Reina mentari seorang gadis pekerja keras, ceria, dan pantang menyerah. Kehidupannya berjalan normal sampai suatu hari ia bertemu dengan Saina putri kecil Revan yang mengubah seluruh alur cerita kehidupannya yang biasa saja.
"Menikah lah denganku" hal itu tentu menjadi kata paling bahagia untuk semua wanita yang ada di dunia, tapi tidak untuk Reina karena Reina tahu Revan tidak mencintainya. Namun demi Saina gadis kecil yang merindukan sosok seorang ibu di hidupnya sehingga mau tidak mau Reina harus menekan sedikit egonya untuk kebahagian Saina.
Perlahan alur kisah Reina mulai berubah, tabir rahasia yang ditutupi orang tuanya selama ini ikut naik kepermukaan meluluhlantahkan hatinya.
Akan kah Reina menerima Revan? Rumah tangga seperti apa yang akan dialami Reina? mampukah Reina melewati segala kesulitannya? ikuti terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Satu kamar?
" Ini semua perlengkapan cowok, mati aku apa aku salah masuk kamar. Tidak mungkin kan si pemilik kamar ada dibelakangku di ranjang sedang memandangiku seperti kebanyakan novel novel yang ku baca. Jelas tidak kan? " Ucap Reina pelan pada diri sendiri.
...Karena rasa tegang bercampur penasaran Reina perlahan berbalik ke arah ranjang dan benar saja Reina melihat Revan sudah duduk di ranjang dengan memangku laptopnya namun dengan tatapan yang masih fokus terpaku dengannya....
" Revaaaaaaaaannnnnnnnnnn " ucap Reina ketika menyadari bahwa Revan pasti tengah berpikir kotor sambil memandanginya.
Sedangkan Revan yang di teriaki hanya tersenyum tanpa mengatakan sepatah katapun.
" Apa kau ingin menggoda " ucap Revan sambil berdiri dengan tersenyum smirk kemudian berjalan mendekat ke arah Reina.
" Jangan mendekat atau aku akan berteriak." Ancam Reina pada Revan karena melihat langkah Revan yang semakin mendekat.
" Teriak saja, toh kamar ku kedap suara. Tidakkah suaramu akan sia sia." Ucap Revan lagi sambil terus berjalan ke arah Reina.
...Reina terus berusaha untuk mundur melihat Revan yang semakin dekat hingga tubuhnya menubruk lemari kaca dan tidak bisa mundur lagi, sedangkan Revan terus menerus mengikis jarak diantara mereka hingga hanya berjarak beberapa senti. Hembusan serta helaan nafas keduanya saling menerpa wajah satu sama lain. Revan meletakkan kedua tangannya di kiri dan kanan kepala Reina hingga mengunci Reina dan tidak membiarkannya berlalu....
...Aroma vanila menyebar memenuhi hidung mancung Revan membangkitkan hasratnya sebagai pria, apalagi tetesan demi tetesan air terus turun melalui rambut panjang Reina yang masih basah, tentu saja laki laki mana yang tak akan tergoda akan santapan lezat di depannya....
" Shiiiittttt, kenapa aku selalu bernapsu ketika melihatnya. Come on Revan pada Iriana saja kamu tidak pernah seperti ini tapi dengannya?" Ucap Revan dalam hati sambil hanya terus memandangi wajah Reina di depannya dengan nafas yang memburu.
" Revan apa yang akan kau lakukan" ucap Reina dengan suara yang sedikit bergetar karena membayangkan hal yang tidak tidak.
...Revan semakin mendekatkan wajahnya mengikuti aroma vanila yang sedari tadi menggelitik hidungnya. Hasrat serta hati Revan terus bertolak belakang, hasrat di dalam dirinya terus berkata untuk tidak menyianyiakan kesempatan ini sedangkan hatinya berusaha menolak keras apa yang saat ini ada di pikirannya. Lama Revan bergemelut dalam pikirannya sendiri sampai pada akhirnya ia memilih mengikuti kata hatinya agar tidak menyesal kemudian....
"Di sini hanya ada baju ku, jika kamu mau pakai saja jika tidak selamat tidur mengenakan jubah mandi itu." Ucap Revan sambil mengangkat tangan kanan disebelah kepala Reina untuk membuka lemari kaca tersebut, lalu berjalan kembali menuju ranjang.
...Reina yang melihat kelakuan usil Revan tentu saja sangat kesal di saat Reina sudah memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi barusan termasuk dengan malam pertama yang ia bayangkan akan terjadi tanpa bisa dicegah ternyata itu hanya pikiran kotornya saja....
" Bukannya tadi aku membawa koper, kemana koperku?" Ucap Reina kepada Revan dengan sedikit kegugupan yang tersisa atas kelakuan Revan.
" Aku sudah menyuruh orang untuk membawanya ke mansion ku karena mulai besok kita akan tinggal di sana bertiga dengan Saina." Ucap Revan dengan nada santainya.
" Apppaaaaaa, kau tidak pernah mengatakan hal itu di perjanjian kita tapi tapi apa sekarang ini." Tanya Reina dengan sedikit menaikan nada suaranya.
" Nona Reina mentari bisakah kau berfikir sebentar, jika kita tinggal bersama mama disini tentu sandiwara kita akan terbongkar. Apa kau mau jika setiap hari kita harus berakting di depan mereka." Ucap Revan tak mau kalah dengan Reina.
".........."
Tidak ada jawaban apapun dari Reina yang ia lakukan hanya diam sambil mencerna perkataan Revan.
" Kenapa diam? Baru tefikir kan. Harusnya kamu senang jika kita tinggal di mansion ku kamu bisa lebih bebas dan tidak perlu berakting setiap hari denganku." Ucap Revan memecah keheningan yang terjadi.
" Iya baiklah kali ini aku akui kamu benar, tapi apa ini kenapa kita sekamar?" Ucap Reina lagi
" Kenapa kamu selalu saja bodoh, apa otakmu itu hanya sekecil otak udang kenapa lamban sekali." Ucap Revan yang kesal karena Reina lagi lagi menanyakan pertanyaan yang Reina sendiri tahu jawabannya.
" Tidak bisakah kamu langsung ke intinya dan tidak terus berputar putar?" Ucap Reina yang mulai jenggah akan Revan yang terus berputar putar tanpa langsung ke intinya.
" Bukankah aku tadi bilang berakting? Kenapa kamu tidak mengerti juga. Kita ini sudah menikah mana ada pasangan yang sudah menikah pisah kamar ha?" Ucap Revan lagi dengan nada ketus
" Lantas kita sekarang harus bagaimana?" Ucap Reina akhirnya mengerti.
" Ya mau tidak mau kita harus sekamar. Begini saja aku di ranjang dan kamu di sofa." Ucap Revan memberikan usulan.
" Enak saja aku di ranjang kamu yang di sofa" ucap Reina tak mau kalah.
" Hello nona apa kau lupa bahwa ini kamar siapa? Jelas aku lah yang berhak tidur di ranjang." Ucap Revan juga tak mau kalah.
" Tapi kamu cowok, dimana mana cowok yang harus mengalah." Ucap Reina lagi
" Kau .....dasar tak tahu diri.." ucap Revan kesal dan tidak tau lagi harus bagaimana mengahadapi wanita satu ini.
" Bodo amat yang terpenting aku di ranjang hahahaha." Ucap Reina sambil kembali ke dalam walk in closet untuk mengambil salah satu setel pakaian tidur milik Revan yang cocok dengan ukuran badannya tapi setelah di cari berkali kali hanya ada ukuran besar dan mau tidak mau Reina harus memakainya.
Setelah mendapatkan baju yang ia rasa cocok kemudian Reina berjalan ke kamar mandi untuk menggantinya.
" Oh ya bapak Revan yang terhormat terima kasih untuk ranjangnya malam ini " ucap Reina menjembul kan kepalanya dari dalam kamar mandi dengan tersenyum kemudian menutupnya.
" Reina..... Gadis itu benar benar menguji kesabaranku. Oke Revan hanya malam ini kamu tidur di sofa tidak untuk malam selanjutnya kita lihat saja." Ucap Revan pada diri sendiri kemudian berjalan ke sofa dan mulai berbaring disana.
Setelah Reina selesai mengganti baju ia bergegas naik ke atas ranjang untuk segera pergi tidur.
" Ternyata tuan angkuh masih punya hati ya, ku kira dia akan naik ketika aku ganti baju tadi." Ucap Reina dalam hati sambil memejamkan mata menuju alam mimpi.
...Baru beberapa saat Reina mulai memasuki alam mimpi ia harus dikejutkan dengan seseorang yang tiba tiba melompat keranjang dan langsung memeluknya dari belakang yang ternyata adalah Revan. Karena terkejut awalnya Reina menolak dan berontak namun kemudian samar samar ia mendengar langkah kaki mendekati kamar mereka, lalu apa hubungannya?...
Tap tap tap
Langkah kaki tersebut terdengar semakin keras dan kian mendekat kemudian..
Cklek
Bersambung
Penasaran ya?
ikuti terus kisahnya kakak
see you