Liana Antika , seorang gadis biasa, yang di jual ibu tiri nya . Ia harus bisa hamil dalam waktu satu bulan. Ia akhirnya menikah secara rahasia dengan Kenzo Wiratama—pewaris keluarga konglomerat yang dingin dan ambisius. Tujuannya satu, melahirkan seorang anak yang akan menjadi pewaris kekayaan Wiratama. agar Kenzo bisa memenuhi syarat warisan dari sang kakek. Di balik pernikahan kontrak itu, tersembunyi tekanan dari ibu tiri Liana, intrik keluarga besar Wiratama, dan rahasia masa lalu yang mengguncang.
Saat hubungan Liana dan Kenzo mulai meluruhkan tembok di antara mereka, waktu terus berjalan... Akankah Liana berhasil hamil dalam 30 hari? Ataukah justru cinta yang tumbuh di antara mereka menjadi taruhan terbesar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira j, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30
Claudia melangkah cepat menuju kamar yang biasa ia tempati setiap kali datang ke villa itu. Raut wajahnya masih penuh amarah yang belum teredam. Langkah sepatunya terdengar jelas di lorong marmer villa, menggema bersama detak jantungnya yang masih berdetak kencang akibat emosi.
Begitu sampai di kamar, ia membuka pintu dengan kasar dan melemparkan tasnya ke atas sofa kulit di sudut ruangan. Nafasnya naik-turun, jemari tangannya mengepal. Ia berjalan ke kasur besar, lalu duduk dengan kasar, menghadap ke arah jendela yang memantulkan bayangan samar dirinya. Wajah cantiknya yang biasanya selalu tenang dan elegan, kini tampak lelah dan terluka.
Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka perlahan. Kenzo masuk dengan langkah tenang, namun sorot matanya jelas menunjukkan rasa bersalah dan kebimbangan.
"Claudia..." ucapnya pelan, nyaris seperti bisikan.
Claudia tidak menoleh. Ia hanya menyentakkan bahunya, seolah berkata, jangan dekati aku dulu.
Tapi Kenzo tetap mendekat. Ia duduk di sebelah Claudia, lalu dengan lembut merengkuh tubuh istrinya ke dalam pelukannya dari samping.
“Maafkan aku…” ucap Kenzo lirih di telinga Claudia.
Claudia diam. Hanya napasnya yang berat menandakan bahwa hatinya belum benar-benar tenang.
“Aku tahu, aku mungkin telah melewati batas,” lanjut Kenzo sambil mengeratkan pelukannya. “Tapi aku tidak pernah berniat mengkhianatimu. Semua ini hanya… jadi lebih rumit dari yang kita rencanakan.”
Claudia menggeleng pelan dalam dekapannya, suaranya akhirnya keluar—patah dan penuh tekanan.
“Kenzo… kamu tahu apa yang paling menyakitkan?” ia menatap ke arah Kenzo kini. “Bukan karena kau dekat dengan Liana. Bukan karena dia hamil. Tapi karena aku mulai merasa kehilangan kamu. Bukan suami yang pernah aku kenal.”
Kenzo menatap mata Claudia dalam-dalam. Ada perasaan bersalah di sana, ada luka juga. Ia mengusap pipi Claudia yang mulai basah oleh air mata yang tak bisa ia tahan.
“Kamu tidak kehilangan aku, Claudia…” katanya pelan, menenangkan. “Aku masih di sini. Hanya saja, saat ini… aku harus fokus pada kondisi Liana. Bayi itu… butuh aku. Dan kamu pun tahu itu bagian dari rencana kita.”
Claudia menarik napas dalam-dalam. Ia menunduk, membiarkan kepala bersandar di bahu Kenzo. “Aku hanya takut, Kenzo … Takut suatu saat kamu benar-benar jatuh cinta padanya. Lalu aku benar-benar kehilangan semuanya.”
Kenzo terdiam. Lama.
Hingga akhirnya, ia menunduk dan mengecup pelipis Claudia dengan lembut. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, Claud. Tapi satu yang pasti… Aku tak akan membiarkan kamu jatuh sendirian dalam permainan ini. Kamu tetap istriku. Dan aku tidak akan biarkan kamu tersingkir.”
Claudia memejamkan mata, menahan air mata yang sudah tak tertahan lagi. Ia hanya bisa berharap dalam diam… bahwa semua ini masih bisa ia kendalikan. Bahwa ia tak akan kalah dari wanita yang dulu hanya alat dalam rencananya.
Dan Kenzo… tetap menjadi miliknya.
Claudia masih duduk di sisi ranjang, sementara Kenzo berdiri tak jauh dari jendela, menatap ke luar dengan pikiran yang berkecamuk.
Suasana hening, namun sarat emosi.
“Aku ingin semuanya kembali seperti dulu, Kenzo…” ucap Claudia pelan. “Saat hanya ada aku dan kamu. Tanpa intrik. Tanpa wanita lain.”
Kenzo menoleh, langkahnya pelan mendekati ranjang. Ia duduk di samping Claudia, menatap wajah istrinya yang mulai memerah karena emosi dan lelah.
“Aku pun ingin begitu, Claudia. Tapi sekarang, kita harus kuat. Kita sudah masuk terlalu dalam,” katanya dengan suara rendah dan berat.
Claudia menatap mata Kenzo. “Kalau begitu... biarkan aku merasakan nya ..... bahwa kamu masih milikku.”
Kenzo tak berkata apa-apa. Ia hanya menatap dalam mata istrinya—mata yang pernah membuatnya jatuh cinta, dan mungkin masih ada serpihan itu di dalam dirinya.
Perlahan, ia mengangkat tangan dan menyentuh pipi Claudia, mengusap lembut rambut yang jatuh ke dahinya. Claudia membalas sentuhan itu, tangannya menyentuh tangan Kenzo, menahan agar jangan pergi.
Saat itu, tak ada kata lagi. Hanya tatapan yang berbicara.
Kenzo menunduk, mengecup kening Claudia. Lalu hidungnya menyusuri garis wajah istrinya, hingga akhirnya bibir mereka bertemu dalam kecupan panjang yang dalam—bukan hanya sekedar hasrat, tetapi juga rasa yang lama terpendam.
Claudia memejamkan mata. Sentuhan itu membangkitkan semua hasratnya dan rasa memiliki yang dulu pernah ada.
Satu persatu baju mereka terlepas Hingga tak bersisa.sentuhan itu semakin membuat keduanya menggila dalam birahi. Rasa cinta dan rindu yang melebur jadi satu.
Tanpa terburu-buru, Kenzo membawa Claudia berbaring. Satu persatu batas emosi runtuh, terganti dengan pelukan hangat dan bisikan lembut.siang itu mereka larut dalam pelukan dan keheningan yang menyimpan banyak rasa—rindu, amarah, dan cinta yang masih tersisa.
Lampu kamar tetap temaram, seolah mengerti bahwa hari ini bukan hanya tentang tubuh, tapi tentang dua hati yang pernah menyatu, kini berusaha menemukan tempat mereka kembali.
Matahari siang menggantung tinggi, menebar panas yang menyengat ke seluruh penjuru villa. Di dalam kamar, Liana duduk di tepi ranjang dengan wajah gelisah. Matanya menatap kosong ke arah jendela, sementara tangannya memegangi perut yang mulai membuncit. Ia tahu, hatinya tak lagi tenang sejak Claudia datang dan membuat kegaduhan.
Ia bangkit, mengambil selendang tipis untuk menyelimuti bahunya, lalu keluar dari kamar dengan langkah pelan. Ia tahu siapa yang harus ia temui.
Alex sedang duduk di gazebo halaman samping, mencatat sesuatu di ponselnya sambil sesekali berbicara dengan tim keamanan lewat earphone. Saat melihat Liana mendekat, ia segera berdiri dan menyambut dengan sopan.
“Nona Liana, ada yang bisa saya bantu?”
Liana menarik napas, mencoba tenang. “Alex… bisa kita bicara sebentar?”
Alex mengangguk. “Tentu. Silahkan duduk.”
Mereka duduk berhadapan di bangku panjang. Liana menunduk, lalu menatap mata Alex dengan sungguh-sungguh.
“Alex… aku minta tolong. Antar aku ke tempat ayahku dirawat sekarang. Aku janji tidak lama. Aku hanya... ingin menjauh sebentar dari vila ini.”
Alex tampak ragu. “Nona, kalau soal Nyonya Claudia, saya rasa Tuan Kenzo bisa menyelesaikannya. Tidak perlu Anda yang—”
“Tidak, Alex,” potong Liana pelan, tapi tegas. “Aku lelah. Aku sedang hamil dan emosiku tidak stabil. Aku tidak ingin membuat keributan lagi di sini. Aku hanya ingin ketenangan… dan berada di dekat Ayahku bisa membuatku tenang.”
Alex terdiam. Ia tahu betul, wajah Liana memang tampak lebih pucat dari biasanya. Sorot matanya pun seperti menyimpan beban yang berat.
“Kalau Tuan Kenzo tahu saya membawa Anda pergi tanpa izin, dia pasti marah besar, Nona.”
“Aku yang akan tanggung jawab, Alex. Kalau perlu, aku sendiri yang akan bicara pada Kenzo. Tapi tolong… untuk kali ini, bantu aku.”
Alex menarik napas panjang, lalu mengangguk pelan. “Baiklah. Tapi saya yang akan mengatur semuanya. Kita berangkat sekarang.”
Senyum tipis muncul di wajah Liana, untuk pertama kalinya sejak pagi. “Terima kasih, Alex. Aku benar-benar berterima kasih.”
Alex membungkuk hormat. “Ini tugas saya, Nona. Saya hanya ingin Anda dan bayi dalam kandungan tetap aman.”
Liana memegangi perutnya, seolah membisikkan janji pada sang buah hati. "Kita akan bertemu Kakek lagi, Nak... dan Mama akan lebih tenang di sana."
masah ga tau dn ga curiga dgn istrinya, keluar masuk luar negri, dgn bebas🤣😅🤭😁😂
kalau yg lain beruntung sih so lihat apakah kamu akan sama yg lain Vika