Seorang mafia yang kejam dan dingin menemukan dua bayi kembar yang cantik di dalam dus yang di letakkan di tempat sampah. Mafia itu merasa iba dan merawat mereka. Kadang dia kesal, lelah dan ingin rasanya melempar mereka ke belahan dunia lain. Itu karena mereka tumbuh menjadi anak yang jail, aktif dan cerewet, selalu menganggu kesenangan dan pekerjaannya. Namun, dia sudah sangat sayang pada mereka. Mereka juga meminta mami sampai nekat kabur karena tidak diberikan mami. Dalam perjalanan kaburnya, ada seorang wanita menolong mereka.
Wanita yang cantik dan cocok untuk menjadi mami mereka. Bagaimana usaha mereka untuk menjadikan wanita itu mami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab.18
Mobil yang membawa Anita sampai lebih dulu di rumah sakit. Para perawat dan Dokter dengan sigap menangani pasien. Mereka berlari mendorong brankar ke tempat operasi yang sudah di siapkan sebelumnya, karena paramedis yang di ambulance sudah menghubungi pihak rumah sakit dan berkoordinasi sebelumnya.
Tak lama ambulance yang membawa Alkana juga sampai. Para Dokter dan perawat menangani dengan cepat. Dhara dan Dhira tidak di perkenankan untuk masuk, mereka menunggu di luar dengan perasaan tidak menentu. Sekitar sepuluh menit kemudian Arsen datang. Dia melihat Dhara dan Dhira, Arsen berlari menghampiri mereka.
"Dhira, Dhara! Bagaimana Papi?" tanya Arsen pada si kembar yang sedang duduk.
"Papi masih di dalam Om," Dhara memeluk Arsen.
"Lalu bagaimana dengan Anita?"
"Masih di ruang operasi."
"Om, mereka akan selamat kan ya?"
"Kita berdoa saja, insyallah mereka selamat."
"Kalian sebaiknya pulang saja, biar Om yang di sini," ucap Arsen.
"Tidak Om, kami tidak mau pulang." Dhira menolak
"Tapi, kalian butuh istirahat." Arsen membujuk mereka
"Om, mana mungkin kami bisa istirahat jika Papi saja belum sadar," ucap Dhara.
"Sayang, ya Tuhan, Oma sangat khawatir pada kalian, kalian tidak apa-apa?" Datang Nyonya Adhisti.
"Kami baik Oma, tapi Papi dan Kak Anita mereka terluka parah" ucap Dhira.
"Kalian istirahat dulu. Opa sudah pesan kamar untuk kalian. Opa tahu, kalian khawatir pada Papi dan Anita, tapi kalau kalian tidak istirahat nanti kalian yang sakit. Kalau kalian tidak mau Opa akan kurung kalian di rumah." Leophard mengancam mereka, agar mereka mau istirahat, sedari kecil hanya satu yang paling mereka takuti yaitu opa mereka.
"Iya Opa, kami akan istirahat," ucap Dhara. Lebih baik mereka menurut istirahat di sini dari pada harus pulang ke rumah.
"Antar mereka ke kamarnya!" perintah Tuan Leophard pada pengawalnya.
"Baik, Tuan." Si kembar pun pergi diantar oleh pengawal.
"Om, bagaimana keadaan Alkan?" Seorang pria datang dengan terengah-engah, sepertinya dia habis berlari.
"Entahlah Dom, dia masih ditangani di dalam."
"Om dan Tante, tidak perlu khawatir Alkan akan baik-baik saja dia itu kuat!"
"Iya Dom, semoga saja."
"Dom, bisa minta tolong?"
"Apa?" tanya Dominic sahabat Alkana.
"Anita sedang di operasi, bisa tolong jaga dia, kami akan di sini sampai Alkana sadar."
"Baiklah aku akan ke tempat Anita. Kalian tidak usah khawatir, biar aku yang urus dia."
Dominic pun pergi ke ruang oprasi.
"Terima kasih, Dom!" ucap Arsen.
***
Alkana kini sudah di ruang perawatan, dia tidak apa-apa. Hanya ada beberapa luka bakar di tubuhnya, karena dia sempat terkena beberapa matrial bangunan saat ledakan terjadi. Untunglah saat ledakan itu dia sudah berada di dekat pintu keluar. Ledakan juga terjadi pada bangunan paling belakang.
Alkana belum sadarkan diri, sudah tiga jam berlalu. Anita pun sama dia sudah di pindahkan dari ruang operasi. Satu jam yang lalu operasi Anita baru selesai.
"Hm...." Alkana perlahan membuka matanya.
"Alhamdulillah kamu sudah sadar nak." Adhisti, menghampiri Alkan.
"Air," pinta Alkana. Adhisti mengambilkan air minum dan membantu Alkana untuk minum
"Anita?" tanya Alkan pada ibunya.
"Dia baik-baik saja. Operasinya sukses, sekarang dia ada di sebelah kamar kamu."
"Syukurlah," ucap Alkana.
"Sekarang bagaimana keadaan kamu?"
"Mamah tenang, aku baik-baik saja"
"Papi!"
Si kembar datang, mereka sangat senang sekali. Papi mereka bangun.
***
Satu minggu sudah, kini Anita dan Alkana sudah boleh pulang. Mereka sedang bersiap-siap untuk pulang. Selama di rumah sakit, si kembar selalu menjenguk Anita setiap saat.
"Anton antarkan Anita ke ruma barunya. Tempatkan juga beberapa pelayan di rumahnya. Dia baru sembuh butuh istirahat."
"Iya Tuan." Anton segera pergi ke tempat Anita.
Alkana sengaja membelikan Anita rumah baru agar Anita merasa nyaman. Alkan tahu Anita tidak mungkin mau, tinggal bersamanya atau orang tuanya.
"Sudah siap Nyonya?"
"Anton, aku sudah siap. Bagaimana Alkana?"
"Tuan juga sudah siap!"
"Ayo Anton, aku ingin menemuinya dulu."
"Baik Nyonya."
Anita menemui Alkana dia pamit pada Alkan dan juga si kembar yang kebetulan sedang bersama Alkana. Setelah itu Anita pulang di antar oleh supir Alkana.
***
Alkana sedang merenung d kamarnya. Dia memikirkan Anita. Dia merasa Anita lebih baik bersamanya. Setelah kejadian itu ada perasaan takut kehilangan. Alkana tidak mau kejadian serupa terulang kembali Oleh sebab itu dia akan berusaha membujuk Anita agar mau menikah dengannya.
Anita sendiri juga sedang berdiam di kamarnya. Kamar rumah barunya yang baru di beli Alkana. Sebenarnya dia ingin menolak pemberian Alkana tetapi dia tidak sanggup melihat wajah Alkana yang terlihat sendu dan berharap Anita mau menerima pemberiannya.
Agar hati Alkana senang, Anita menerima rumah ini. Anita juga merasa berhutang budi karena Alkana menolongnya waktu itu, bahkan sampai Alkana terluka. Anita dan Alkana ternyata saling memikirkan satu sama lain.
Alkana kemudian keluar dari kamar dan menemui si kembar.
"Sayang, Papimau bicara."
"Bicara apa, Pi?" tanya Dhara
"Ini tentang Anita."
"Kenapa, Kak Anita?" Dhira bertanya.
"Papi mau menikahi Kak Anita, bagaimana menurut kalian?"
"Benarkah? Kami pasti senang Papi," jawab mereka kompak.
"Apakah menurut kalian Kak Anita akan menerima Papi? Bagaimna kalau Papi ditolak?"
"Ya, ampun Papi. Semangat dong! Belum juga dicoba udah nyerah duluan.
"Kalian ada ide agar rencana Papi berhasil.
"Ada, jadi begini...."
"Oh, Ok, twins terima kasih ya?
***
"Hahaha... Aku senang sekali mereka pasti sudah mati.
"Siapa yang mati?" tanya Willi yang baru saja masuk ke dalam kamar Jasmin.
"Bukan siapa-siapa, cuma tokoh dalam drama!"
"Oh, Kakak mendapat undangan dari Alkan, Dia akan bertunangan."
"Apa?"
"Iya, kenapa kamu terkejut?"
"Gak apa-apa."
"Ternyata dia masih hidup, bahkan Alkan ingin bertunangan, dengan siapa ya dia bertunangan?" batin Jasmin.
"Aku boleh ikut?"
"Karena itu aku ke sini, mau mengajakmu ke acara itu, bisa kan?"
"Bisa, aku akan dandan dengan cantik."
"Acaranya nanti malam."
"Iya Kak."
Sampai sekarang Willi tidak tahu, apa yang telah dilakukan adiknya. Jasmin pergi ke salon agar nanti malam dia tampil memukau. Semua mata akan tertuju padanya. Dia harus tampil cantik melebihi tunangan Alkan, agar Alkan menyesal.
Malam pun telah tiba Jasmin dan Willi sudah tampil tapan dan cantik, bak seorang putri dan pangeran.
Mobil melaju menuju gedung tempat penyelenggaraan acara pertunangan. Jasmin sudah tidak sabar, dia ingin segera melihat siapa tunangan Alkana. "Tidak mungkin seorang Anita, karena Anita sudah mati"
Akhirnya mobil sampai juga di gedung itu.
Pintu mobil Willi di bukakan oleh petugas. Jasmin keluar dengan anggun. Willi menghampirinya dan memberi kode pada Jasmin untuk menggandeng tangannya. Jasmin mengaitkan lengannya di lengan Willi. Mereka melangkah masuk.
Di dalam gedung terlihat dekorasi ruangan yang sangat mewah dan elegan. Tamu pun sudah banyak yang datang memenuhi ruangan. Tampak tamu-tamu penting sekelas pejabat juga artis. Di atas panggung Jasmin melihat ada Alkana beserta orang tuanya. Juga ada seorang wanita tetapi Jasmin tidak bisa melihat dengan jelas.
Langkahnya semakin mendekat ke arah panggung. Jasmin melihat Willi yang tersenyum. Mereka mulai menaiki tangga menuju panggung. Perasaan Jasmin berdebar dia juga sangat penasaran dengan wanita tunangan Alkana.
"Tuan Alkana selamat atas pertunangannya."
Willi menyapa Alkan dan menancapkan selamat.
"Terima kasih Tuan William, Jasmin kau juga hadir. Terima kasih."
"Selamat."
"Sayang, ada tamu." Wanita yang sedang mengobrol dengan orang tua Alkana lalu melihat pada Alkan dan menatap tamu meraka. Kemudian dia tersenyum.
"Oh, maaf, terima kasih sudah datang," ucap wanita itu.
Jasmin dan Willi sama-sama terpaku. Mereka tidak percaya akan kehadiran orang yang ada di hadapan mereka. Sungguh, rasanya tidak mungkin.
.
.
.
.
jgan2 Dominic kaka na anita yg tetpisah
kayanya anita bakal menimbulkan trauma