Kematian Winarsih sungguh sangat tragis, siapa sebenarnya dalang di balik pembunuhan wanita itu?
Gas baca!
Jangan lupa follow Mak Othor, biar tak ketinggalan updatenya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKW Bab 3
Beberapa saat sebelumnya.
Bagas hendak pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, dia sudah merapikan warung sembako miliknya. Dia sudah bersiap untuk pulang. Namun, Basri tiba-tiba saja menghampiri pria itu.
"Pak Bagas nggak kondangan ke tempat teman Bapak? Kok malah mau pulang?"
Bagas yang hendak masuk ke dalam mobilnya untuk pulang langsung terdiam, mengingat-ingat siapa yang menikah hari ini. Saking seriusnya memikirkan istrinya yang ditinggal di rumah, Bagas sampai lupa dengan beberapa hal.
"Memangnya siapa yang mau menikah?"
"Pak Dedi, tukang ikan itu loh yang jualan di ujung pasar."
Bagas langsung menepuk keningnya, dia benar-benar lupa kalau hari ini adalah hari pernikahan temannya. Jika saja ingat, dari siang hari dia pasti sudah datang ke acara pernikahan sahabatnya itu.
"Astagfirullah! Aku kok bisa lupa, mana belum beli kado lagi."
Padahal Dedi adalah teman satu kelasnya saat sd, dari pertama masuk kelas 1 sampai kelas 6 selalu saja satu kelas. Namun, dia malah melupakan pernikahan sahabatnya itu.
"Nggak usah kasih kado, Pak. Kasih amplop aja yang tebel," ujar Basri disertai tawa.
"Kamu bisa aja, tapi itu bener."
Bagas akhirnya pergi ke tempat Dedi, dia tentunya di pertengahan jalan memasukkan uang ke dalam amplop. Tak lupa Bagas mengirimkan pesan kepada istrinya, kalau hari ini dia pulang malam.
"Astagfirullah! Apa itu?"
Di saat sedang menyetir, tiba-tiba saja Bagas merasa melindas sesuatu. Pria itu menghentikan mobilnya, lalu dia turun dari mobilnya itu dan mengecek apa yang dilindas.
Mata Bagas langsung membulat dengan sempurna, karena di sana ada kucing berwarna hitam yang terlindas. Padahal, sejak tadi dia begitu fokus dalam menyetir dan tak melihat kucing lewat.
"Astagfirullah! Aku harus gimana ya Allah? Kenapa bisa melindas kucing?"
Mata kucing itu melotot, darah bercucuran dari perut kucing itu dan bahkan usus dari kucing itu keluar dari tempatnya. Sangat mengerikan, karena memang terlindas ban mobil yang besar, sedangkan kucingnya terlihat begitu kecil.
"Udah sore lagi, kalau ngubur kucing dulu pasti ke tempat Dedi jadi lama."
Bagas berpikir dengan begitu keras dengan apa yang harus dia lakukan, hingga tidak lama kemudian akhirnya dia mengambil baju miliknya yang ada di dalam mobil. Lalu, dia membungkus kucing itu dengan baju miliknya.
"Kalau dikubur kelamaan, mana udah sore, mana nggak ada cangkul. Gimana dong?"
Bagas yang tak bisa menggali tanah untuk mengubur kucing itu, akhirnya dia menyimpan kucing yang sudah mati terlindas itu di bawah pohon yang ada di pinggir jalan.
"Duh Gusti, maafkan hamba. Bukan maksud hamba tidak bertanggung jawab. Tapi hamba buru-buru, nanti deh kalau pulang aku bawa kucingnya. Aku kubur di rumah," ujar Bagas.
Setelah itu, Bagas pergi ke kediaman Dedi. Dia mengucapkan selamat kepada sahabatnya itu, memberikan amplop dan bersiap untuk pulang. Namun, Dedi tidak membiarkan pria itu pulang.
"Ada dangdutan abis maghriban, jangan pulang dulu. Nyawer biduan dulu, sesekali nggak terus-terusan sama dek Win terus."
"Tapi, istriku lagi hamil besar loh. Kasihan kalau harus ditinggal sendirian di rumah," ujar Bagas.
"Sesekali, Gas. Temani aku nyawer biduan," ujar Dedi.
Teman-temannya yang lainnya juga ikut hadir di sana, mereka tidak pulang terlebih dahulu karena bersepakat akan naik ke panggung dan joget di sana dengan para biduan cantik. Bagas tak bisa menolak, pria itu akhirnya tak pulang.
Mereka asik mengobrol sampai Bagas lupa jika Winarsih sedang sendirian di rumah, saat Dedi mengajak Bagas untuk naik ke atas panggung, pria itu juga asik berjoget dan bahkan memberikan saweran kepada para biduan.
"Rame kan' Gas?" tanya Dedi seperti telinga pria itu karena suara musik yang begitu keras membuat Dedi tak bisa berkata dari jauh.
"Rame, Ded. Seru," jawab Bagas sambil asik bergoyang.
"Kamu tuh setelah menikah tidak pernah keluar rumah lagi bareng teman-teman, sekalinya keluar cuma barang dek Win saja."
"Hehe, habis enak kalau ke mana-mana sama istri. Kalau mau tinggal tancap," jelas Bagas yang langsung mendapatkan pukulan di lengannya.
"Sueeee!" ujar Dedi yang langsung dibalas dengan tawa oleh Bagas.
Mereka asik bergoyang di atas panggung sampai hampir setengah jam, setelah itu mereka turun dan kembali mengobrol. Hingga tiga jam kemudian Bagas yang haus mengambil minuman.
Namun, baru saja dia akan meminum minuman yang sudah dia ambil, dia merasa tangannya begitu licin dan gelas yang berisi minuman itu jatuh begitu saja.
Prang!
"Astagfirullah!" kaget Bagas karena pecahan gelas itu mengenai kakinya, kaki pria itu sampai berdarah.
"Wah! Padahal gak minum alkohol, tapi udah mabok aja." Reno yang sejak tadi ada di sana nampak meledek Bagas, Bagas hanya tersenyum menanggapi ucapan pria itu.
"Sepertinya sampean udah ngantuk, Gas. Udah pulang aja sana, kasihan juga dek Win sendirian."
"Ya, aku akan pulang."
Bagas akhirnya memutuskan untuk pulang, saat dia masuk ke dalam mobil, entah kenapa dia melihat seperti ada Winarsih yang lewat di depan mobilnya sambil menangis.
"Dek Win," ujar Bagas yang dengan cepat turun dari mobil lalu mencari istrinya.
Namun, dia tidak menemukan istrinya di manapun. Bagas sampai menggelengkan kepalanya beberapa kali, lalu dia mengelus dadanya karena tiba-tiba saja perasaannya menjadi tidak enak.
"Ada apa ya sebenarnya?"
Bagas gegas masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya tersebut menuju rumahnya, saat dia datang, Bagas begitu kaget karena saat dia membuka pintu, rumahnya begitu berantakan.
"Ya Allah, apakah ada maling? Dek! Sayang!" teriak Bagas.
Bagas berlari menuju ruang tengah, semakin kaget saja saat berada di ruang tengah karena melihat tubuh Winarsih dengan perutnya yang terbelah. Di samping wanita itu ada bayi yang masih terbungkus rapi oleh pelindungnya.
Ruangan itu begitu berantakan, pecahan beling terlihat di mana-mana. Tubuh istrinya penuh luka dan juga kaku, ada darah yang mengucur dari tubuh istrinya itu.
"Dek! Ini ada apa?!" teriak Bagas.
Pria itu ingin sekali menghampiri istrinya yang nampak mengenaskan, tetapi kakinya begitu sulit untuk digerakkan.
"Argh!" teriak Bagas dengan begitu kencang.
Bagas tidak mampu melangkahkan kakinya, dia bahkan tidak mampu menggerakkan tubuhnya karena terlalu gemetaran. Namun, pria itu masih bisa berteriak memanggil nama istrinya. Bahkan Bagas berteriak dengan begitu histeris, tentu saja hal itu mengundang banyak tetangga yang datang.
"Ada apa, Gas? Kenapa teriak-teriak?"
Salah satu warga memberanikan diri untuk bertanya, warga lainnya juga berdatangan dan langsung menghampiri Bagas.
"Itu! Itu----"
Bagas yang begitu kesulitan untuk berbicara menuju ke arah istrinya, semua warga nampak kaget, takut dan juga kasihan melihat keadaan Winarsih yang seperti itu.
"Ada apa ini, Gas? Kenapa dengan istri kamu?" tanya salah satu warga.
wis kapok mu kapan bjo gaib mu wis modyarrr
hadiahnua bisa diambil dirumah kk othor ya...😂😂😂
Bu Tuti syok berat ini.. udah beli segala macam perlengkapan pemujaan lagi.. /Facepalm//Facepalm/
secara suami gaib nya musnah tp apakh nnti akan menuntut blas yg lebih kejam lagi ga yaaa /Smug//Smug//Smug//Smug/
trus kalau bi Tuti pulang nanti bagaimana ya....
Bagas kok masih bisa menahan emosinya saat melihat bi Tuti... keren banget kamu bagas
setanya marah yaaa tp.klo marah masa iya g bisa sih dinlwan dgn doa
minta sm yg esa gtu 🤔
dan si tuti dpt karmanya
undg pak uztad ngajiin biar keluar tuhh mahkluk gaib biar aman rumah
Halah... paling geh nanti Bagas juga suka sendiri sama Wati. 🤭