NovelToon NovelToon
Lihatlah Aku Dari Nirwana

Lihatlah Aku Dari Nirwana

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Beda Dunia / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:673
Nilai: 5
Nama Author: indrakoi

Nael, seorang notaris kondang, tenggelam dalam kesedihan mendalam setelah kepergian istrinya, Felicia. Bermodalkan pesan terakhir yang berisi harapan Felicia untuknya, Nael berusaha bangkit dan menjadi pribadi yang lebih baik. Meski kehidupannya terasa berat, ia tidak pernah menyerah untuk membenahi diri seperti yang diinginkan oleh mendiang istrinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indrakoi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 19: Pukulan Mematikan

Aku membuntuti bocah SMA yang—kalau nggak salah—bernama Avan ini hingga ke sebuah persimpangan jalan yang ada di pusat kota. Di sana, dia terlihat bertemu dengan beberapa temannya yang berjumlah tiga orang. Semua anak-anak tengil itu benar-benar tampak seperti seorang berandalan. Bisa dilihat dari celana seragam yang digambari dengan spidol, kuping yang ditindik, dan potongan rambut aneh yang bahkan aku nggak tahu apa namanya.

Kalau nggak salah, beberapa hari yang lalu, seorang influencer di bidang pendidikan sempat bilang di kontennya kalau generasi penerus kita itu sudah tidak ada harapan lagi. Well, rasanya aku juga sepakat akan pernyataannya itu.

Karena kebetulan di dekat mereka ada kios yang menjual kebab, aku memutuskan untuk memesan satu porsi agar bisa menguping apa yang dibicarakan oleh para berandalan ini. Untungnya, antrian orang yang memesan juga cukup panjang, sehingga aku bisa menguping pembicaraan mereka dengan waktu yang lebih lama.

Aku kemudian ikut mengantri dengan posisi badan yang membelakangi para berandalan itu. Karena situasi di sekitarku lumayan ramai, obrolan Avan dan kawan-kawannya jadi tidak terlalu terdengar jelas. Namun, aku akan tetap berusaha memusatkan konsentrasi pendengaranku kepada mereka.

“Terus gimana, Van? Kita nggak bisa seru-seruan lagi, dong?” Tanya salah seorang bocah dengan suara yang lebih berat dari remaja pada umumnya.

“Yah, sebenarnya bisa, sih. Cuma, kita nggak bisa beli banyak minuman lagi.” Sepertinya, orang yang membalas ini adalah Avan.

“Ayo lah, Van. Masa kau nggak bisa ngebujuk cewek itu lagi, sih?” Ucap salah satu berandalan lagi yang tidak bisa kulihat wajahnya.

“Sumpah, udah nggak bisa lagi, tahu! Bapaknya Michelle yang tajir itu udah nggak mau ngasih uang jajan banyak-banyak lagi ke dia gara-gara ketahuan boros!” Balas Avan dengan nada yang ngegas.

Oh, jadi gitu, ya. Ternyata si Avan ini cuma ngincer uangnya Michelle aja buat dipakai senang-senang sama kawanannya. Hadeh, dasar cowok-cowok mokondo. Kenapa, ya, putri dari seorang pria yang kaya raya bisa kepincut sama orang yang modelan kayak gini?

“Tapi, kalian nggak usah khawatir.” Ucap Avan dengan nada lantang yang penuh percaya diri. “Aku masih punya tiga cewek lagi yang bisa kita porotin uangnya. Besok, antar aku buat ketemuan sama Jennifer di Heavenly Beach Club. Dia itu adalah tante-tante bisnis yang uangnya juga nggak kalah banyak!”

Wow, jadi kau punya tiga cewek lagi, ya. Bahkan, salah satu cewekmu itu adalah tante-tante bisnis yang nongkrong di Beach Club? Harus diakui, ke-mokondo-an mu itu sudah next level, sih.

“Ini pesanan anda, Pak! Terima kasih dan datanglah kembali!” Ucap pedagang kebab itu sembari memberikan pesananku.

“Baik, terima kasih.” Balasku sembari memberikan beberapa lembar uang kepadanya.

Oke, sepertinya kegiatan menguping kita sudah cukup sampai di sini saja. Aku telah mendapatkan banyak informasi berharga dari pembicaraan mereka tadi yang bisa digunakan untuk menyadarkan anak magangku kembali. Aku ingin Michelle terlepas dari si mokondo ini agar performanya tidak menurun, sehingga aku bisa memberikannya nilai yang bagus.

...***...

Keesokan harinya, saat matahari sudah berada di ufuk barat, aku sedang sibuk menutup kantor bersama Tahsya, Meilani dan juga Michelle. Hari ini tidak terlalu banyak pelanggan yang datang, sehingga kami nggak perlu melakukan pembersihan yang begitu berat. Mereka bertiga pun kuizinkan untuk pulang tepat sesaat setelah kantor sudah selesai ditutup.

Namun, sebelum Michelle pergi meninggalkan kantor, aku menghampirinya terlebih dahulu untuk membicarakan sesuatu. Yah, kalian udah pada tahu, lah, ya kalau aku bakal ngajak dia ngobrol tentang pacarnya yang berandalan itu.

“Michelle.” Panggilku padanya saat dia hendak mengeluarkan motor dari halaman parkiran kantor.

Michelle pun langsung menoleh ke arahku dengan wajah yang terlihat dipenuhi oleh tanda tanya. “Ada apa, Pak Nael?” Tanyanya padaku sembari menyunggingkan senyuman ramah yang sering terlihat di wajahnya.

“Ada sesuatu yang mau aku beri tahu sebelum kau pulang.” Aku menjawab sambil berjalan mendekat ke arahnya. “Kau kemarin sempat nongkrong di Andawana Eats sama pacarmu yang namanya Avan itu, kan?” Sontak, mata Michelle langsung membelalak begitu mendengar pertanyaanku itu.

“D-Dari mana anda tau?” Michelle bertanya dengan suara yang mewakili keterkejutannya.

“Kebetulan kemarin aku juga beli makan di sana, makanya aku bisa melihat momen kebersamaan kalian.” Jawabku dengan wajah yang mencoba memberikan senyuman yang menyenangkan. Tapi, sesaat kemudian, aku langsung mengubah ekspresiku menjadi lebih serius saat hendak menanyakan sesuatu padanya. “Michelle, kau dimanipulasi dan dimanfaatin sama berandalan mokondo itu, kan?”

Wajah Michelle perlahan berubah jadi merah, seolah dia merasa kesal dengan pertanyaanku itu. “A-Apa maksud anda?!” Tanyanya dengan nada yang meninggi.

“Aku sempat menguping obrolan si berandalan itu dengan teman-temannya waktu beli kebab di pusat kota kemarin.” Jawabku dengan nada datar yang terdengar serius. “Kurang lebih, dia bilang kalau kau itu cuma salah satu dari sekian banyak cewek yang bisa diporotin. Dan juga, si mokondo itu kemarin bilang kalau hari ini dia bakal ketemu sama tante-tante di Heavenly Beach Club buat dimintain uang.”

Wajah Michelle terlihat semakin murung setelah aku menjelaskan hal itu kepadanya. Tapi, ini adalah sesuatu yang harus dia ketahui agar bisa terlepas dari hubungan yang nggak sehat dengan si mokondo itu.

“Begitu, ya…” Ucapnya lirih dengan suara yang terdengar penuh kesedihan dan kekecewaan. Kepalanya mulai menunduk perlahan-lahan, seolah ditimpa oleh beban pikiran secara bertubi-tubi.

“Michelle.” Panggilku dengan nada tegas, hingga membuatnya langsung menoleh ke arahku. “Kalau kau mau mergokin si Avan mokondo itu, aku rasa aku bisa membantumu.”

Mata Michelle seketika memperoleh binarnya yang sempat hilang tadi. Namun, tiba-tiba, wajahnya mulai terlihat dipenuhi dengan keragu-raguan. “Kenapa anda berminat untuk membantu saya?” Tanya Michelle dengan nada rendah yang terdengar sedikit tidak percaya kepadaku.

Yah, wajar sih, kalau dia jadi agak skeptis. Jika dipikir-pikir lagi, kalau ada om-om berusia 41 tahun yang nawarin bantuan ke cewek muda, biasanya orang itu pasti punya niat terselubung di baliknya. Tapi percayalah, aku bukan orang yang kayak gitu.

“Kalau kau terus gini, maka performamu akan semakin menurun sehingga aku terpaksa memberikanmu nilai yang jelek.” Jawabku dengan tegas dan penuh keyakinan.

“Selain itu, aku nggak pengen pelangganku kabur hanya karena ulah preman mokondo yang bahkan nggak punya bakat sama sekali!”

...***...

Setelah debat kecil-kecilan dengan Michelle, aku mengantarnya menuju Heavenly Beach Club untuk menyelesaikan permasalahannya dengan Avan si bocah mokondo. Dan di sini lah kami, bersembunyi di balik barisan pohon kamboja yang membuat suasana tempat haram ini menjadi lebih indah.

Dari kejauhan, aku bisa melihat Avan sedang dimanja oleh seorang tante-tante semok di pinggir kolam renang. Aku memperhatikan pemandangan itu dengan ekspresi wajah jijik bercampur ngeri, sembari menikmati cocktail yang kupesan tadi. Kok bisa, ya, bocah tengil kayak dia mampu menggaet wanita-wanita berduit di kota ini? Itu lah pertanyaan yang terus melayang-layang di kepalaku.

Well, bagaimanapun metode yang digunakannya, aku rasa ini sudah cukup untuk membuat Michelle berminat untuk melepaskan hubungannya dengan Avan sialan itu.

“Gimana, Michelle? Kau cuma diem doang dari tadi.” Ucapku sembari melirik ke arahnya.

Michelle tersentak, kemudian langsung menoleh ke arahku dengan cepat. “I-Iya, Pak Nael. Aku… Cuma agak shock aja sama kelakuan mereka berdua…” Ucapnya dengan suara pelan yang penuh kekecewaan.

“Aku… Aku rasa kita nggak perlu sampai ngelabrak dia, deh, Pak Nael.” Tambahnya lagi dengan pandangan yang kembali mengarah pada Avan.

“Siapa bilang kita akan ngelabrak? Kau cukup foto dia dari sini, lalu kirim foto itu ke kontaknya. Itu hitungannya udah mergokin, kan?”

“Iya sih… hahaha…” Respon Michelle dengan tawa masam yang dipaksakan.

“Padahal aku udah tahu kalau dia itu adalah cowok yang buruk. Tapi, entah kenapa aku tetap kecantol sama setiap perhatiannya yang terasa begitu tulus…” Gumam Michelle sambil mengangkat handphonenya, seolah bersiap untuk memfoto. Tapi, tunggu dulu, aku masih sedikit bingung dengan apa yang dimaksud Michelle dari ucapannya itu

“Apa maksudmu?” Tanyaku dengan nada yang kebingungan.

“Maksudnya, aku udah tahu kalau Avan itu cuma niat ngincar uangku aja. Tapi, Avan sering ngasih perhatian yang jarang banget aku dapetin dari orang tuaku. Kayaknya, itu lah kenapa aku bela-belain buat terus pacaran sama Avan.”

Jawaban Michelle itu berhasil membuat amarah di dalam hatiku menjadi berkobar. Pertama, aku kesal sama kelakuan Avan yang memanfaatkan perasaan seorang gadis yang jarang dapet perhatian dari orang tuanya. Kedua, dari penjelasan Michelle, aku bisa tahu kalau orang tuanya itu adalah tipikal yang acuh tak acuh pada anaknya sendiri. Hal ini juga membuat hatiku menjadi semakin kesal.

Tanpa sadar, kakiku sudah melangkah dengan cepat untuk mendekati Avan yang masih berada di pelukan tante-tante itu. “Avan!” Panggilku dengan nada yang menggelegar, sambil terus berjalan mendekat ke arahnya.

“Siapa yang-” *BUAKKK*

Begitu Avan si bocah mokondo itu menoleh, aku langsung melayangkan pukulan yang mendarat dengan keras di wajahnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!