NovelToon NovelToon
Tetangga Idaman

Tetangga Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Romansa / Bercocok tanam
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Zhy-Chan

Arif Pradipta, begitu Emak memberiku nama ketika aku terlahir ke dunia. Hidup ku baik-baik saja selama ini, sebelum akhirnya rumah kosong di samping rumah ku di beli dan di huni orang asing yang kini menjadi tetangga baruku.

kedatangan tetangga baru itu menodai pikiran perjakaku yang masih suci. Bisa-bisanya istri tetangga itu begitu mempesona dan membuatku mabuk kepayang.
Bagaimana tidak, jika kalian berusia sepertiku, mungkin hormon nafsu yang tidak bisa terbendung akan di keluarkan paksa melalui jari jemari sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

⁹ Mimpi Basah

Mas Nata menuangkan minum untuk semua orang, kecuali Mbak Rifani. Khusus untuk istrinya, dia menyediakan jus jeruk. Katanya, Mbak Rifani gak pernah minum minuman beralkohol.

Rasanya sungguh lega, mendengar penjelasan Mas Nata barusan. Aku gak ingin perempuan yang aku cintai itu, ikut-ikutan merusak tubuhnya seperti mereka. Semua orang mengambil gelas masing-masing, bersiap untuk cheers.

Namun, kegiatan mereka terjeda ketika melihatku gak juga mengambil minuman tersebut.

"Rif, Minumnya, kok tidak di ambil?" tanya Mas Nata.

"Aku belum pernah minum minuman seperti ini, Mas."

"Coba saja, minuman ini menghangatkan tubuh loh."

"Maaf gak bisa."

"Oh."

Mereka akhirnya bersulang tanpa aku dan Mbak Rifani.

"Ya udah, biar Arif, saya ambilkan jus jeruk saja." Mbak Rifani bangkit dari tempat duduknya, hendak menggeser kursi dan bertolak ke dapur, tapi tangannya di cegah oleh Mas Nata.

"Biar saya yang ambilkan, Sayang. Kamu duduk di sini saja, jangan capek-capek."

Duh, sikap romantis Mas Nata ke istrinya, pasti membuat semua orang yang melihatnya menjadi iri.

Mas Nata ada di dapur untuk beberapa lama. Ketika kembali, di tangannya sudah ada minuman berwarna orange yang begitu menggoda, sudah sejak tadi aku merasa kehausan, tapi sungkan untuk memintanya.

"Silakan di minum jusnya, Rif."

"Makasih, Mas."

Entah sudah berapa lama mereka bercengkerama sambil menuang dan meminum minuman setan itu. Kalo isi dari botol-botol itu mereka habiskan, lantas setannya nanti, minum apa dong? Haish.

Sudah jam berapa ini? Mataku sudah hampir lengket. Aku tadi bahkan lupa membawa handphone atau pun memakai jam tangan, saking terburu-burunya ingin pamit duluan, tapi sungkan jika pulang sebelum acara selesai, dan sepertinya mereka belum menunjukkan tanda-tanda mengakhiri acara. Aku harus gimana coba?

"Yang, saya pamit ke kamar duluan ya. Sudah ngantuk banget," pamit Mbak Rifani kepada suaminya.

"Iya, Yang."

Di sampingku, Angga sudah teler setelah menghabiskan beberapa gelas minuman.

"Rif, kamu tadi sudah pamit ke, Bulek Siti, 'kan kalau mau ke sini?" tanya Mas Nata, di sela-sela obrolan teman-temannya.

"Iya, sudah kok, Mas."

"Sepertinya pintu rumah mu sudah di kunci Bulek Siti. Ini sudah sangat malam, kamu menginap di sini saja gapapa. Teman-temanku juga akan menginap di sini, rumah mereka jauh. Mereka biar tidur di kamar tamu, ada beberapa kamar yang masih kosong. Kamu pilih tidur sendiri atau tidur di kamar Angga?"

"Oh, hmm..."

Aku berpikir sejenak. Ingin pulang, tapi kasian kalo tidurnya Emak jadi keganggu gegara tengah malam membukakan pintu untukku. Lagian badanku capek, rasa kantuk sudah melekat di mataku.

"Hmm, aku tidur sama Angga saja deh, Mas. Makasih ya, sudah di tumpangi tidur di sini." Setelah menimang-nimang, akhirnya aku memutuskan tidur di rumah tetangga.

Dengan bantuan Mas Nata, aku memapah tubuh Angga yang sudah limbung.

"Selamat tidur Rif, semoga Tidurnya nyaman."

"Ah, iya Mas, terimakasih."

Mas Nata keluar dengan menutup pintu kamar Angga sekalian. Aku pun berbaring di samping adiknya Mbak Rifani ini.

...🍄🍄🍄...

Jendela kaca yang tinggi dan lebarnya seperti jendela kamar hotel itu sedikit terbuka, hingga membuat tirai putih transparan yang menutupinya menari ke sana ke mari.

Cahaya bulan menerobos tatkala tirai itu tersibak, sedikit memberi penerangan pada kamar yang lampu utamanya sengaja di matikan.

Di tempat ku terbaring lamat-lamat bisa ku lihat malam, sama sekali tak terusik dengan olah raga kami yang mengguncang seisi ranjang.

Deru angin malam menjadi backsound suara merdu yang ku lantunkan bersama wanita pujaan hati yang telah menyemangati hidupku selama dua bulan ini.

Setengah jam telah berlalu. Sisa buliran-buliran peluh membasahi kening, tengkuk, juga sisi tubuh yang lain setelah aku bekerja keras. Sementara wanita di bawahku, tak mau tinggal diam. Dia juga berusaha membuatku senang. Hingga akhirnya aku melayang ke awang-awang.

"Yang, malam ini kamu luar biasa sekali. Makasih banyak ya."

Sebuah ciuman mendarat di pipiku setelah kami sama-sama kelelahan. Tidur sambil memeluk orang yang di sayang, rasanya membahagiakan sekali.

"Ariiiiiffff...,"

Panggilan Emak mengagetkan. Aku segera membuka mata, tapi tetap gelap. Apa yang terjadi? Aku ada di mana? Kepalaku pusing, mungkin karena bangun secara mendadak, di tambah kaget dengan suara teriakan Emak. Oh, rupanya teriakan Emak hanya mimpi belaka.

Tangan ku meraba-raba apa saja yang bisa ku.jangkau, hingga menemukan sebuah benda pipih. Benda itu menyala setelah ku tekan salah satu tombol nya yang ada di sisi samping.

Cahaya yang di pancarkan nya membuat mataku silau dan kembali pusing. Melalui cahaya dari gawai tersebut, aku mencari saklar dan memencetnya hingga lampu di ruangan ini menyala.

Ku lihat sisi ranjang, Angga masih tidur pulas. Aku baru ingat, jika semalam tidur di kamar Angga. Kembali ku lihat layar handphone, untuk mengetahui jam berapa sekarang.

"Hmm, untung belum ketinggalan waktu subuh." Aku bernapas lega.

Namun, otakku mendadak kembali beku ketika mengingat apa yang ku lakukan semalam.

"Hah, semalam aku mimpi basah kah?" ucapku lirih sambil menutup mulutku sendiri dengan jemari.

Ini bukan yang pertama. Bahkan aku sering mengalami mimpi basah seperti itu, tapi kenapa yang semalam terasa begitu menyentuh ya?

Aku memang mencintai Mbak Rifani, juga sering memikirkannya di setiap saat. Namun, gak pernah membayangkan melihat tubuhnya yang polos, apalagi membayangkan melakukan hal yang aneh-aneh bersamanya. Otakku gak semesum itu.

Bisa-bisanya mimpi yang seperti itu muncul dalam tidurku. Mimpi yang sungguh liar. Astagfirullah.

Ku lihat Angga sekali lagi, dia masih tidur memunggungi ku, menghadap jendela. Entah apa yang dia lakukan padaku, jika tahu aku sudah memasukkan kakaknya dalam mimpiku.

Aku segera mengunci pintu, takut kalo tiba-tiba ada orang masuk. Aku ingin melakukan sesuatu, dan gak mau ada orang lain yang tahu.

Ku pelorotkan celana sedikit ke bawah, untuk memastikan sesuatu. Ah sial. Kain segitiga ku beneran basah. Untung cuma sedikit, jadi gak sampai tembus ke celananya. Ku sapu setiap sudut kamar sahabatku ini, rupanya Angga mempunyai kamar mandi yang berada di dalam kamarnya sendiri.

Aku pun segera mandi, takut kalau ketinggalan waktu subuh. Gak lupa mengambil wudhu dulu sebelum menyiram sekujur tubuhku dengan air, agar mendapat pahala sunah, karena ini bukan mandi biasa, tapi mandi wajib.

Selesai salat, aku membangunkan Angga untuk membukakan pintu rumah. Aku ingin segera pulang, agar nanti gak telat narik orderan penumpang. Namun, laki-laki yang semalam mabuk itu sama sekali gak mau membuka matanya. Sepertinya, efek alkohol masih menguasai dirinya.

1
dnr
jangan" rifani hamil anaknya si arif lagi pas mkan mlam itu
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
bagus sekali ❤️❤️❤️
kalea rizuky
lanjut
kalea rizuky
nata belok
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
astaga...alex n Nata ternyata terong malam terong
Tutian Gandi
kan...bener kah dugaan q..kalo mereka itu belok kanan dan belok kiri ..🤔🤔
dnr
kyknya nata sma pa alex ada serong dah
Tutian Gandi
kok q curiga sama bos nya ya...jgn2 si nata ada belok nya kali y....
Ardiawan
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!