NovelToon NovelToon
JANGAN KE SANA!

JANGAN KE SANA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Kutukan / Tumbal
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: DENI TINT

DILARANG KERAS PLAGIARISME!

Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23 - KISAH ANJANI

Sekar tetap saja berdiri di belakang rok sang ibu. Dan Aruni walau sudah dibuat terkejut oleh ucapan terakhir Sekar, mencoba menganggap maklum. "Gak apa-apa Bu. Sekali lagi saya minta maaf ya Bu... Saya gak sengaja..." ucap Aruni.

"Iya Ndak apa-apa Nak Aruni. Oh iya, karena kalian sudah sampai di sini, mari masuk dulu... Mampir..." tawaran sang ibu Sekar sangat ramah dan hangat.

"Gak perlu repot-repot Bu, kami izin pamit saja, masih ingin berkeliling desa Bu..." jawab Aruni dengan sopan.

"Oh begitu, ya sudah kalau begitu..." jawab sang ibu.

Lalu Aruni, Bella dan Caca, izin pamit kemudian berjalan meninggalkan rumah Sekar. Agak jauh dari rumah itu, Aruni kembali menoleh ke belakang. Dan dirinya melihat Sekar yang wajahnya mengintip dari balik pintu dapur. Saat Aruni bertatapan dengannya lagi, Sekar langsung masuk ke dalam.

"Kenapa... anak itu ketakutan liat gue ya?" gumam Aruni pelan.

Aruni, Caca, dan Bella kembali berjalan santai menyusuri jalan desa untuk menikmati suasana pagi itu, meskipun baru saja terjadi hal aneh yang dirasakan oleh mereka bertiga.

"Bell, lo ngerasa aneh gak sih sama sikap si Sekar itu?" tanya Caca.

"Agak aneh sih, cuma mau diapain lagi? Namanya juga anak kecil kan Ca." jawab Bella santai.

"Ya tapi kan gak seharusnya kaya gitu, masa iya baru liat orang asing pertama kali langsung bilang serem?" jelas Caca.

"Ya mana gue tau Ca, tapi bisa jadi sih, mungkin muka si Aruni lagi keliatan serem, hahahaha..." canda Bella sambil melihat ke Aruni, disusul wajah Aruni yang merengut sedikit.

"Enak aja, gue kan cantik." timpal Aruni.

Mereka berjalan hampir mengelilingi seluruh wilayah Desa Lanjani yang memang tidak terlalu luas. Hanya diperlukan waktu sekitar 30 menit berjalan santai untuk bisa mengetahui seluruh bagian desa itu. Dan itu tak terlalu terasa lama karena mereka bertiga amat menikmati suasana pagi yang begitu damai dan sejuk.

Sampailah mereka bertiga di depan salah satu rumah warga. Terdapat beberapa kursi kayu bambu di depannya. Terbersit dalam pikiran Caca untuk mampir sejenak, beristirahat di sana. Karena di depan rumah tersebut ada pemiliknya, seorang nenek yang ternyata adalah pedagang sayuran tempo hari mereka beli.

Lantas Aruni dan Bella setuju dengan usulan Caca untuk mampir sejenak, sembari mencoba lebih akrab dengan si nenek tersebut.

"Permisi Nek..." ucap Caca ketika menghampiri si nenek yang terlihat sedang memilih sayuran dari ladang.

"Eeeh... Kalian... Lagi jalan-jalan keliling ya?" sambut si nenek dengan sangat ramah.

"Iya Nek... Kami bertiga lagi jalan-jalan keliling, soalnya suasana desa ini enak banget sih Nek..." Caca merespon dengan senyum hangat juga.

"Oh iya... Memang kalau di desa seperti ini keadaannya. Ayo sini Nak, mampir dulu di rumah Nenek..." ucap si nenek.

Akhirnya mereka bertiga mampir dan duduk di teras rumah si nenek. Duduk di kursi kayu bambu. Rumah si nenek memang tak terlalu besar, beralaskan tanah, namun sangat bersih tak ada satu pun sampah. Dengan atap teras yang masih menggunakan serasah daun kelapa kering yang dianyam, ditambah ada kepulan asap dari tungku masak dapur, dan juga si nenek yang kembali dari dalam sambil membawakan tiga gelas teh melati hangat. Sungguh suasana yang tak pernah mereka dapatkan di kota tempat mereka tinggal.

Si nenek duduk di salah satu kursi di dekat mereka. Memulai obrolan ringan yang tak terasa kaku. Seolah Aruni, Bella, dan Caca, seperti sedang mengobrol dengan nenek mereka sendiri.

"Sebenarnya, kalian dari mana?" tanya si nenek, lantas Caca dan Bella saling bertukar pandangan, dalam benak mereka berdua mungkin si nenek terlupa kalau mereka datang dari kota.

"Kami dari kota nek, kebetulan sedang libur kuliah, jadi liburan deh ke sini." jelas Bella dengan sopan.

"Oh... Kuliah itu apa ya Nak?" tanya si nenek.

"Em... Kuliah itu, seperti sekolah Nek. Cuma sudah tingkat lebih tinggi." jelas Aruni kemudian.

"Wah... Begitu ya... Maklum, nenek gak pernah sekolah Nak... Hehehe..." jawab si nenek dengan tertawa ringan. Mengesankan kerendahan hatinya di hadapan mereka bertiga.

"Berarti kalian sudah sangat pintar ya?" tanya si nenek dengan bermaksud memuji.

"Ah... gak kok Nek, kita masih belajar..." jawab Caca dengan tersenyum, mencoba merendah dihadapan si nenek.

"Tapi kalian hebat, sudah bisa sekolah sampai... anu... apa tadi namanya?" si nenek terlupa.

"Kuliah Nek..." jawab Aruni spontan.

"Oh iya, kuliah... hehehe..." respon si nenek yang sangat hangat. Lantas si nenek mempersilahkan mereka untuk meminum teh melati hangat buatannya. Dan mereka bertiga pun meminumnya.

"Gimana? Enak gak rasanya?" tanya si nenek.

"Waaah... Enak banget Nek..." puji Bella dengan ekspresi sambil memejamkan mata menikmati rasa otentik teh melati khas buatan si nenek.

Obrolan mereka berlanjut. Membicarakan tentang keseharian Aruni, Bella, dan Caca, serta keseharian si nenek. Terkadang si nenek melontarkan candaan khas wanita yang sudah sepuh, tentang candaan yang mengingatkan si nenek saat masa mudanya dahulu. Aruni, Bella, dan Caca terlihat beberapa kali ikut tertawa ringan bersama si nenek.

"Oh iya Nek, nenek tinggal sendirian di sini?" tanya Caca penasaran, karena sedari tadi rumah si nenek terlihat sepi, tak ada orang lain selain si nenek itu sendiri.

"Iya Nak, nenek sendirian. Sebenarnya Nenek punya suami, tapi sudah lama meninggal. Dan nenek belum punya anak." jelas si nenek.

"Oh begitu ya Nek, kami turut berduka ya Nek atas kepergian mendiang suami Nenek." ucap Bella bersimpati. "Em... terus, Nenek gak mencoba buat menikah lagi?" tanya Bella kemudian.

Caca yang berada disebelahnya, menepuk bahu Bella, menandakan pertanyaan itu tak sopan.

"Hehehe... Nenek sudah tak ingin menikah lagi Nak, soalnya gak ada yang bisa menggantikan mendiang suami di hati Nenek..." jawaban si Nenek seperti mengajarkan mereka bertiga tentang rasa cinta yang tulus, cinta sehidup semati. Seolah ada pesan sangat luhur dari jawaban si nenek tersebut, pesan luhur yang mampu melewati batas usia dan zaman.

"Waaah... Cinta sehidup semati nih..." timpal Aruni dengan memegang pipinya yang memerah. Entah mengapa Aruni selalu saja bisa merasakan apa yang orang lain rasakan meski hanya dengan bercerita. Bella dan Caca saling tukar pandangan dengan ekspresi seperti meledek Aruni.

"Yeeeh... ada jomblo kesemsem cerita Nenek nih..." ucap Bella. Disusul Caca yang terkekeh kecil.

Si nenek melihat mereka bertiga dengan perasaan hangat. Seolah si nenek sedang melihat anak kandung. Meski kenyataannya ia tak pernah memiliki anak seorang pun.

"Oh iya, kalian, benar tinggal di rumah ujung sana?" tanya si nenek saat ingat jawaban Bella dan Caca ketika mereka membeli sayuran dagangannya.

"Iya Nek, itu sebenarnya rumah dari kakek dan nenek dia..." jawab Caca sambil memegang bahu Aruni di sebelahnya.

"Oh... Jadi kamu cucunya Anjani?"

Respon si nenek namun dengan wajah yang menatap Aruni dengan mengerutkan dahi. Seolah si nenek mengingat sesuatu tentang masa lalunya dengan Anjani.

Dan si nenek bertanya...

"APAKAH KAMU SUDAH TAU TENTANG NENEKMU ITU?"

1
Marta Quispe
Suka banget!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih Kak... Dukung terus ya... ☺️☺️☺️
total 1 replies
Gusti Raihan
Ditunggu kelanjutannya!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih sudah kasih komentar ya Kak... Oh iya, BAB 3 sudah rilis Kak... Selamat membaca ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!