Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik untuk mu, dan boeh jadi kamu menyuki sesuatu padahal itu tidak baik untuk mu.
Tidak ada sebuah kebetulan, semua telah di tentukan, tidak ada perbedaan paham ataupun sudut pandang jika Allah sudah mengizinkan dan menjodohkan nya tulang rusuk pasti akan kembali pada sang pemilik nya.
"Apakah dunia sekecil ini samapai aku harus terus di pertemukan dan berurusan dengan nya...!?"
Decak kesal Ansell, yang menggerutu akan sebuah kebetulan yang terus terjadi pada nya.Namun ia tidak menyadari kalau itu bukanlah suatu kebetulan, melainkan suratan takdir yang telah tertulis kan dalam perjalanan hidup nya.
Ya dia adalah Ansell Arian Rendra, laki laki tampan nan kaya. Dengan segal kekuasaan dan kehormatannya, membuat Ansell hidup bebas sesuka hati menjalani kehidupan. Bar, Club malam, minuman, bahkan wanita penghibur pun menjadi kesenangan sebagai pemanis dalam kehidupan nya. Hidup bebas dalam kegelapan tanapa ada nya teguran dan bimbingan.
Namun suatu saat Dia malah di pertemukan dengan seorang wanita Muslimah.
*
"Sudut pandang semua orang memang berbeda...! dan dengan perbedaan itu bukan kah kita bisa memilih dan mengimbangi mana yang terbaik untuk kita...!?" ujar seorang wanita dengan reflek, bicara dengan tertunduk pada seorang laki laki yang baru di pertemukan dengan nya.
Wanita itu adalah Zahra. Lebih tepat nya
Aisyah Az Zahra. Dia tumbuh besar di lingkungan pesantren, walaupun keluarga nya bukan termasuk orang yang dekat dengan Agama,
namun semenjak ibunya meninggal dan Ayahnya memutuskan untuk menikah lagi,
kasih sayang Ayahnya terampas oleh ibu tiri dan adik tirinya,
hingga membuat nya memilih mondok di pesantren dan tumbuh besar menjadi wanita muslimah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Zahra dan Ummie kini sudah masuk ke kamar. Ummie merasa ikut sedih melihat Zahra menangis walaupun Ummie belum tau kenapa sebenarnya Zahra sampai menangis seperti itu dan malam malam datang ke Pesantren.
Sudah tau kebiasaan Zahra yang tidak pernah menceritakan semua permasalahan nya. Ummie hanya bisa menenangkan Zahra dengan terus membelai nya.
Mengajak Zahra langsung berbaring di tempat tidur dan menidurkan Zahra di pangkuan nya.
"Apa Ummie boleh tau kenapa anak cantik Ummie menangis,?
tanya Ummie mulai menenangkan Zahra. dengan terus membelai kepalanya.
"Tidak apa apa Mie... Aisyah hanya merasa sedih saja.!" ucap Zahra, tidak ingin menceritakan semuanya pada Ummie, karena kalau Zahra menceritakan semuanya itu sama saja dengan Zahra membuka aib keluarga nya sendiri.
Dulu Zahra memang selalu menceritakan semuanya pada Ummie, perlakuan kasar Ibu dan Adik tirinya. Membuat Zahra merasa sedih dan selalu berlabuh di pangkuan Ummie, dan menceritakan semuanya.
Namun sekarang beda, Zahra kini makin dewasa, dia mulai sadar kalau dia menceritakan semuanya pada Ummie, itu akan menjadi dosa untuk nya, karena itu sama dengan membukakan aib keluarga nya.
Sampai Zahra hanya bisa berdiam dan bersabar, melupakan semua bebannya dan memohon ampunan untuk Ibu dan Adik nya.
Ummei yang sudah mengerti sikap Zahra, langsung mengerti pasti itu masalah dengan keluarga nya.
Karena memang dari dulu Zahra selalu akan menangis di pangkuan Ummie, jika dia merasa sedih akibat perlakuan Ibu dan adik tirinya.
"Sayang...bersabar lah," nasihat Ummie sudah tau, pasti Zahra mendapatkan permasalahan yang sangat besar sampai dia menangis seperti ini. "Dengan bersabar kita akan mendapatkan kebahagiaan yang setimpal, dan yang lebih utamanya nya Allah akan mencintai orang orang yang bersabar.
seperti dalam firman nya.
والله يحب الصا بر ين
Yang artinya Allah mencintai orang orang yang bersabar. ( Ali Imran : 146 )
"Jika kita mengingat ke sana, seharusnya kita senang, karena dengan cobaan itu, kita akan di cintai Allah, Dan jika kita bisa bersabar menghadapi nya, maka Allah akan mengampuni Kesalahan-kesalahan kita."
seru Ummie berusaha menghentikan tangisan Zahra.
"Aisyah berusaha untuk bersabar dan menerima semuanya Mie, tapi kenapa rasanya sakit sekali saat Aku menjalani nya!" ucap keluh Zahra akhirnya mengungkapkan perasaan nya.
Kini Ummie memperlambat belaian-nya.
"Itu wajar sayang... karena memang itu sifat kemanusiaan kita, yang selalu mengeluh dalam setiap permasalahan. Namun yang jadi larangan nya jangan sampai kita berlebihan. Dan membutakan kita dan lupa akan semua pengaturan Allah SWT."
"Sabar menghadapi masalah, menguasai diri karena kekhawatiran dan emosi, menahan lidah agar tidak mengeluh, merupakan bekal bagi orang mukmin dalam perjalanan hidup di dunia. Maka dari itu sabar termasuk sebagian dari iman." lanjut Ummie.
"Seperti kedudukan kepala bagi badan, tidak ada imam bagi orang yang tidak sabar sebagai mana badan tidak ada artinya tanpa kepala. Bahkan Umar bin khotob Radhiyallahu anhu berkata: "Kehidupan yang paling baik ialah apabila mengetahui dengan berbekal kesabaran" jelas Ummie, menenangkan hati Zahra.
"Iya Mie,!" ucap luluh Zahra kini dia mulai menyeka air mata nya.
"Ummie tau Aisyah pasti bisa menjalani dan melalui semuanya. Bersabar lah sayang, semoga Aisyah tergolong kan menjadi di antara para mukmin yang di cintai Allah!" nasihat Ummie dalam do'a nya.
"Aisyah terlalu hina Mie jika di sama kan dengan mukmin soleh yang sudah bisa bermusyahadah. Seorang habibullah adalah orang yang sudah bisa bermusyahadah." ucap Zahra merasa belum pantas.
"Kau memang selalu merendahkan diri Nak.."
batin Ummie kagum pada Zahra.
"Iya.. dan Ummie do'a kan semoga padol Allah selalu menyertai mu Nak..!"
"Amiin... Terimakasih Ummie!" ucap kagum Zahra pada Ummie, dengan senyuman nya.
"Tidurlah ini sudah malam, Ummie akan menemani mu!" seru Ummie sambil terus membelai kepala Zahra. Dan membalas senyuman Zahra.
~
Di ruang tamu Abie dan Ansell sedang duduk di sana. Suasana canggung terus menyelimuti hati Ansell.
Perlakuan Abie yang baik pada nya, membuat Ansell menjadi tambah malu dan canggung dengan situasi sekarang.
Belum pernah Ansell merasakan ke payah an seperti ini sebelum nya.
Harta yang berlimpah, pangkat yang tinggi selalu membuat nya, merasa memiliki kekuasaan paling tinggi di antara semuanya.
Namun kali ini berbeda, semua yang ia miliki
tidak bisa menjadi kebanggaan di depan Abie. Hingga membuat nya tidak bisa berkata kata.
"Jangan terlalu sungkan Tuan Ansell, silahkan di minum teh nya..!" seru Abie, sambil menyimpan teh hangat yang Abie siapkan sendiri untuk menjamu Ansell.
" Tidak perlu merepotkan Pak Ustad!" ucap Ansell, mesra tidak enak hati pada Abie.
"Saya yang telah merepotkan Tuan Ansell karena harus mengantarkan Aisyah ke sini, apalagi di malam malam seperti ini," ucap Abie malah merendahkan diri.
"Pak Ustad tidak harus seformal itu memanggil saya, panggil saja nama saya!" seru Ansell rasanya merasa tambah canggung dengan panggilan Abie.
" Baiklah, Nak Ansell.!" sahut Abie. dengan tersenyum.
"Tapi maaf, sebenarnya apa yang terjadi pada Aisyah sampai dia seperti itu.?" tanya Abie penasaran.
Seketika Ansell langsung tertegun bingung harus menceritakan nya bagaimana. Karena memang dia sendiri terlibat dalam kejadian ini.
"Bagaimana aku menceriakan nya,? apa aku harus berbohong saja. Akh tapi tidak mungkin kalau aku berbohong, pasti Zahra akan menceritakan semuanya pada mereka" batin Ansell berdebat sendiri dengan hatinya, bingung harus menceritakan dari mana.
Mungkin jika yang bertanya adalah orang lain, pasti Ansell tidak akan se gugup ini.
Hingga Ansell kini menarik nafas nya, mengumpulkan keberanian nya untuk berbicara.
"Maaf Pak Ustadz, sebenarnya ini juga kesalahan saya, jadi ini tanggung jawab saya mengantarkan Aisyah pulang. Aisyah seperti ini karena ada orang yang bermaksud mencelakai nya, dan orang itu sedang berurusan dengan saya, Jadi saya minta maaf yang sebesar besar nya, karena orang yang berurusan dengan saya Aisyah menjadi seperti ini!"
ucap maaf Ansell dengan sopan nya. karena merasa malu pada Pak Ustad, sampai dia tidak berani memperjelas cerita nya.
Seketika Abie langsung tersenyum kecil mendengar perkataan Ansell. Melihat penampilan Ansell yang terlihat garang di tambah lagi aksesoris yang selalu menempel di telinga nya, membuat semua orang pasti berpikiran yang tidak baik saat melihat nya.
Tapi ternyata di balik penampilan nya, Ansell memiliki sikap baik hati dan bertanggung jawab.
"Terimakasih atas kebaikan Nak Ansell.!" ucap ramah Abie sambil tersenyum menatap Ansell.
"Sama sama Pak Ustad..!"
"Kalau saja Pak Ustadz tau yang sebenarnya, mungkin Pak Ustadz juga akan menegur ku, seperti tadi Zahra menegur ku"! batin Ansell malu sendiri, apalagi saat Abie menatap dan tersenyum pada nya, membuat Ansell jadi salah tingkah. Ansell hanya bisa tersenyum yang di buat buat sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal, malu sendiri dengan keadaan sekarang.
"Apa alamat rumah Nak Ansell dekat dari sini.?" tanya Abie tiba-tiba membuat Ansell bingung.
"Kenapa menanyakan alamat..!" batin Ansell bertanya tanya heran. Pikiran nya sudah menerka yang tidak tidak.
"Cukup jauh Pak Ustadz!" jawab Ansell dengan sedikit ragu.
"Kalau begitu meninap lah di sini, ini sudah lewat tengah malam, Nak Ansell bisa beristirahat lah di sini!" pinta Pak Ustadz menawarkan karena waktu sudah sangat malam..
"Deg" seketika Ansell terkejut.
"Kalau tau akan menawarkan untuk menginap, aku jawab dekat saja agar aku bisa langsung pulang." batin Ansell sudah kalang kabut, tidak ingin terlalu lama berada di lingkungan Pesantren, yang menurut nya, itu bukan lah tempat yang pantas untuk nya.
"Tidak usah Pak Ustadz.! Saya bisa langsung pulang sekarang,!" tolak Ansell.
"Ini sudah terlalu malam Nak Ansell, menginap lah di sini, saya akan merasa bersalah jika Nak Ansell harus pulang malam malam begini, apalagi jarak rumah Nak Ansell jauh,!" bujuk Abie, karena mengkhawatirkan Ansell. Takut terjadi apa apa karena waktu yang terlalu malam.
Padahal tidak di Khawatirkan pun, Ansell pasti baik baik saja, karena memang keluyuran malam malam sudah menjadi kebiasaan nya.
"Haduh... bagaimana ini, kalau menolak tidak enak. kalau harus menginap apa lagi! kenapa harus terus terseret dalam keadaan seperti ini!" batin Ansell dilema.
"Baiklah... terimakasih atas kebaikan Pak Ustadz." ucap Ansell akhirnya memenuhi keinginan Abie.
"Mari saya tunjukkan kamar nya!" ajak Abie sambil beranjak berdiri, dan melangkah menuju kamar tamu.
Ansell pun langsung mengikuti Abie di belakang nya.
~
"Silahkan Nak Ansell, ini kamarnya!" seru Abie sambil membuka pintu dan mempersilahkan Ansell masuk.
"Terimakasih Pak Ustadz!" sahut Ansell sambil membungkuk hormat.
"Selamat beristirahat, saya tinggal dulu!" pamit Pak Ustadz. Dan langsung meninggalkan Ansell agar dia bisa beristirahat, Begitu pula dengan Abie, dia akan melanjutkan lagi istirahat nya.
"Mereka terlihat baik sekali, pantesan Zahra memilih pulang ke sini, pasti di sini lebih nyaman dari pada di rumahnya."
batin Ansell kagum pada Ummie dan Abie.
Padahal Abie tidak tau seperti apa dia, tapi Abie masih saja memperlakukan nya dengan sangat baik dan sopan. Bahkan menawarkan menginap segala.
~
Ansell kini membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya terus saja terjaga. Hatinya masih tidak bisa mempercayai atas kejadian yang ia alami sepanjang hari ini.
Pertemuan nya dengan Zahra yang terus menerus serasa mimpi baginya, Entah apa yang sebenarnya yang akan terjadi pada nya.
Sampai harus terus di pertemukan dengan Zahra, bahkan harus terus terseret ke dalam kehidupan pribadi Zahra.
Dan sekarang malah harus terjebak di wilayah Pesantren, yang tidak pernah Ansell bayangkan bahwa dia akan menginjakkan kakinya di tempat seperti ini.
Ansell terus saja berguling ke sana sini, suasana yang asing membuat nya tidak memejamkan matanya sedikit pun,
"Aku tidak menyangka akan berakhir seperti ini!" ucap heran Ansell, dengan pandangan kosong menatap langit-langit kamar.
dengan tangan ia simpan di bawah sebagai sandaran kepalanya.
*
Waktu kini menunjukkan jam setengah empat pagi. Zahra mulai tersadar dari tidur nya.
Zahra langsung beranjak bangun, karena semalam langsung tertidur di atas pangkuan Ummie, Zahra sampai tidak menyadari kalau dia masih mengenakan Jas milik Ansell.
"Astagfirullah... kenapa sampai lupa pada Kak Ansell ya, aku sampai lupa tidak berterima kasih pada nya, dan ini jas nya juga masih aku pakai?" Ucap Zahra dia masih belum tau kalau Ansell menginap di rumah Abie, di satu rumah yang sama dengan nya.
Zahra kini mulai melepaskan jas Ansell dan langsung menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Dan setelah itu akan menghampiri pondok anak santriwati untuk membangunkan mereka.
~
Di sisi lain Ansell masih juga terjaga, tidak bisa memejamkan matanya sedikit pun.
Dia terus saja melihat jam yang melingkar di tangan nya.
"Akh... kenapa masih jam segini si!" gerutu Ansell, rasanya ingin sekali waktu segera pagi, agar dia bisa langsung pulang.
Kini Ansell beranjak dari tidur nya, mulai melangkah menuju ke pintu dan perlahan membuka nya,
Dan betapa kaget nya Ansell saat membuka pintu ternyata Abie sudah ada di depan pintu kamar.
"Ekh Nak Ansell, sudah bangun?!" sapa Abie.
"Iya Pak Ustadz!" jawab Ansell.
"Lebih tepatnya bukan sudah, tapi tidak tidur!"
batin Ansell dengan tersenyum malu, saat melihat Abie di depan nya, yang sudah siap dengan setelan koko, sarung dan peci di kepalanya.
"Tadi nya saya mau membangunkan Nak Ansell, mau memberikan ini, ekh ternyata sudah bangun!" ucap Abie sambil menyodorkan sebuah sarung dan peci ke pada Ansell.
"Astaga... apa Pak Ustadz mau mengajak aku shalat?" batin Ansell terkejut.
Sambil perlahan mengambil sarung dan peci nya.
"Sebentar lagi waktu shubuh, ayo kita shalat berjamaah di mesjid! tapi saya harus terlebih dulu ke sana karena harus membangunkan anak santai dulu!" ajak Abie.
"Wah benar sekali, Pak Ustadz beneran mengajak untuk shalat!" batin Ansell yang sudah bingung. pasalnya dia tidak pernah bisa shalat.
"Baik Pak Ustadz!" ucap Ansell dengan tersenyum kikiuk, mau tidak mau menerima ajakan Abie, karena akan lebih malu kalau dia harus menolak nya.
Abie pun langsung beranjak pergi ke luar rumahnya untuk menuju Pondok santri laki laki.
Ansell kini langsung menyampaikan sarung pemberian Abie di pundak nya. dan menenteng peci nya.
"Huh... memang kesalahan besar aku menerima tawaran untuk menginap di sini." ucap Ansell mengeluh
"Aku harus ikut sholat, padahal tidak bisa shalat, jangankan shalat, pakai sarung aja gak bisa" keluh Ansell sambil beranjak kembali ke kamar untuk mencoba memakai pecinya.
"Kalau memakai peci si mudah tinggal langsung di pakai. Tapi kalau memakai sarung aku tidak mungkin bisa!" umpat Ansell sambil melihat pantulan dirinya di cermin, melihat penampilan nya yang sedang menggunakan peci.
Karena tidak bisa memakai sarung nya, Ansell masih menyimpan sarung nya di pundak nya, karena kalau harus memakai sarung dulu pasti dia tidak akan ke mesjid karena sampai kapan pun tidak akan bisa.
Ansell pun memutuskan untuk segera pergi ke masjid.
Hanya dengan mengenakan peci dengan sarung yang masih setia menyampai di pundak nya, Ansell mulai melangkah keluar kamar untuk menyusul Abie ke mesjid.
Saat Ansell membuka pintu mau keluar. Terlihat Ummie dan Zahra keluar dari arah kamar lain, yang sama sama akan ke majlis untuk menjalankan shalat subuh.
Zahra langsung terkejut melihat Ansell yang berdiri di pintu kamar yang biasanya di pakai kamar tamu untuk laki laki.
"Kak Ansell masih di sini!" batin Zahra terkejut hingga pandangannya bertemu dengan pandangan mata Ansell. Semakin terkejut karena melihat penampilan Ansell yang terlihat makin tampan saat mengenakan peci.
Ummie yang melihat keterkejutan Zahra langsung bersuara.
"Abie yang menyuruh nya menginap , karena tadi malam sudah cukup malam, jadi Abie tidak tega, jika Nak Ansell harus pulang malam malam" ucap Ummie menjelaskan.
Membuat Zahra langsung mengalihkan pandangannya. Yang sempat terhipnotis melihat penampilan Ansell.
"Astagfirullah..." batin Zahra menyadarkan kehilapan pandangannya. Kini dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Zahra dan Ummie kini perlahan berjalan untuk ke luar dan melewati kamar yang di tempati Ansell.
" Nak Ansell mau ke mesjid sekarang?!" tanya Ummie sambil tersenyum menatap Ansell.
"Iya..!" jawab singkat Ansell.
Mendengar jawaban Ansell, tidak sadar Zahra memasang senyum di bibirnya, merasa senang melihat penampilan Ansell sekarang, terlihat sopan saat sudah siap untuk berangkat ke mesjid, walaupun sarungnya masih tersampi di pundaknya.
"Sepertinya Abie yang mengajak Kak Ansell ke mesjid." batin Zahra dengan senyuman nya, sambil tertunduk tidak berani menatap Ansell, apalagi dengan jarak yang sangat dekat.
" Apa se senang itu dia melihat ku akan ke mesjid, sampai tersenyum manis seperti itu!" batin Ansell rasanya ada ke puasaan tersendiri di saat melihat senyuman Zahra.
"Silahkan Nak Ansell berjalan terlebih dulu!"
ucap Ummie. mempersilahkan Ansell.
Ansell pun langsung bergegas berjalan ke luar, dan di ikuti Ummie dan Zahra di belakang nya.
~
"Apa yang harus Aku lakukan nanti saat sudah di mesjid, Sebelum nya aku tidak pernah dan tidak bisa shalat!" batin Ansell, merasa kegelisahan di hatinya.
Walaupun ragu tapi rasanya ada sesuatu yang mendorong nya, untuk terus melangkah ke mesjid. terus berjalan, kini semakin mendekat ke arah Masjid.
"Apakah orang kotor seperti ku, pantas untuk menginjakkan kaki di tempat suci seperti itu"
batin Ansell mengeluh kini ada perasaan aneh yang muncul di hatinya.
mengingat semua kesalahan dan dosa dosa nya.
Mampir juga yuk kakak yang baik hati di novel saya
"Cinta berakhir di lampu merah."