Jiwanya tidak terima di saat semua orang yang dia sayangi dan dia percaya secara bersama-sama mengkhianatinya. Di malam pertama salju turun, Helena harus mati di tangan anak asuhnya sendiri.
Julian, pemuda tampan yang berpendidikan dibesarkan Helena dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tega menghunuskan belati ke jantungnya.
Namun, Tuhan mendengar jeritan hatinya, ia diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki kesalahannya.
Bagaimana kisah perjalanan Helena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saling Menuding
"Sial! Dasar Lusiana bodoh! Semua rencana kita gagal karena mu!" geram Ferdinan saat mendengar kegaduhan di lantai satu.
Ia berjalan bolak-balik di ruang kerjanya, kemudian berlari keluar dan masuk ke kamar. Bergelung dalam selimut berpura-pura tertidur pulas. Membiarkan Lusiana menyelesaikan masalahnya sendiri.
"Lina! Jangan mencari di ruang kerja, langsung saja datangi kamarnya!" ucap Helena tanpa mengalihkan tatapan dari sosok Lusiana yang berpakaian minim.
Wanita itu menunduk, memeluk dirinya sendiri. Sesekali akan melirik Helena yang seolah-olah menjelma menjadi iblis yang kapan saja bisa mencabik-cabik nya.
"Katakan apa yang aku dengar tadi adalah benar? Ferdinan sendiri yang menjemputmu secara langsung?" tanya Helena seraya melangkah pelan mendekati Lusiana.
Tubuh wanita itu bergetar, tak dapat menahannya. Dia benar-benar ketakutan dan kebingungan. Sendirian tak ada bala bantuan.
"I-itu benar, Nyonya. Tu-tuan meminta saya memeriksa laporan untuk rapat bersama para pemegang saham pada lusa nanti. Sa-saya tidak bisa menolak karena itu pekerjaan saya, Nyonya," jawab Lusiana dengan kepala tertunduk, tapi matanya diam-diam melirik Helena dengan tajam.
Aku yakin kau bahkan tidak akan berani menghukum ku. Itu suamimu sendiri yang meminta ku untuk datang. Beruntung, semalam Ferdinan datang tepat waktu.
Lusiana tersenyum jahat, mencibir kebodohan Helena.
Kau pikir bisa membodohi aku, Lusiana?
Ia tersenyum sembari menatap tubuh Lusiana yang transparan.
"Pekerjaan apa yang mengharuskan mu memakai pakaian seperti ini? Kau terlihat seperti p*l*cur yang sedang menggoda pria hidung belang. Kau pikir Ferdinan menyukaimu yang seperti ini?" Helena tersenyum mencibir, dia akan bermain dengan mereka.
Lusiana mengangkat kepala, menatap tajam istri dari laki-laki itu.
Tentu saja, bodoh! Kami bahkan sudah mempunyai anak dan sebentar lagi kau akan aku usir dari rumah ini. Ferdinan tidak pernah menginginkanmu, dia hanya menginginkan hartamu sebagai batu loncatan untuk kesuksesannya. Sekarang, dia sudah tidak membutuhkanmu lagi.
"Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau lupa siapa aku?" tegur Helena dengan suara pelan dan menekan.
Lusiana merubah ekspresi wajahnya menjadi sendu, kepalanya kembali tertunduk, mengalah pada Helena untuk sementara waktu.
"Sayang, ada apa? Kenapa pagi-pagi buta seperti ini kalian ada di sini?" tanya Ferdinan dengan wajah bantalnya datang menghampiri mereka.
Di belakangnya Lina mengikuti dan berdiri bersisian dengan Helena. Wanita itu tersenyum melihat suaminya, apalagi saat dia berdiri di sisi kiri dan merapatkan tubuh padanya.
"Lusiana melanggar aturan rumah belakang. Dia sudah mengakuinya dan menerima hukuman. Dia akan menanggung semua hukuman seorang sendiri, tapi suamiku ... dia mengatakan bahwa kaulah yang mendatangi rumah belakang dan menjemputnya secara langsung. Apakah itu benar?" selidik Helena sembari menatap Ferdinan dengan mata berkaca-kaca seolah-olah dia merasa sedih dan kecewa jika itu memang benar.
Ferdinan berpura-pura melotot, diam-diam melirik Lusiana dengan tajam. Ia mendekat, dan tanpa terduga menampar wajah selingkuhannya itu.
Plak!
Helena tersenyum, sementara Lusiana membelalak tak percaya.
"Kau memukulku?" Helena berucap lirih.
"Diamlah!" Ferdinan berbisik geram. "Beraninya kau memfitnahku!" bentak Ferdinan sembari menuding Lusiana dengan kejam.
Wanita itu tertawa sumbang sembari memegangi pipinya. Sungguh hatinya tak menyangka Ferdinan begitu lemah di hadapan Helena.
"Tapi, suamiku dia juga mengatakan bahwa kau memintanya untuk memeriksa laporan berkaitan dengan rapat lusa. Apa itu juga fitnah darinya? Terlebih kenapa dia datang dengan pakaian seperti itu jika untuk bekerja? Atau kau tidak puas dengan kamar yang aku berikan?" Helena bergantian menatap sepasang selingkuhan yang menjijikkan itu.
Ferdinan menggeram, tangannya mengepal kuat menahan amarah yang membuncah.
Plak!
Dia kembali menampar Lusiana sampai salah satu sudut bibirnya robek dan berdarah. Helena tersenyum puas, terlebih saat melihat wajah Lusiana yang nampak menghitam diliputi amarah dan kekecewaan.
"Kurang ajar! Kami menerimamu di sini, tapi kau justru membuat fitnah keji ini. Jika seperti ini aku sungguh menyesal membawamu ke rumah ini," kecam Ferdinan tanpa hati dan perasaan.
Bibir Lusiana terbuka lebar, matanya berkaca-kaca pedih. Ia menggelengkan kepala tak percaya, hatinya remuk redam. Sakit tak berdarah.
"Itu artinya dia hanya mengarang cerita?" tanya Helena dengan suara pelan sembari menatap Lusiana dengan tatapan mengejek.
"Tentu saja, itu hanya karangan dia semata. Tidak ada sangkut pautnya denganku," jawab Ferdinan semakin membuat Lusiana tak berdaya.
"Mengarang cerita? Fitnah? Haha ...." Dia menatap Ferdinan tajam, tapi teringat pada kata-katanya semalam bahwa untuk saat ini dia harus mengalah kepada Helena.
"Aku benar-benar bodoh! Benar-benar bodoh!" umpatnya menyalahkan diri sendiri sambil tertawa getir.
"Lina, sebutkan hukuman untuk penghuni rumah belakang yang melanggar aturan!" ucap Helena dengan tegas.
Tak ada lagi suaranya yang lembut mendayu, pelan dan merdu. Ia mengangkat dagu angkuh, menunjukkan kuasa dirinya. Ferdinan dan Lusiana membelalak, semakin dibuat kalang kabut oleh Helena.
"Saya, Nyonya!"
dan kekuatan sekali jika itu adalah ayah kandungnya si Keano 👍😁
Tapi kamu juga harus lrbih berhati” ya takutnya mereka akan melakukan sesuatu sama kamu dan Keano 🫢🫢🫢