Kalandra merupakan siswa pintar di sekolah dia selalu datang tepat waktu, Kalandra bertekad untuk selalu membahagiakan ibunya yang selama ini sendiri menghidupinya. Kalandara ingin memiliki istri yang sifatnya sama seperti ibunya dan setelah dia berkata seperti itu, ternyata semesta mendengar doanya Kalandra bertemu seorang gadis cantik ketika dia membaca buku di perpustakaan. Kalandra terpesona oleh gadis itu yang belakangan di ketahui bernama Aretha. Apakah Aretha juga punya perasaan yang sama seperti Yang Kalandra rasakan. Jangan lupa selalu tunggu cerita menarik dari Kalandra dan Aretha ya...!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani Syahada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 CPPP
“Tapi bu, Retha akan marah tidak ya.. kalau aku tadi sudah sadar tapi malah pura-pura belum sadar! Aku tidak mau dia kecewa sama aku bu! Ucapku dengan tatapan sedih karena merasa bersalah sama Retha.
Namun, aku juga hanya ingin memanfaatkan momen yang ada dan tidak bermaksud begitu tapi kenapa aku merasa terlalu khawatir akan hal ini, padahal dia juga tidak tahu aku berpura-pura, kecuali ibuku yang memberitahukannya tapi bisa saja kalau sebenarnya Retha menyadari hal itu.
Hanya saja, dia diam dan memberi aku ruang untuk mengatakannya sendiri, soalnya dari sikap aku saja sudah terlihat jelas kalau aku tidak pandai berbohong, atau mungkin juga karena Retha terlalu khawatir sehingga dia tidak peka akan itu.
Kenapa juga aku memikirkan sesuatu yang belum pasti, pantas saja aku pingsan tadi karena aku terlalu khawatir berlebih, lebih baik aku mencoba berpikir positif saja agar tidak membuat aku tambah stres karena aku gampang banget stres dan emosional, apalagi menyangkut soal perasaan, apa mungkin karena ini baru pertama kali aku jatuh cinta.
Sehingga, membuatku belum siap untuk memulainya tapi dari kemarin aku selalu bilang seperti itu, apa mungkin bukan karena belum siap memulai tetapi takut jika nanti aku di tolak karena sebelumnya aku sudah menghayal kan cinta, sehingga tidak siap saja jika mendapatkan penolakan. Makanya reaksiku sebesar ini terhadap cinta, apalagi aku juga siswa populer di sekolah, tentu saja penilaian itu secara tidak langsung mempengaruhi pola pikirku tentang banyak hal.
Meskipun, aku tidak suka kepopuleran tetapi aku sudah terbiasa dengan itu, sehingga berekspektasi tinggi dalam keberhasilan cinta namun di sisi lain aku juga minder dalam cinta, sehingga dua hal tersebut tidak seimbang dalam hidupku. Dan di sela lamun ku itu ibuku menepuk pundakku lagi.
“Nak, kenapa kamu diam! Kebiasaan deh.. kalau sudah ngomong pasti setelah itu diam, kamu pasti berbicara di dalam hati ya.. kalau menurut ibu, sepertinya Retha bukan tipe orang yang gampang marah deh..!
"Jadi, kamu jangan berasumsi seperti itu, hanya untuk masalah kecil! Karena kamu juga kan, beneran pingsan tidak bohong! Jadi ya.. Retha tidak akan marah sama kamu!”
Ujar ibuku, yang berusaha untuk membuatku tidak berpikir berlebihan.
Mungkin yang di katakan ibuku benar, aku terlalu berpikir berlebihan terhadap sesuatu yang belum pasti, sehingga membuatku pusing sendiri, tapi aku dari tadi belum melihat Retha kata ibuku dia di WC tapi sampai sekarang belum muncul juga, terus nenek Retha kemana, aku merasa setelah sampai ke puskesmas aku tidak mendengar suara nenek Retha, apa mungkin dia hanya mengantarku saja dan lansung pulang, lebih baik aku tanya lagi sama ibu.
“Bu, ibu tadi bilang kalau Retha sedang ke WC tapi kenapa sampai sekarang dia belum muncul juga bu, apa mungkin dia sudah pulang? Ucapku, khawatir karena belum melihat Retha.
Aku dari tadi masih menunggu Retha, namun dia belum juga muncul, aku khawatir dia kenapa-kenapa tapi kan ini puskesmas jadi tidak mungkin Retha dalam bahaya, pikirku dalam hati.
“Tenang nak, Retha juga cuma di WC kok! Bentar lagi juga ke sini dia, kamu ini belum pernah dekat sama perempuan sih.. jadi tidak tahu kalau perempuan di kamar mandi itu lama berbeda dengan laki-laki, jadi sabar saja tunggu! Bentar lagi ke sini!” ujar ibuku, sambil tersenyum kepadaku.
Ibuku bilang, aku tidak pernah dekat sama perempuan makanya tidak tahu kalau perempuan di kamar mandi itu lama tapi apa ibu lupa kalau dia juga perempuan, apa mungkin yang di maksud adalah perempuan selain ibu tapi bukannya ibu juga perempuan apa aku salah menangkap maksud ibu tadi, tapi biarlah, lagian ngapain juga aku bahas hal itu, mending sekarang aku tunggu Retha saja.
Setelah aku mengobrol cukup lama dengan ibu akhirnya Retha datang.
“Andra, kamu sudah sadar! Bagaimana kondisimu sekarang! Apa yang sakit Andra? Kenapa kamu tadi pingsan! Apa kamu belum makan? Ucapan Retha yang seperti kereta apa tidak ada habisnya.
Aku harus jawab yang mana dulu ini, Retha kenapa tiba-tiba mendadak jadi wartawan begini, banyak sekali pertanyaannya, kan aku jadi bingung ini.
Aku tiba-tiba menoleh ke pada ibu untuk membantuku, namun sepertinya ibu malah melipir pergi dan sekarang kalimat apa yang harus aku siapkan sama Retha, padahal dia tadi sudah mendengar penjelasan dokter tapi kenapa dia masih bertanya lagi sama aku, apa mungkin dia masih khawatir tentang kondisiku, apa sudah pulih atau belum benar-benar pulih.
“Retha aku tidak apa-apa kok! Maaf ya.. sudah bikin kamu khawatir tadi! Tapi sekarang aku benar-benar tidak apa-apa, sebentar lagi aku juga sudah boleh pulang!
"Makasih ya.. kamu mau menemani aku di puskesmas, oh.. iya.. aku tidak melihat nenekmu! apa sudah pulang?
Ujarku, sambil melirik ibu yang berada di depan pintu.
Aku berusaha mengkondisikan diriku sendiri, agar tidak terlalu tegang karena setelah Aretha datang tiba-tiba saja aku kembali ke setelan awal yaitu grogi dan keringat dingin, mulutku tiba-tiba saja kelu tidak banyak bicara, padahal tadi sama ibu aku suka mengoceh kayak burung beo, tapi di depan Retha aku tidak berkutik, seperti habis maling jemuran warga.
“Syukur deh.. kamu sudah boleh pulang! Tapi ingat! Kamu jangan tegang lagi ya.. dan jangan takut, nanti pasti ada masanya aku benar-benar menerima kamu jadi calon suamiku!” ujar Retha denga menggenggam tanganku.
Mendengar hal itu, aku tiba-tiba saja refleks memeluknya lagi dengan erat karena terharu dengan jawabannya dan akhirnya dia mau kasih jawaban itu, meskipun masih samar-samar tapi kode dari Retha itu sudah mulai bisa aku pahami.
“Oh iya.. Andra, tadi nenekku pulang duluan, soalnya dia tidak bisa lama-lama di rumah sakit! Tadi nenekku, ikut dengan bapak-bapak yang membawamu ke sini! Nenekku juga bilang semoga kamu cepat sembuh dan bisa pulang!” ujar Retha yang masih di peluk oleh ku.
“Heeem, kalian merasa berdua saja kah di ruangan ini? Tidak melihat ibu di sini? Ujar ibuku yang menyindirku karena tiba-tiba memeluk Retha.
Aku pun, segera melepaskan pelukan itu karena di lihat oleh ibu, aku lupa kalau ibu masih di ruangan ini, padahal aku tadi kode-kode nan sama ibu, soal bagaimana menjawab pertanyaan Retha yang panjangnya kayak kereta tapi karena aku terlalu senang sehingga aku lupa kalau masih ada ibu di ruangan ini.
"Bisa-bisanya ya.. Kalian bermesraan di depan mata ibu! Kalian tidak lihat ibu di sini sendiri! Kalau mau pelukan, nanti saja kalau sudah sah! Jadi tidak merasa tidak enak kayak gini! Tapi untuk kali ini, ibu maklumi kok!
"Tenang saja, kenapa kalian tegang sekali! Ibu tidak lagi sidang kalian kok!"
Ujar ibuku, yang bercanda menakut-nakuti ku sama Retha.