeno yang berada didepannya. Namun karena Zeno tak kunjung merespon, Jessie pun makin kesal. Jessie melepaskan cengkraman tangannya dari kerah jas Zeno. Zeno berpikir kalau emosi Jessie sudah mereda, tapi ternyata Zeno salah sangka. Jessie malah mendekatinya dan tiba-tiba menggigit daun telinga sebelah kiri milik Zeno.

Argh!

Zeno reflek mengerang kesakitan dan memegangi telinganya yang baru saja digigit oleh Jessie.

"Aduh, Non, gimana kalo kuping saya sompal? Mau cari dimana pun gak ada yang namanya reparasi kuping sompal, Non."

Jessie tidak peduli dengan keluhan Zeno. Dia malah berjalan kearah meja riasnya dan duduk di kursi. Jessie duduk menyilang kaki sambil menatap Zeno yang kesakitan.

Biarin! Salah sendiri udah ganggu pikiran gua. Gigitan di kuping itu belum seberapa, awas nanti gua bakal lebih kejam kalo masih ganggu pikiran gua!

Erangan Zeno pun seketika berhenti ketika mendengar suara Bambang yang memanggil namanya.

"Zen! Zeno! Lu dimana?!" teriak Bambang.

"Aelah! Ini anak disuruh jagain kandang bentar sendiri aja gak betah, kemana lagi dia ini?" gumam Bambang.

Zeno yang masih merasa kesakitan pun berusaha tidak bersuara sedikit pun dari dalam kamar Jessie. Padahal rasa nyut-nyutan di telinganya sudah sampai ubun-ubun.

Subhanallah! Ini cewek manusia apa hiu, sih?! Gigitannya sakit banget sampe ke batin, eh gak mungkin dia hiu karena hiu hidupnya di air dan dia hidupnya di darat. Ah! Bodo lah yang jelas sakit beud, hu-hu.

Jessie yang melihat Zeno sedang menahan sakit akibat gigitannya pun merasa bersalah. Apa lagi saat dia melihat ada darah yang berasal dari telinga yang dia gigit.

Kok gua sekejam itu, ya? Sampe berdarah gitu....

Jessie yang terlihat khawatir kepada Zeno pun beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Zeno. Hatinya yang kesal pun luluh ketika melihat bodyguard kesayangannya itu menahan sakit.

"Lo gak apa-apa, kan?" tanya Jessie.

Zeno tidak menjawab karena tau masih ada Bambang didepan kamar Jessie.

"Kalo orang nanya itu dijawab!" teriak Jessie ngegas.

Zeno tetap tidak menjawab. Jessie pun merasa sangat kesal kepada Zeno. Jessie tidak sadar kalo ada Bambang yang berada didepan kamarnya.

"Kenapa, sih! Jawab cepetan! Kalo gak gu...."

Cup!

Zeno melayangkan sebuah kecupan tepat di bibir mungil milik Jessie. Kecupan itu seketika mengunci mulutnya secara otomatis. Jessie terbelalak kaget atas perlakuan Zeno kepadanya. Wajahnya nampak merona merah. Sekujur tubuhnya menjadi kaku dan terasa panas. Jessie kini persis seperti manekin yang dipajang di toko-toko pakaian.

"Jangan bersuara lagi, Non. Di luar masih ada Bambang," bisik Zeno ditelinga kanan Jessie.

Zeno kembali menatap Jessie sehabis membisikkan kalimat peringatan kepada Jessie. Sedangkan Jessie masih terlihat mematung dan shock.

Zeno menjentikkan jarinya didepan wajah Jessie sehingga gadis itu tersadar dari lamunannya.

Baru saja tersadar dari lamunannya, Jessie sudah melihat senyum simpul Zeno yang sungguh manis bagai permen loli warna-warni yang berharga lima belas ribu dua.

Jantung gua? Kenapa jantung gua rasanya mau pindah ke Mars? Kenapa senyumnya manis banget?! Gak boleh Jessie! Dia cuma seorang bodyguard, tapi kenapa gua gak bisa marah padahal dia tadi udah cium gua? batin Jessie.

***

Di luar kamar Jessie, Bambang mendengar teriakkan dan ocehan Jessie dari balik pintu.

"Itu Non Jessie teriak-teriak sama siapa? Mungkin ditelpon, ya? Apa Non Jessie lagi berantem sama Tuan Key?" gumam Bambang dengan penuh tanda tanya.

Krucuk!

Bunyi suara perut Bambang pun bergemuruh. Rasa sakit tak tertahankan itu muncul lagi. Bambang pun berlari kencang menuju toilet lagi.

"Huah! Ini pasti gara-gara gua kebanyakan makan sambel terasi cabe caplak yang dibuat Bang Ismed!" teriak Bambang sambil memegang bokongnya.

***

Sementara itu, Jessie masih terkesima dengan senyuman Zeno. Padahal Zeno sudah tidak lagi tersenyum sekarang. Zeno pun menyadari bahwa Bambang sudah tidak ada lagi didepan kamar Jessie.

"Oke! Udah aman," ucap Zeno lega.

Zeno pun berjalan menuju pintu keluar kamar Jessie. Sedangkan Jessie sepertinya masih tersihir oleh pesona seorang bodyguard kumuh yang bertransformasi menjadi seorang bodyguard tampan nan menawan.

"Non, saya permisi dulu, takut keburu Bambang balik," tukas Zeno sambil membuka pintu dan keluar.

Zeno pergi seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Selepas Zeno pergi, Jessie pun tersadar dan langsung mengacak-acak rambutnya.

"Huah ... dasar bodyguard gak tau diri! Udah cium gua langsung pergi gitu aja!"

Jessie terlihat sangat kesal dengan sikap Zeno yang cuek-cuek saja.

***

Sementara itu, Zeno yang baru saja keluar langsung menghela nafas panjang. Dia bahkan menyentuh dadanya dan merasakan degup jantungnya yang melonjak-lonjak seperti ingin pergi dari tempatnya.

Apa yang gua lakuin tadi?! Udah gila, ya? Kalo gua dipecat gimana? Gagal total dong rencana balas dendam gua!

Zeno masih terlihat frustasi. Tak lama kemudian, datanglah Bambang yang baru saja dari toilet dengan wajah lega.

"Woy! Darimana aja, lu?!" teriak Bambang.

Zeno pun terkejut karena teriakan dari Bambang. "Astaghfirullah, Bang! Ngagetin gua aja. Gua abis cari angin diluar, he-he."

"Kenapa tampang lu panik gitu, sih?" tanya Bambang penasaran.

"Gak apa-apa, Bang. Mungkin efek ingin buang air." Zeno tersenyum untuk menutupi kecanggungannya.

Bambang hanya mengerutkan dahinya karena merasa curiga dengan sikap Zeno.

.

.

.

***

Keesokan harinya, Tuan Frans memanggil Zeno untuk datang ke ruang kerjanya. Zeno merasa was-was karena takut akan dipecat karena kejadian semalam.

Waduh ... gawat banget! Masa gua bakal dipecat, sih?! Zeno! Kok lo oon banget, sih?! Lagian ngapain juga lo cium si Jessie!

Zeno pun sampai didepan ruang kerja Tuan Frans. Dia terlihat ragu saat ingin masuk kedalam. Namun dia dikagetkan oleh seseorang pria yang bertubuh atletis berjas dengan gaya rambut klimis dan rapih, pria itu terlihat berumur sekitar 30an. Dia adalah Ryu, salah satu bodyguard kepercayaan Tuan Frans yang berasal dari Jepang.

"Silahkan masuk, Tuan Frans sudah menunggu."

Ryu mempersilahkan Zeno masuk sambil membuka pintu ruang kerja Tuan Frans.

Zeno tersenyum canggung kearah Ryu sambil melangkahkan masuk kakinya kedalam ruangan itu.

Zeno merasa takjub dengan ruang kerja Tuan Frans. Di sekeliling temboknya terpanjang berbagai macam senjata api dari berbagai jenis. Ada pula seekor macan Sumatera yang telah diawetkan di sudut kanan ruangan itu.

"Kemarilah!" ucap Tuan Frans yang sedang duduk di kursi kerjanya.

Zeno dengan perasaan was-was pun berjalan mendekati Tuan Frans.

"Ada apa Tuan memanggil saya?" tanya Zeno.

"Ha-ha-ha! Kenapa kamu terlalu terburu-buru?"

Zeno hanya diam karena bingung harus menjawab apa.

"Ah! Tujuan saya memanggilmu adalah karena saya sungguh tertarik dengan kemampuanmu. Sebenarnya sudah lama saya mengamatimu. Gayamu bertarung dan kemampuanmu yang cepat belajar mengingatkan saya pada seseorang," tukas Tuan Frans.

Deg!

Batin Zeno tersentak akibat ucapan Tuan Frans.

Apa dia curiga? Apa dia udah tau siapa gua?

.

.

.

***

Next Episode>>

Jangan lupa favorite, like, komen, vote dan bintang 5 nya agar author lebih semangat menulis 😁👍