NovelToon NovelToon
Skandal Cinta Tuan Muda

Skandal Cinta Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Berondong / Office Romance
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: itsclairbae

Nadira Elvarani yakin hidup pahitnya akan berakhir setelah menerima lamaran Galendra, lelaki mapan yang memberinya harapan baru.
Tapi segalanya berubah ketika ia terlibat skandal dengan Rakha Mahendra—anak bos yang diam-diam menginginkannya—menghancurkan semua rencana indah itu.
Di antara cinta, obsesi, dan rahasia, Nadira harus memilih: hati atau masa depan yang sudah dirancang rapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon itsclairbae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 — Antara Dua Tangan

Satu minggu setelah menyebar undangan pernikahan, Nadira masih tetap berangkat ke kantor.

Padahal, rencananya, ia akan berhenti bekerja paling lambat empat hari setelahnya. Namun, rencana itu meleset. Atau mungkin... sengaja ia buat meleset, agar tetap punya alasan untuk tidak bertemu dengan Galendra.

Sejak hari itu—sejak matanya sendiri menangkap pemandangan yang seharusnya tidak ia lihat, Galendra mencium perempuan lain—mereka belum pernah bertemu lagi. Bahkan ketika Galendra mengajaknya makan siang untuk berbicara, Nadira selalu punya alasan untuk menolak.

Nadira terlihat jauh lebih sibuk dari biasanya. Ada banyak hal yang harus ia selesaikan sebelum benar-benar meninggalkan pekerjaannya—termasuk melatih karyawan baru yang akan menggantikannya, Dimas. Hampir setiap hari, Nadira berjalan bersama Dimas, menjelaskan tugas-tugas secara rinci, berpindah dari satu divisi ke divisi lain.

Namun, hari itu tampaknya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Saat ia dan Dimas melintasi lobi, langkah Nadira terhenti. Di hadapannya berdiri lelaki yang paling ingin ia hindari.

Galendra.

Wajah lelaki itu mengeras. Tatapannya menusuk, penuh amarah yang tidak disembunyikan.

“Jadi ini alasanmu menghindariku?” tanya Galendra, suaranya terdengar tajam dan cukup lantang untuk membuat beberapa orang menoleh penasaran.

Nadira terkejut, tubuhnya seketika menegang. Ia tidak menyangka Galendra akan muncul di saat seperti ini—dan dengan nada seperti itu.

Dimas berdiri di sampingnya, kebingungan. Ia tahu Nadira akan menikah, tapi tidak tahu bahwa lelaki yang sedang berdiri dengan sorot mata menusuk itu adalah calon suaminya.

Nadira buru-buru melangkah mendekati Galendra, mencoba meredam situasi sebelum menjadi tontonan umum. Ia tahu betul seberapa cepat gosip bisa menyebar di kantor itu—dan ia tidak ingin membiarkan nama baiknya jadi bahan omongan.

"Dia Dimas," bisik Nadira pelan, mencoba menahan kegugupan. "Orang yang akan menggantikan pekerjaanku. Jangan salah paham."

Namun, penjelasan itu tidak cukup bagi Galendra.

Wajahnya tetap tegang. Tatapan matanya masih menusuk ke arah Dimas, lalu kembali ke Nadira. Ia melihat dengan jelas kedekatan yang ditunjukkan—cara Nadira berbicara, ekspresi mereka saat bersama, jarak yang terlalu dekat untuk ukuran rekan kerja biasa.

“Jangan salah paham?” gumam Galendra dengan nada sinis. “Kalau aku bukan orang yang mengenalmu, aku pasti mengira kalian itu sepasang kekasih.”

Nada suaranya terdengar dingin, tetapi sorot matanya menyiratkan kekecewaan. Bukan semata karena rasa cemburu—melainkan karena Nadira yang terus menghindarinya, justru terlihat dekat dengan lelaki lain.

"Maaf," ucap Dimas, yang memang tipe orang yang tidak tahan melihat perempuan dibentak. Ia akhirnya maju menghampiri mereka, lalu menjelaskan dan membela Nadira.

"Anda memang salah paham. Saya hanya rekan kerja Nadira," jelasnya.

Emosi Galendra sudah terlanjur memuncak, membuatnya tidak mampu mendengarkan penjelasan dari Nadira maupun lelaki yang disebut-sebut akan menggantikan posisi Nadira itu.

"Ikut aku!" ucap Galendra, kemudian menarik tangan Nadira begitu saja—tanpa peduli meskipun saat itu masih jam kerja.

“Galen, jangan seperti ini,” mohon Nadira sambil berusaha melepaskan tangannya yang digenggam Galendra. Namun, cengkeraman Galendra terlalu kuat, membuat pergelangan tangannya terasa sakit.

Dimas hendak mengejar untuk menolong, tetapi kehadiran seseorang menghentikannya. Rakha muncul dan dengan cepat memegang tangan Nadira yang lain.

Langkah Galendra dan Nadira terhenti seketika. Mereka menoleh bersamaan ke arah Rakha, lalu melihat tangan Rakha yang memegang pergelangan tangan Nadira.

"Anda menyakiti Nadira!" ucap Rakha dengan tatapan tajam kepada Galendra.

Pemandangan itu membuat orang-orang yang ada di lobi mulai berbisik. Mereka tahu ada sesuatu antara Nadira dan pewaris Mahendra Group, tapi belum ada bukti yang jelas. Sekarang, bukti itu nyata.

"Lepaskan tanganmu!" titah Galendra, seakan tidak peduli dengan perkataan Rakha. Ia tahu Nadira kesakitan, tapi itu masih belum seberapa dibandingkan dengan rasa sakit yang sudah diberikan Nadira kepadanya.

"Anda yang lepaskan tangan Anda!" balas Rakha hampir berteriak. Ia tidak terima melihat Nadira diperlakukan kasar, karena ia sendiri tidak pernah melakukan hal itu.

Apalagi, ia juga tahu apa yang sudah Galendra lakukan di belakang Nadira. Lelaki yang suka berselingkuh seperti Galendra tidak pantas memperlakukan Nadira seperti ini.

Nadira merasa seakan oksigen di sekitarnya menipis saat Galendra dan Rakha berhadapan. Ia merasa seperti perempuan yang memiliki dua kekasih dan takut menyakiti salah satu dari mereka jika salah bertindak.

Namun, ia berusaha menggunakan logikanya untuk memilih siapa yang harus menjadi prioritas saat ini.

"Pak Rakha, saya harus bicara dengan calon suami saya," ujar Nadira, meminta Rakha untuk melepaskan tangannya.

Galendra tersenyum sinis, menatap Rakha. Ia merasa menang karena Nadira memilih untuk pergi bersamanya. Rakha hendak melawan, tapi tatapan Nadira membuatnya luluh, dan ia pun melepaskan tangan itu.

"Ayo," kata Nadira kepada Galendra setelah Rakha melepaskan tangannya. Ia melepaskan tangan Galendra yang sebelumnya menggenggam erat tangannya, lalu menarik tangan itu agar Rakha tidak khawatir.

“Calon suami, ya?” gumam Rakha dalam hati, memandangi punggung Nadira yang semakin menjauh.

Ucapan itu terasa seperti penegasan bahwa dirinya bukan siapa-siapa. Padahal, setelah kejadian hari itu—setelah Nadira melihat perselingkuhan Galendra—ia merasa hubungan mereka justru semakin dekat.

***

Nadira masuk ke ruangannya setelah pembicaraan singkatnya dengan Galendra selesai. Mereka memang tak bisa berbicara lama, mengingat masih jam kerja dan tidak semestinya membahas urusan pribadi saat itu.

"Sudah selesai?" suara itu menyambutnya saat ia baru melangkah masuk. Ternyata Rakha sudah menunggunya, duduk santai di kursi kerjanya.

"Maaf, Pak. Tadi saya izin sebentar untuk urusan pribadi," ucap Nadira, secara tidak langsung menjelaskan bahwa pembicaraannya sudah selesai.

Rakha tertawa pelan. Ia tidak ingin Nadira keluar dari perusahaan, tapi juga tidak menyukai jarak formal yang kini terasa di antara mereka. Bagi Rakha, formalitas justru membuat segalanya terasa semakin jauh.

"Jadi, kamu tetap akan menikah dengan lelaki itu?" tanya Rakha, mengabaikan perkataan Nadira.

Ia mengira Nadira sedang mempertimbangkan untuk membatalkan pernikahannya. Namun, tadi... Nadira masih menyebut Galendra sebagai calon suami.

"Pak..." Nadira berniat menegur Rakha karena topik pribadi itu dibicarakan di kantor, tetapi Rakha langsung menyelanya.

"Apa hebatnya dia, sampai kamu begitu mencintainya?" tanya Rakha, matanya menatap lekat Nadira.

Nadira tidak menjawab. Ia pun tidak mampu mendeskripsikan perasaannya terhadap Galendra—apakah benar cinta, atau karena alasan lain. Namun yang pasti, ia tidak bisa membatalkan pernikahannya lalu berpaling menerima Rakha sebagai pengganti.

“Pak Rakha, saya rasa kita tidak seharusnya membicarakan ini,” ucap Nadira, mencoba mengingatkan bahwa mereka sedang berada di kantor dan bukan tempat untuk membahas hal pribadi.

“Saya sudah bilang, batalkan pernikahanmu dan menikahlah dengan saya,” ucap Rakha tanpa peduli. Suaranya bahkan meninggi, cukup keras hingga terdengar oleh orang-orang di sekitar.

Nadira menatap ke luar jendela. Untung saja, saat itu tidak ada siapa pun di sekitar ruangannya. Pak Mahendra pun sedang tidak berada di tempat. Mungkin satu-satunya yang mendengar percakapan barusan hanyalah Dimas—karena ruang kerjanya persis berada di seberang.

1
Syaira Liana
lanjutt kak
Rian Moontero
mampiiir🖐🤩🤸
Syaira Liana
awas aja keira 😡😡😡😡
Syaira Liana
sebel banget sama keira 😡😡😡
ALRININGSIH ALRININGSIH
awal cerita yang bikin penasaran 😊
Clair Bae: Makasih udah mampir ❤
total 1 replies
Asphia fia
mampir
Clair Bae: Terimakasiu sudah mampir, semoga suka sama ceritanya 🙏
total 1 replies
Syaira Liana
lanjuttt kaka
Syaira Liana
Luar biasa
Clair Bae: Terimakasih sudah memberi ulasan ❤
total 1 replies
Susanti
semangat
Clair Bae: Terimakasih banyak ❤
total 1 replies
Trà sữa Lemon Little Angel
Jangan sampai ketinggalan!
Diva Rusydianti
Seru banget! Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya!
Beerus
Suka banget sama buku ini. Jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!